Selesai membersihkan diri, Lintang berniat keluar kolam untuk segera mengenakan pakaian.Tapi baru saja dia mencapai bibir kolam, Cantika Ayu tiba-tiba datang membuat Lintang harus kembali masuk ke dalam air.“Apa yang kau lakukan di sini gadis nakal?” teriak Lintang terkejut karena hampir saja aset pribadinya dilihat seorang gadis muda“Cih! Aku hanya memastikan keadaanmu saja bocah siluman,” ujar Cantika mengelak dengan wajah merona menahan malu.“Hihihi, aku senang kau peduli, tapi minggir sana. Aku akan berpakaian dulu!” Lintang terkekeh.“Hufh! Siapa juga yang kau maksud peduli? Jangan bodoh! Aku ke sini hanya menjalankan tugas dari kakakmu,” ketus Cantika Ayu.“Hahaha, terserah dirimu saja. Cepat minggir!” Lintang tertawa.Setelah mendengar itu Cantika Ayu pun segera melesat meninggalkan Lintang. Dia pergi dengan tangan terkepal karena kesal.“Dasar gadis galak! Mau sampai kapan kau menyembunyikan perasaan itu, hihihi,” Lintang menggeleng sembari terus memperhatikan punggung Can
Pagi hari begitu sangat indah di kerajaan Yada, terlebih di atas langitnya di mana di sana terdapat banyak awan berarak berwarna jingga.Awan-awan itu melaju lambat beriringan seakan sengaja sedang menunggu datangnya surya untuk menerangi jalan mereka.Sedangkan di daratan, ayam-ayam jantan terus berkokok membangunkan para burung agar segera memulai memainkan nada simponi alam.“Huwaaaah, sudah pagi ya,” Lintang bangkit dari pembaringan.Semalam dia tertidur lelap setelah berbincang panjang bersama raja Kancradaka.“Eh? Mengapa si gadis galak itu juga tidur di sini?” Lintang mengerutkan kening tidak percaya menemukan Cantika Ayu sedang duduk tertidur di samping pembaringannya.“Rupanya dia peduli juga padaku, hihihihi,” Lintang terkekeh.Kali ini tubuh dan energinya telah benar-benar pulih sempurna membuat Lintang bisa kembali melanjutkan perjalanan.Tapi karena kondisi hari masih sangat pagi, maka dia terpaksa harus menunggu raja Kancradaka bangun dulu di kaputrennya.Lintang segera
Dunia alam halus dan dunia manusia memiliki perbedaan waktu yang cukup jauh.Sehingga saat rombongan Balada tiba, acara pernikahan belum digelar, bahkan mereka tiba 5 hari sebelum acara tersebut dilaksanakan.“Ba-bagaimana mungkin?” Ki Larang mengerutkan kening di hadapan Raden Rakean.Begitu juga dengan Balada, putri Widuri, dan yang lain. Mereka tidak mengerti karena seharusnya hari ini adalah hari pernikahan.“Apanya yang bagaimana, Ki? Bukankah sudah sewajarnya kalian tiba hari ini? Jarak antara Suralaksa dan Manggala memang sangat jauh bukan?” Raden Rakean malah balik bertanya.“Ti-tidak seperti itu Raden, ta-tapi seharusnya ...,” perkataan Ki Larang terhenti setelah melihat kedipan mata Balada.Mereka memang sudah sepakat tidak akan menceritakan prihal alam lelembut kepada siapa pun karena akan menjadi masalah lain di kerajaan.“Ada apa Ki? Siapa sebenarnya yang telah menghadang kalian di perjalanan?” tanya Raden Rakean mulai curiga.“Ti-tidak Raden, perjalanan kami cukup lancar
2 hari selepas rombongan Balada pergi, Lintang dan Raja Kancradaka pun akhirnya siuman.Keadaan mereka telah lebih baik setelah dirawat oleh tabib-tabib hebat istana.“Huaaaa! Segarnya,” Lintang berteriak keras, merentangkan tulang-belulangnya yang sempat terasa pegal.“Krrrrrr,”Tiba-tiba terdengar geraman Raja Kancradaka di sisinya, membuat Lintang langsung melompat terkejut.“Haisss, kau mengagetkanku saja, raja. Hahaha,” Lintang tertawa.Saat itu tidak ada Cantika Ayu karena dia sedang pergi membersihkan diri setelah hampir 3 minggu tidak mandi.“Krrrrrr,” ujar sang raja.Dia mengatakan kepada Lintang bahwa dirinya juga dirawat di sana. Dan entah mengapa Lintang mengerti dengan ucapan itu membuat dia kembali berbincang dengannya.“Kau memiliki regenerasi yang baik raja. Tidak heran dirimu tidak mati, hihihi,” Lintang terkekeh.“Krrrrrrrrr,” umpat raja Kancradaka.Jika diartikan bunyi umpatannya seperti ini, “Dasar anak kecil tak tahu malu, kau hampir membuat kerajaanku musnah, ber
“Itu benar, janji mahluk lelembut tidak bisa dipegang, terlebih raja mereka masih terkapar akibat Kusha. Sewaktu-waktu mereka bisa saja berubah pikiran sehingga kita membutuhkan orang yang tepat untuk menjaganya, dan Cantika Ayu sangat cocok dengan tugas ini,” tutur Balada setuju dengan usul Cantika Ayu.“Begitu rupanya, baiklah!” angguk Jaka.Banyak yang tidak setuju dengan Cantika Ayu, termasuk Nindhi. Namun apa boleh buat, satu-satunya orang yang bisa berlari cepat dan memiliki energi sihir hanya gadis itu. Sehingga jika terjadi sesuatu, Cantika Ayu akan mampu berlari membawa Kusha.Dan dengan energi sihirnya, Cantika Ayu akan mampu bersembunyi tanpa bisa ditemukan bangsa lelembut sehingga Kusha akan aman bersamanya.Jika bisa, Balada tentu ingin membawa Kusha bersama rombongannya. Tetapi Maha Patih Tamma tidak akan mengizinkannya.Sebagai seorang penantang raja, Kusha tidak bisa pergi tanpa se-izin raja. Dia tetap harus berada di sana sampai Raja Kancradaka bangun dari pingsannya.
Mentari sore begitu sangat indah di kerajaan Yada, angin berhembus sepoy mengiringi nyanyian burung-burung sebelum kembali keperaduannya.Balada, Ki Larang, Cantika, Jaka, Nindhi, Balangbang, Wirusa, Bagas, Gendis, Kitri, dan Yamuna sedang duduk di bawah pohon rindang di sisi kolam ikan kerajaan.Mereka tengah berbincang membicarakan prihal perjalanan yang tertunda, membahas kondisi Kusha yang tidak kunjung sadar dari pingsannya.Sudah satu minggu Kusha terbaring lemas di kaputren istana, begitu juga dengan raja Kancradaka.Keduanya sama-sama terluka parah akibat pertarungan dahsyat tempo hari.Balada dan teman-teman yang lain secara bergantian menjaga Kusha, dan kali ini giliran putri Widuri sehingga sang putri tidak ikut dalam pertemuan.“Aku tidak bisa meninggalkan Kusha sendiri. Bagaimana pun dia adalah adikku,” tolak Balada.“Kami mengerti senior, senior Kusha bukan hanya adik anda, tapi juga penolong serta pelindung kita. Sahabat yang telah mendorong kami menjadi lebih kuat. Kam