Share

Legenda Naga Langit
Legenda Naga Langit
Penulis: Aldo paikerz15

1. Anak Yang Malang

"Sial, kenapa aku tidak pernah mampu menyimpan tenaga dalam di dantian milikku ... " Abinawa menggerutu keras sembari mengepalkan tangannya.

"Kenapa cuma aku yang tidak bisa menyimpan tenaga dalam ... Dewa Langit, ini benar-benar tidak adil." Abinawa terus menggerutu.

Abinawa adalah pemuda biasa yang hidup di Sekte Api dan Angin. Dia seorang sebatang kara dan hidup seorang diri, tanpa bakat spesial di dalam tubuhnya. Sehingga membuat dia menjadi terasingkan dan terkucilkan.

Berbeda dari kebanyakan pemuda seusia dengan dirinya yang sudah memiliki tenaga dalam di tubuhnya dan menjadi seorang jenius bela diri. Abinawa sampai saat ini masih belum mampu menyimpan sedikitpun tenaga dalam di dalam tubuhnya, seolah ada yang menghalangi dan menolak tenaga dalam itu tersimpan di dalam tubuhnya.

"Jika terus seperti ini, maka selamanya aku akan menjadi bahan cemoohan ... " Abinawa mengambil posisi duduk di bawah pohon kayu yang rimbun.

Dia memilih untuk beristirahat sebentar dan memulihkan tenaganya yang sudah terserap habis, akibat latihan sejak pagi hingga tengah hari.

Namun, baru beberapa menit saja dia beristirahat. Beberapa anak seusia dengannya tampak mendatangi dirinya. 

"Pecundang!!! Percuma saja kau berlatih, kau tidak akan mampu untuk menjadi seorang pendekar ... " Ejek Arga yang merupakan jenius bela diri Sekte Api dan Angin.

Arga sendiri adalah cucu dari Tetua Utama dari Sekte Api dan Angin, sekaligus orang terkuat nomor tiga di sekte. Hal itulah yang membuat Arga semena-mena terhadap anak-anak seusianya.

Arga bukan hanya mengejek dan menghina, akan tetapi tidak jarang dia memberikan cacian fisik terhadap Abinawa. Dia bahkan tidak segan memerintah anak buahnya untuk menghajar Abinawa hingga babak belur.

"Lepa, Gena, hajar bocah ini sampai babak belur ... " Arga kembali memerintahkan anak buahnya untuk kembali memberikan pelajaran kepada Abinawa.

Abinawa tentu dengan cepat menyadari jika dia akan kembali menerima pembulian yang melibatkan fisiknya.

"Baik bos." Lepa dan Gena menjawab dengan serempak.

Abinawa sendiri langsung mengambil langkah mundur, berusaha untuk melarikan diri dari Arga cs. Namun, niatnya itu dengan cepat di ketahui oleh Lepa dan Gena.

Alhasil dua orang itu tentu tidak akan membiarkan hal itu terjadi. Mereka dengan segera bergerak cepat ke arah Abinawa.

"Kau pikir kami akan membiarkanmu untuk melarikan diri?"

"Haha, jangan bodoh ... Selangkah pun kami tidak akan membiarkan kau untuk lari."

Lepa dan Gena segera saja bergerak cepat menghajar Abinawa. Tendangan dan pukulan tepat mengenai bagian tubuh Abinawa dengan telak. Sehingga meninggalkan memar di sekujur tubuhnya.

Abinawa tidak memiliki ilmu kanuragan dan bela diri yang baik, itu tidak bisa menangkis dan menghindari serangan itu. 

"Akhh ... " 

Abinawa meringis kesakitan, Dia merasakan tubuhnya begitu nyeri dan sakit luar biasa. Bahkan saat ini untuk berdiri saja dia tidak memiliki tenaga lagi.

"Itu pelajaran untukmu pecundang, di rimba persilatan hanya yang kuat yang berkuasa dan kau yang lemah akan tertindas." Arga berbicara dengan sombong dan diikuti gelak tawa dua rekan dibelakangnya.

Abinawa hanya terdiam, tidak ada jawaban dari mulutnya. Dia menyadari dengan betul batas kemampuan yang dimilikinya. Sekalipun dia menjawab perkataan bernada ejekan dari Arga, dapat membayangkan anak buah Arga akan kembali menghajar dirinya hingga babak belur bahkan mungkin menjadi cacat.

"Jika kau ingin membalas, maka kau harus menjadi seseorang yang memiliki kekuatan atau paling minimal mampu menyimpan tenaga dalam dan membuka dantain ... 

Akan tetapi, sepertinya kau tidak akan mampu melakukannya pecundang ... Cuih." Arga dengan tidak berprikemanusiaan nya meludahi wajah Abinawa.

Abinawa hanya bisa memendam amarah dan rasa kesalnya di dalam hatinya. Sekali lagi, dia tidak cukup bodoh untuk membantah perkataan dan ejekan dari Arga.

Setelah puas membully dan mencaci Abinawa, Arga cs langsung bergegas meninggalkan Abinawa yang terbaring lemah. Mereka menyadari Jika ada yang melihat tindakan yang mereka lakukan, maka mereka akan dalam masalah.

Abinawa sendiri yang tidak memiliki tenaga lagi, langsung kehilangan kesadarannya. 

"Akhh ... " 

Abinawa baru mendapatkan kesadarannya kembali setelah hari gelap dan berganti malam. Semua tampak gelap gulita.

"Sepertinya aku kehilangan kesadaran cukup lama ... " Abinawa mencoba untuk berdiri dengan sisa tenaga yang ada dalam tubuhnya.

Setelah itu, dia dengan segera langsung berjalan menuju kediaman pribadi miliknya yang berada terpisah dari penghuni Sekte Api dan Angin yang lainnya.

Dengan bersusah payah, akhirnya Abinawa berhasil tiba di kediaman pribadinya itu. Dia dengan segera mengobati luka memar pada tubuhnya dengan tanaman obat-obatan yang di milikinya.

"Untung saja beberapa hari yang lalu aku menyimpan tanaman obat untuk menyembuhkan luka memar dan nyeri ... " Abinawa bersandar pada dinding rumah kecilnya itu.

Tanpa dia sadar, air matanya menetes dengan sendirinya. Dia benar-benar tidak tahu di mana letak kesalahannya, sehingga menjadi objek bulian dari anak-anak seusia dengannya.

"Aku harus menjadi kuat, agar dapat membalaskan semua penderitaan yang ku alami saat ini ... " Abinawa membatin di dalam hatinya.

***

Pagi menyingsing dengan cepat, membangunkan Satria dari tidurnya dan menghadapi penderitaan kembali.

Abinawa menggerakkan kaki dan tangan kecilnya yang masih terasa sakit dan nyeri, akibat ulah dari Arga cs.

"Sebenarnya siapa diriku? Siapa orang tuaku? Kenapa aku harus hidup seorang diri, di jauhi oleh banyak orang, bahkan di anggap seperti sebuah bencana." .

Banyak hal yang menjadi pertanyaan di benai Abinawa dan tidak ada satupun yang mampu di jawabnya. Semua seakan terlihat sengaja di tutup dan di sembunyikan dari dirinya. Seolah dirinya tidak boleh mengetahui jawaban dari semua pertanyaan itu.

"E huu ... Sudahlah, mungkin aku belum saatnya mengetahui segalanya, suatu hari nanti aku akan menemukan jawaban dari semua pertanyaanku ini." Gumam Abinawa sembari menarik nafas panjang dan melepaskan kembali dengan berlahan, seakan melepaskan semua beban yang ada pada pundaknya.

Setelah mengatur nafasnya, Abinawa melangkahkan kakinya keluar dari rumah atau gubuk kecilnya itu. Dia sudah bertekad dan mengumpulkan semangatnya untuk terus berlatih dengan giat, agar dapat menjadi kuat dan di hargai, serta di hormati. Bukan menjadi seorang pecundang seperti saat ini.

"Aku harus menjadi kuat, bagaimana pun caranya ... "

Abinawa melangkahkan kakinya memasuki hutan rimbun di belakang gubuk kecilnya itu. Tidak terlalu dalam, terdapat sebuah sungai kecil yang menjadi tempat bagi Abinawa merenungkan nasib malangnya. Tidak banyak yang mengetahui keberadaan dari sungai kecil itu, bahkan mungkin tidak ada yang mengetahuinya, kecuali Abinawa seorang yang memang gemar berpetualang.

Namun, kali ini dia datang bukan untuk merenungkan nasibnya, melainkan untuk melatih tubuh kecilnya ini.

"Aku yakin, usaha tidak akan pernah mengkhianati hasil ... " Abinawa berteriak dengan keras dan penuh keyakinan. Abinawa bertekad tidak akan pernah berhenti, jika belum berhasil mencapai apa yang dia inginkan.

Komen (10)
goodnovel comment avatar
Siti Rohmah
Balas dendam yang baik adalah menerima sesuatu dan berhasil di kemudian hari
goodnovel comment avatar
Dewi Ansyari
tetap berjuang..
goodnovel comment avatar
Achmad Syakir
abinawa tetap semangat mencari jatih dirinya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status