Share

BAB 3. Gua Gunung Es

Author: Hudi
last update Last Updated: 2023-07-07 17:38:08

Langkah kaki tabib itu terhenti, matanya memperhatikan dengan cermat bayangan yang terlihat bergerak dengan cepat, meluncur di antara dedaunan lebat dan dahan pepohonan. Wajahnya mulai menunjukkan ekspresi ketakutan yang menggeliat dalam kegelapan malam, ia merasakan keberadaan sosok bayangan mendekat tetapi tidak dapat menentukan posisi tepatnya. Ia memutar kepala, mencari-cari sosok misterius yang seolah mengawasinya, namun tak bisa melihatnya dengan jelas.

Tiba-tiba muncul seorang Kakek tua yang keluar dari kabut embun di malam hari itu, ia berjalan perlahan menuju tabib yang sedang berdiri terpaku seperti patung batu yang kehilangan ruh dan jiwa keberaniannya.

“Tabib, tolong serahkan bayi merah itu kepadaku? Biarkan aku yang akan mengasuhnya.”

Wajah tabib itu seketika terbelalak melihat sosok Kakek tua yang tiba-tiba muncul dihadapannya. Ia terus memperhatikan sosok tersebut dengan seksama sampai tabib itu mulai mengenali wajah Kakek tua yang tiba-tiba muncul tersebut. Sorot matanya takjub, mengingat sosok Kakek tua tersebut dari masa lalu seolah-olah menemukan sosok yang hilang dalam ingatannya. Ia melihat bekas raut kebijakan di wajah Kakek tua dengan rambut putih yang panjang terurai menambahkan aura kebijaksanaan dan keadilan yang kuat.

“K-kau bukankah Zhang Ji Ming? Tetua Sekte Pedang Putih yang dikabarkan sudah meninggal dunia, karena dibunuh oleh Tetua dari Sekte Pedang Merah?” tanya tabib itu mnyelidik.

“Iya aku adalah Zhang Ji Ming. Namun aku sebenarnya belum mati. Cepat serahkan anak itu sebelum Iblis Tertinggi mencium bau manusia terhebat dari bayi merah ini?”

“Oh, Ba-baiklah. Ini bayinya,” ucap tabib itu sembari menyerahkan selimut kain yang didalamnya ada bayi dari Zhang Ji Wei dan Shi-Lin.

“Siapa nama anak ini tabib?”

“Zhang Ji Long.”

“Hemm nama yang bagus. Baiklah aku pergi dulu membawa bayi ini, kau jaga diri bail-baik tabib.”

Zhang Ji Ming dengan membawa bayi lalu melesat dengan cepat ke atas pohon yang menjulang tinggi meninggalkan kilatan cahaya tipis di belakangnya, meninggalkan tabib yang diam terpaku karena takjub sendirian di tengah hutan lebat.

Zhang Ji Ming adalah ayah dari Zhang Ji Wei dan berarti merupakan Kakek dari Zhang ji Long, bayi yang dibawa olehnya saat ini. Ia merupakan Tetua dari Sekte Pedang Putih sebelum dikabarkan tewas dalam pertempuran melawan Tetua dari Sekte Pedang Merah. Ia adalah Pendekar kultivasi yang telah mencapai tingkat ke-9 atau terakhir di ranah Dunia Surgawi yang berada setingkat di atas dari ranah Dunia Fana, saat ini ia sedang berusaha untuk naik ke ranah Dunia Dewa dengan bersembunyi di Gua yang berada di puncak Gunung Es yang bersalju. Ia sengaja menyembunyikan identitasnya di balik tirai misteri dengan mengasingkan diri dalam Gua Es tersembunyi agar ia bisa lebih fokus untuk mengejar tingkat kultivasinya sampai ke ranah Dunia Dewa.

***

4 tahun kemudian …

Sebuah puncak gunung es yang berbatu terhampar lapisan salju putih yang memancarkan kemurnian permata kristal bening yang menyejukkan hati. Di dalam gunung itu terdapat sebuah Gua yang pada awal masuk terlihat gelap dan misterius, namun apabila melangkah lebih jauh lagi untuk masuk lebih ke dalam, gua itu memiliki seperti sebuah ruangan-ruangan yang terbentang indah di hadapan mata. Gemerlap kristal menghiasi langit-langit, memantulkan sinar alami yang masuk melalui celah-celah batu. Kolam air jernih mengalir dengan suara yang menenangkan.

Seorang anak laki-laki terlihat sedang berlatih jurus pedang dengan sebatang pedang kayu dalam genggamannya, ia mengayunkan pedangnya dengan penuh semangat yang membara dengan tubuhnya yang nampak memancarkan aura putih yang berkobar. Gerakan pedangnya begitu cepat, bahkan sampai menimbulkan desiran angin kencang yang membuat lilin-lilin yang menyala di sekitar Gua itu terlihat bergerak mengikuti kibasan pedang anak laki-laki itu. Semakin cepat gerakan anak itu, semakin jelas terlihat bayangan pedang yang membelah udara. Kini, dua bayangan pedang terbentuk, seiring dengan kecepatan dan keahlian anak tersebut.

Sementara itu, di dekat anak laki-laki tersebut terlihat seorang Kakek tua duduk dengan tenang, tatapan matanya seolah tersenyum dengan bangga, rambut putihnya melambai perlahan, wajahnya yang dipenuhi keriput itu mengamati setiap gerakan-gerakan cucunya. Setelah beberapa kali mengulangi gerakan jurus Pedang Bayangan itu, kakek tua itu menghentikan latihannya dengan mengangguk puas.

“Long Er latihan hari ini sudah cukup, beristirahatlah.”

“Kakek, apakah jurus Pedang Bayangan ini sudah berhasil aku lakukan dengan sempurna?”

“Sudah Long Er. Namun aku masih bingung dengan kondisi tubuhmu. Sepertinya ada yang aneh dengan sirkulasi Qi dalam dantian mu.”

“Mengapa demikian Kakek?”

“Hmm, Kakek masih belum bisa memahami masalahnya apa, Long Er. Sekarang beristirahatlah dulu.”

“Baik Kakek.”

Zhang Ji Long lalu melangkahkan kakinya dengan ringan pergi dari tempat latihannya, ia merasa puas dengan latihannya hari ini. Wajah oval dan bibir kecilnya terlihat selalu tersenyum walaupun ia hanya tinggal bersama Kakeknya Zhang Ji Ming di dalam sebuah Gua es. Di dalam ruangan Gua yang teduh, Ia sampai ke tempat istirahatnya yang ada di ujung ruangan dalam Gua itu untuk merebahkan diri di kasur batunya. Zhang Ji Long melepas lelahnya dengan menarik selimut tipis yang terbuat dari bulu binatang untuk menutupi tubuhnya. Dalam suasana tenang dan dingin, ia merasakan kenyamanan yang menghampirinya dan akhirnya terlelap dalam tidurnya yang nyenyak.

Sementara itu sang Kakek, Zhang Ji Ming melangkahkan kakinya dengan berat menuju ke sebuah ruangan yang ada di dalam Gua itu, kemudian ia duduk termenung sendiri. Terlihat bulir air matanya yang turun perlahan melewati pipinya yang sudah keriput itu.

“Sudah 25 tahun aku berada di dalam Gua ini untuk berkultivasi, namun masih belum bisa juga mencapai ranah Dunia Dewa. Semakin lama pasti tempat persembunyianku akan diketahui … ”

“Aku harus membuat persiapan untuk cucuku dulu. Sepertinya hidupku tidak akan lama lagi … .”

*

Beberapa minggu kemudian …

Zhang Ji Long terbangun dengan wajah pucat, matanya terbelalak, napasnya terengah-engah, dan keringat yang mengalir deras di tubuhnya, sementara detak jantungnya berdegup kencang. Ia merasakan hawa panas dan hawa dingin yang seolah silih berganti mengguncang tubuhnya, terkadang hawa panas merayap di sepanjang tubuhnya yang  menyebabkan kulitnya terasa seperti terbakar, namun, tiba-tiba, terkadang hawa dingin menusuk tulang-tulangnya, membuatnya gemetar, sensasi yang bertolak belakang itu membuatnya merasa seperti terjebak di antara dua elemen yang saling bertentangan. Ia lalu bermaksud untuk mencari Kakeknya Zhang Ji ming.

Kaki-kaki kecil Zhang Ji Long bergerak cepat untuk berlari dengan tergesa-gesa mencari Kakeknya melintasi ruangan-ruangan dari Gua es, ia menyisir setiap sudut gelap dengan harapan menemukan jejak sang Kakek. Wajah pucatnya memperlihatkan kesan bingung karena ia tidak bisa menemukan Kakeknya di Gua es ini.

“Kakek! Dimana engkau?!”

Zhang Ji Long lalu menghentikan langkah kakinya, “Apa mungkin Kakek sedang pergi keluar untuk membelikan kebutuhan-kebutuhan di dalam Gua es ini? … .”

Blarr!!!

Terdengar suara ledakan mengguncang Gua dengan kekuatan dahsyat, bergema seolah-olah langit dan bumi beradu dengan getaran yang menyapu ruangan, menggoyangkan bebatuan dan menimbulkan riak-riak es. Zhang Ji Long melangkahkan kaki kecilnya dengan hati-hai dan perlahan menuju keluar Gua, pancaran wajahnya terlihat cemas penuh tanda tanya memikirkan kejadian apa yang bisa membuat suara ledakan dengan sebegitu dahsyatnya di luar Gua. Namun, ia siap menghadapi apa pun yang menanti di balik pintu Gua tersebut.

Sesampainya Zhang Ji Long di bibir Gua, ia melihat Kakeknya Zhang Ji Ming sedang melayang di udara tepat di luar gunung es, posisinya tubuhnya memancarkan aura putih tampak kokoh dan kuat seperti sedang bersiap untuk melakukan pertarungan melawan musuh. Diseberang Zhang Ji Ming terlihat sesosok Kakek tua melayang di udara memancarkan aura merah dari tubuhnya. Dalam hatinya Zhang Ji Long mulai bergumam.

“Siapa Kakek Tua itu, dengan aura merah di tubuhnya?”

Wajah Kakek Tua beraura merah itu memperlihatkan senyuman penuh kepalsuan, bukan karena kebahagian tetapi karena kepahitan karena telah di tipu oleh Zhang Ji Ming.

“Ji Ming! Aku kira kau telah mati di tanganku 25 tahun yang lalu! Ternyata kau telah menipu semua orang di dunia Persilatan di Negeri ini!”

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Robby Kaban
bagus sekali .....
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Legenda Penguasa: Pendekar Naga Putih    BAB 61. Mencari Petunjuk

    Guru Zi Feng merasa bahwa untuk menjaga kerahasiaan penyelidikan dan mencegah pelaku sebenarnya curiga, dia harus tetap memberikan hukuman kepada Li Wei dan teman-temannya. Ini adalah keputusan yang sulit, tetapi dia yakin bahwa ini adalah langkah yang tepat dalam menjaga keadilan dan mengungkap pelaku sebenarnya.Guru Zi Feng menyampaikan hukuman dengan suara lembut, dan para siswa, termasuk Li Wei dan teman-temannya, merasa lega mendengar kata-kata selanjutnya."Saya tahu bahwa ini adalah langkah yang tidak adil, tetapi ini adalah keputusan yang perlu kita ambil untuk menjaga kerahasiaan penyelidikan. Hukuman ini hanya untuk berpura-pura, agar pelaku sebenarnya tidak curiga," ujarnya dengan penuh kebijaksanaan.Li Wei, yang awalnya merasa kecewa oleh hukuman yang diberikan, sekarang merasa lega karena dia tahu bahwa Guru Zi Feng berada di pihaknya. Dia bersama dengan teman-temannya mengangguk sebagai tanda penghormatan kepada guru mereka.Zhang Ji Long dan Zhao Fang Jia juga merasa

  • Legenda Penguasa: Pendekar Naga Putih    BAB 60. Siapa Dalangnya?

    Ketika Zhang Ji Long dan Zhao Fang Jia hendak berjalan kembali menuju Guru Zi Feng untuk melaporkan kerusakan taman, Li Wei tiba-tiba menghentikan mereka dengan suara tenang. Dia tampak berusaha membela diri."Benar, bukan kami yang merusak taman ini," ucap Li Wei menjelaskan dengan wajah serius. "Kami baru saja dihukum oleh Guru Zi Feng. Kenapa kami harus mencari keonaran lagi? Kami tahu bahwa taman ini sangat berharga bagi guru kita."Zhang Ji Long dan Zhao Fang Jia terdiam sejenak, merenungkan kata-kata Li Wei. Mereka menyadari bahwa Guru Zi Feng memang baru saja memberikan hukuman kepada Li Wei dan teman-temannya. Tindakan merusak taman yang indah ini pasti akan menambah kesulitan dalam kondisi mereka.Namun, Zhang Ji Long tetap tegas. "Kami mengerti itu, Li Wei, tetapi kami juga memiliki kewajiban untuk melindungi dan merawat taman ini. Kami tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi, dan kami harus memberi tahu Guru Zi Feng tentang kerusakan ini. Biarkan dia yang menentukan apa yang

  • Legenda Penguasa: Pendekar Naga Putih    BAB 59. Taman yang Rusak

    Siang hari di Taman rahasia bagaikan pagi karena kabut putih yang lembut dan berembun menyelimuti setiap sudutnya.Kabut putih yang lembut dan berembun memberikan suasana ajaib kepada Taman Rahasia pada pagi yang cerah ini, seakan-akan dunia di dalam taman ini telah merembes keluar dari mimpi, kabut itu menjalari setiap batang tanaman dengan lembut, memberikan sentuhan kelembutan pada daun-daun yang diberkahi dengan tetesan embun. Cahaya matahari yang berusaha merayapi kabut tersebut menciptakan perpaduan kontras yang memukau, menciptakan panorama yang begitu memesona dan menenangkan, di tengah pesona kabut yang mengambang, aroma bunga-bunga taman pun semakin terasa. Setiap kelopak bunga menjadi seperti lukisan alami yang dilengkapi dengan detail embun yang gemerlap, dengan kabut lembut itu juga memberi kesan misterius pada patung-patung kecil yang tersebar di seluruh taman, seolah-olah memberi jiwa pada benda-benda bisu tersebut. Melangkah perlahan di lorong-lorong taman adik dari

  • Legenda Penguasa: Pendekar Naga Putih    BAB 58. Catatan Bahan Dapur

    "Maafkan kami, Tuan Pendekar, kami tidak menyadari siapa Anda sebenarnya," ujar Li Wei dengan suara penuh penyesalan kepada Zhao Ze Ling, mengakui ketidak pahaman mereka terhadap identitas sebenarnya.“Kami bersedia menerima konsekuensi dari perbuatan kami,” ucap Li Wei dengan rendah hati, menunjukkan kesiapan untuk menghadapi akibat dari tindakan mereka.“Biasanya aku akan langsung membunuh orang-orang bodoh seperti kalian!” gertak Zhao Ze Ling dengan tatapan tajam yang membuat udara terasa tegang, mengisyaratkan ancaman nyata atas tindakan kelompok "Lima Bayangan Malam"."Namun, kalian beruntung hari ini. Kalian tidak akan merasakan dampak dari ketidaktahuan dan kelancangan kalian, karena aku akan memberikan kalian kesempatan untuk menebus kesalahan ini," lanjut Zhao Ze Ling dengan suara dingin.“Aku kagum dengan keberanian kalian. Akan aku masukkan kalian ke dalam Sektek ku sebagai ‘Murid Luar’,” ucap Zhao Ze Ling dengan suara tegas, memberikan penghargaan atas keberanian mereka sa

  • Legenda Penguasa: Pendekar Naga Putih    BAB 57. Ketua Pengurus Perpustakaan

    Sementara itu, Zhao Fang Jia dan Zhang Ji Long tampak mengelilingi Perpustakaan yang terlihat sangat berantakan itu, bekerja sama dalam usaha untuk merapikan kerusakan yang terjadi semalam. Dengan tekad yang kuat dan rasa tanggung jawab terhadap Sekte Pedang Merah, mereka saling berkoordinasi dalam membersihkan, memperbaiki, dan mengatur kembali buku-buku serta artefak berharga yang tersebar. Meskipun situasi yang mereka hadapi tidak mudah, semangat mereka untuk menjaga integritas perpustakaan dan menghormati nilai-nilai sektenya tidak pernah pudar, membuktikan dedikasi mereka dalam menghadapi tantangan yang sulit.Zhao Fang Jia, dengan pandangan yang tajam dan hati yang penuh tekad, juga menyempatkan diri untuk mengamati secara rinci setiap sudut perpustakaan, mencari petunjuk yang mungkin bisa membantu mengungkapkan penyebab dari peristiwa semalam. Meski tidak memiliki bukti konkret, dia berusaha menggunakan nalurinya sebagai penjaga perpustakaan untuk melihat tanda-tanda atau pe

  • Legenda Penguasa: Pendekar Naga Putih    BAB 56. Kejutan di Perpustakaan

    Keesokan pagi tiba dengan kilatan kejutan yang melukiskan ekspresi wajah Zhao Fang Jia dan Zhang Ji Long. Mata mereka memandang ke sekeliling perpustakaan yang biasanya rapi dan tertata dengan penuh keterkejutan. "A-apa yang terjadi di sini?" gumam Zhao Fang Jia dengan suara gemetar, ekspresi kebingungannya semakin menguat saat ia mengeluarkan kata-kata tersebut. Matanya terus bergerak dari satu sudut perpustakaan yang berantakan ke sudut lainnya, mencoba menggambarkan dalam pikirannya apa yang mungkin telah terjadi semalaman, dengan suaranya terdengar lemah, mencerminkan kekagetan dan kebingungannya yang mendalam atas perubahan dramatis yang terjadi pada tempat yang biasanya ia jaga dengan sepenuh hati. Bibirnya sedikit bergetar, menandakan kegelisahan yang sulit diungkapkan, tergambar betapa ia merasa terkejut dan sedih melihat perpustakaan yang begitu dihormatinya dalam keadaan seperti ini, dan kerinduannya untuk mencari tahu penyebab dari peristiwa tak terduga ini.Sementara i

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status