Share

BAB 3. Gua Gunung Es

Langkah kaki tabib itu terhenti, matanya memperhatikan dengan cermat bayangan yang terlihat bergerak dengan cepat, meluncur di antara dedaunan lebat dan dahan pepohonan. Wajahnya mulai menunjukkan ekspresi ketakutan yang menggeliat dalam kegelapan malam, ia merasakan keberadaan sosok bayangan mendekat tetapi tidak dapat menentukan posisi tepatnya. Ia memutar kepala, mencari-cari sosok misterius yang seolah mengawasinya, namun tak bisa melihatnya dengan jelas.

Tiba-tiba muncul seorang Kakek tua yang keluar dari kabut embun di malam hari itu, ia berjalan perlahan menuju tabib yang sedang berdiri terpaku seperti patung batu yang kehilangan ruh dan jiwa keberaniannya.

“Tabib, tolong serahkan bayi merah itu kepadaku? Biarkan aku yang akan mengasuhnya.”

Wajah tabib itu seketika terbelalak melihat sosok Kakek tua yang tiba-tiba muncul dihadapannya. Ia terus memperhatikan sosok tersebut dengan seksama sampai tabib itu mulai mengenali wajah Kakek tua yang tiba-tiba muncul tersebut. Sorot matanya takjub, mengingat sosok Kakek tua tersebut dari masa lalu seolah-olah menemukan sosok yang hilang dalam ingatannya. Ia melihat bekas raut kebijakan di wajah Kakek tua dengan rambut putih yang panjang terurai menambahkan aura kebijaksanaan dan keadilan yang kuat.

“K-kau bukankah Zhang Ji Ming? Tetua Sekte Pedang Putih yang dikabarkan sudah meninggal dunia, karena dibunuh oleh Tetua dari Sekte Pedang Merah?” tanya tabib itu mnyelidik.

“Iya aku adalah Zhang Ji Ming. Namun aku sebenarnya belum mati. Cepat serahkan anak itu sebelum Iblis Tertinggi mencium bau manusia terhebat dari bayi merah ini?”

“Oh, Ba-baiklah. Ini bayinya,” ucap tabib itu sembari menyerahkan selimut kain yang didalamnya ada bayi dari Zhang Ji Wei dan Shi-Lin.

“Siapa nama anak ini tabib?”

“Zhang Ji Long.”

“Hemm nama yang bagus. Baiklah aku pergi dulu membawa bayi ini, kau jaga diri bail-baik tabib.”

Zhang Ji Ming dengan membawa bayi lalu melesat dengan cepat ke atas pohon yang menjulang tinggi meninggalkan kilatan cahaya tipis di belakangnya, meninggalkan tabib yang diam terpaku karena takjub sendirian di tengah hutan lebat.

Zhang Ji Ming adalah ayah dari Zhang Ji Wei dan berarti merupakan Kakek dari Zhang ji Long, bayi yang dibawa olehnya saat ini. Ia merupakan Tetua dari Sekte Pedang Putih sebelum dikabarkan tewas dalam pertempuran melawan Tetua dari Sekte Pedang Merah. Ia adalah Pendekar kultivasi yang telah mencapai tingkat ke-9 atau terakhir di ranah Dunia Surgawi yang berada setingkat di atas dari ranah Dunia Fana, saat ini ia sedang berusaha untuk naik ke ranah Dunia Dewa dengan bersembunyi di Gua yang berada di puncak Gunung Es yang bersalju. Ia sengaja menyembunyikan identitasnya di balik tirai misteri dengan mengasingkan diri dalam Gua Es tersembunyi agar ia bisa lebih fokus untuk mengejar tingkat kultivasinya sampai ke ranah Dunia Dewa.

***

4 tahun kemudian …

Sebuah puncak gunung es yang berbatu terhampar lapisan salju putih yang memancarkan kemurnian permata kristal bening yang menyejukkan hati. Di dalam gunung itu terdapat sebuah Gua yang pada awal masuk terlihat gelap dan misterius, namun apabila melangkah lebih jauh lagi untuk masuk lebih ke dalam, gua itu memiliki seperti sebuah ruangan-ruangan yang terbentang indah di hadapan mata. Gemerlap kristal menghiasi langit-langit, memantulkan sinar alami yang masuk melalui celah-celah batu. Kolam air jernih mengalir dengan suara yang menenangkan.

Seorang anak laki-laki terlihat sedang berlatih jurus pedang dengan sebatang pedang kayu dalam genggamannya, ia mengayunkan pedangnya dengan penuh semangat yang membara dengan tubuhnya yang nampak memancarkan aura putih yang berkobar. Gerakan pedangnya begitu cepat, bahkan sampai menimbulkan desiran angin kencang yang membuat lilin-lilin yang menyala di sekitar Gua itu terlihat bergerak mengikuti kibasan pedang anak laki-laki itu. Semakin cepat gerakan anak itu, semakin jelas terlihat bayangan pedang yang membelah udara. Kini, dua bayangan pedang terbentuk, seiring dengan kecepatan dan keahlian anak tersebut.

Sementara itu, di dekat anak laki-laki tersebut terlihat seorang Kakek tua duduk dengan tenang, tatapan matanya seolah tersenyum dengan bangga, rambut putihnya melambai perlahan, wajahnya yang dipenuhi keriput itu mengamati setiap gerakan-gerakan cucunya. Setelah beberapa kali mengulangi gerakan jurus Pedang Bayangan itu, kakek tua itu menghentikan latihannya dengan mengangguk puas.

“Long Er latihan hari ini sudah cukup, beristirahatlah.”

“Kakek, apakah jurus Pedang Bayangan ini sudah berhasil aku lakukan dengan sempurna?”

“Sudah Long Er. Namun aku masih bingung dengan kondisi tubuhmu. Sepertinya ada yang aneh dengan sirkulasi Qi dalam dantian mu.”

“Mengapa demikian Kakek?”

“Hmm, Kakek masih belum bisa memahami masalahnya apa, Long Er. Sekarang beristirahatlah dulu.”

“Baik Kakek.”

Zhang Ji Long lalu melangkahkan kakinya dengan ringan pergi dari tempat latihannya, ia merasa puas dengan latihannya hari ini. Wajah oval dan bibir kecilnya terlihat selalu tersenyum walaupun ia hanya tinggal bersama Kakeknya Zhang Ji Ming di dalam sebuah Gua es. Di dalam ruangan Gua yang teduh, Ia sampai ke tempat istirahatnya yang ada di ujung ruangan dalam Gua itu untuk merebahkan diri di kasur batunya. Zhang Ji Long melepas lelahnya dengan menarik selimut tipis yang terbuat dari bulu binatang untuk menutupi tubuhnya. Dalam suasana tenang dan dingin, ia merasakan kenyamanan yang menghampirinya dan akhirnya terlelap dalam tidurnya yang nyenyak.

Sementara itu sang Kakek, Zhang Ji Ming melangkahkan kakinya dengan berat menuju ke sebuah ruangan yang ada di dalam Gua itu, kemudian ia duduk termenung sendiri. Terlihat bulir air matanya yang turun perlahan melewati pipinya yang sudah keriput itu.

“Sudah 25 tahun aku berada di dalam Gua ini untuk berkultivasi, namun masih belum bisa juga mencapai ranah Dunia Dewa. Semakin lama pasti tempat persembunyianku akan diketahui … ”

“Aku harus membuat persiapan untuk cucuku dulu. Sepertinya hidupku tidak akan lama lagi … .”

*

Beberapa minggu kemudian …

Zhang Ji Long terbangun dengan wajah pucat, matanya terbelalak, napasnya terengah-engah, dan keringat yang mengalir deras di tubuhnya, sementara detak jantungnya berdegup kencang. Ia merasakan hawa panas dan hawa dingin yang seolah silih berganti mengguncang tubuhnya, terkadang hawa panas merayap di sepanjang tubuhnya yang  menyebabkan kulitnya terasa seperti terbakar, namun, tiba-tiba, terkadang hawa dingin menusuk tulang-tulangnya, membuatnya gemetar, sensasi yang bertolak belakang itu membuatnya merasa seperti terjebak di antara dua elemen yang saling bertentangan. Ia lalu bermaksud untuk mencari Kakeknya Zhang Ji ming.

Kaki-kaki kecil Zhang Ji Long bergerak cepat untuk berlari dengan tergesa-gesa mencari Kakeknya melintasi ruangan-ruangan dari Gua es, ia menyisir setiap sudut gelap dengan harapan menemukan jejak sang Kakek. Wajah pucatnya memperlihatkan kesan bingung karena ia tidak bisa menemukan Kakeknya di Gua es ini.

“Kakek! Dimana engkau?!”

Zhang Ji Long lalu menghentikan langkah kakinya, “Apa mungkin Kakek sedang pergi keluar untuk membelikan kebutuhan-kebutuhan di dalam Gua es ini? … .”

Blarr!!!

Terdengar suara ledakan mengguncang Gua dengan kekuatan dahsyat, bergema seolah-olah langit dan bumi beradu dengan getaran yang menyapu ruangan, menggoyangkan bebatuan dan menimbulkan riak-riak es. Zhang Ji Long melangkahkan kaki kecilnya dengan hati-hai dan perlahan menuju keluar Gua, pancaran wajahnya terlihat cemas penuh tanda tanya memikirkan kejadian apa yang bisa membuat suara ledakan dengan sebegitu dahsyatnya di luar Gua. Namun, ia siap menghadapi apa pun yang menanti di balik pintu Gua tersebut.

Sesampainya Zhang Ji Long di bibir Gua, ia melihat Kakeknya Zhang Ji Ming sedang melayang di udara tepat di luar gunung es, posisinya tubuhnya memancarkan aura putih tampak kokoh dan kuat seperti sedang bersiap untuk melakukan pertarungan melawan musuh. Diseberang Zhang Ji Ming terlihat sesosok Kakek tua melayang di udara memancarkan aura merah dari tubuhnya. Dalam hatinya Zhang Ji Long mulai bergumam.

“Siapa Kakek Tua itu, dengan aura merah di tubuhnya?”

Wajah Kakek Tua beraura merah itu memperlihatkan senyuman penuh kepalsuan, bukan karena kebahagian tetapi karena kepahitan karena telah di tipu oleh Zhang Ji Ming.

“Ji Ming! Aku kira kau telah mati di tanganku 25 tahun yang lalu! Ternyata kau telah menipu semua orang di dunia Persilatan di Negeri ini!”

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Robby Kaban
bagus sekali .....
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status