Share

JILID 6 | BIADAB

"Lihat pedang! Haiiit...!" teriak Gwangsin melengking. Begitu si Raja Iblis semakin mendekat, gadis itu langsung menerjang. Pedang hitamnya menderu tajam diiringi hawa maut.

Raja Iblis yang sudah menyimpan senjatanya, hanya tertawa bergelak melihat serangan Gwangsin. Kakek tinggi besar itu merendahkan kuda-kudanya sedikit disertai egosan tubuhnya. Ketika pedang hitam itu lewat di atas kepalanya, tangan kanannya sudah terulur menjambret bagian dada gadis itu. Tentu saja Gwangsin tidak sudi dadanya disentuh tangan kakek iblis itu. Cepat ia melompat mundur sambil melepaskan sebuah tendangan ke arah lawan.

Bukkk!

"Ihhh...!" Tendangan Gwangsin memang tepat mengenai sasaran. Tapi alangkah terkejutnya gadis itu ketika merasakan telapak kakinya bagai menghantam lempengan baja yang panas dan sangat kuat. Ternyata bukan kakek itu yang terlempar, malah sebaliknya ia sendiri yang terdorong hingga beberapa tombak jauhnya. Wajah gadis itu meringis menahan rasa nyeri dan panas pada telapak kakinya.

Belum lagi Gwangsin sempat memperbaiki kuda-kudanya, tahu-tahu tangan lawannya sudah terulur ke arahnya. Dengan wajah pucat, gadis itu melempar tubuhnya kesamping. Namun alangkah terkejutnya hati Gwangsin ketika ia bangkit ternyata tangan lawan sudah berada di depannya. Maka....

Bret! Bret!

"Auw...!" Gwangsin yang tak sempat menghindar, menjerit tertahan ketika tahu-tahu saja tangan kakek tinggi besar itu telah merobek baju bagian atasnya. Maka, tampaklah sebagian kulit punggung dan dada yang putih mulus.

"Ha ha ha..., Jiu Long. Sebentar lagi kau akan menyaksikan betapa mulusnya tubuh bidadarimu ini," Raja Iblis bergelak bengis. Sepasang matanya menyorot liar ke arah tubuh yang terbuka sebagian itu.

"Keparat kau, Raja Iblis! Lepaskan dia! Mari kita bertarung sampai seribu jurus!" Jiu Long berteriak-teriak parau. Pemuda itu mencoba bangkit dengan berpegangan pada sebuah batang pohon. Namun kondisi tubuhnya memang sudah terlalu lemah. Setiap kali berusaha untuk bangkit, setiap kali pula ia terjatuh kembali. Darah segar kembali menetes dari sela-sela bibirnya. Jiu Long menggigit bibirnya kuat-kuat karena tak sanggup membayangkan penderitaan yang akan dialami kekasihnya.

Saat itu Raja Iblis sudah melompat kembali ke arah Gwangsin. Tangannya terulur ke arah gadis yang tengah sibuk menutupi bagian-bagian tubuhnya yang terbuka. Gwangsin memandang dengan penuh kengerian melihat kebuasan yang terpancar dari sepasang mata kakek iblis itu.

Bret! Bret!

"Aaauwww...!" Kembali terdengar bunyi kain sobek dan jerit kengerian. Kedua tangan Gwangsin semakin sibuk menutupi tubuh bagian atasnya yang sudah tidak terlindung lagi. Kulit tubuhnya yang putih dan halus semakin membuat biji mata Raja Iblis hampir keluar. Air liurnya menetes dari sela-sela bibirnya. Kakek itu benar-benar mirip seekor binatang buas yang tengah kelaparan.

"Oh, jangan...! Jangaaan...!" Gwangsin merintih lemah sambil mendekap dadanya yang sudah tidak tertutup. Air mata mengalir membasahi pipinya yang halus.

Para tokoh-tokoh sesat tertawa bergelak melihat pertunjukan yang dianggap sangat menyenangkan itu. Sinar mata mereka menyorot penuh nafsu begitu melihat tubuh indah yang terpampang dihadapannya.

"Keparat keji!" maki salah seorang dari kelompok tokoh golongan putih yang berada di belakang Jiu Long. Selesai berkata demikian, orang itu segera menerjang Raja Iblis sambil menyabetkan senjatanya. Perbuatan orang itu diikuti pula oleh tiga orang lainnya.

"Hm...!" Raja Iblis berpaling gusar! Secepat kilat tubuhnya berbalik menghadap para penyerang itu. Sepasang tangannya segera didorongkan ke depan mengerahkan pukulan 'Telapak Api'. Dan....

Darrr!

"Aaa...!" Pukulan maut yang dilancarkan Raja Iblis tepat mengenai keempat orang yang tengah melompat ke arahnya. Tak pelak lagi, tubuh keempat orang itu pun terpental diiringi jerit kematian yang menyayat.

Mereka tewas seketika dengan tubuh hangus.

Menyaksikan kejadian itu, para tokoh lainnya bergerak mundur. Kemurkaan Raja Iblis benar-benar telah membuat hati mereka gentar. Kini tidak ada seorang pun yang berani mengikuti jejak keempat tokoh yang bernasib malang itu.

Saat itu Jiu Long yang menyaksikan kekasihnya dihina didepan orang banyak, meraung keras. Kesedihan, kemarahan, dan rasa penasaran berbaur menjadi satu. Rasa tak berdaya melihat orang yang dicintainya tengah mengalami penderitaan yang lebih mengerikan daripada mati itu benar-benar menyiksanya.

"Ha ha ha..., Jiu Long! Sebagai balasan atas arwah-arwah tiga orang muridku yang kau bunuh itu, maka malam ini juga aku akan memberikan tontonan yang sangat menarik untukmu," ujar Raja Iblis sambil melangkah mendekati Gwangsin yang sudah setengah telanjang.

"Raja Iblis! Mengapa tidak kau bunuh saja aku! Hei, kakek pengecut! Kakek iblis! Hayo, bunuhlah aku! Jangan kau bawa-bawa gadis yang tak berdosa itu!" Jiu Long berteriak-teriak serak. Tidak dipedulikan lagi rasa sakit pada kerongkongannya akibat teriakan itu.

"Ha ha ha...!" Raja Iblis hanya tertawa tanpa mempedulikan teriakan Jiu Long. Terus saja dilangkahkan kakinya menghampiri Gwangsin yang memandangnya dengan wajah pucat.

Gwangsin tak mampu lagi mengelak ketika kakek tinggi besar itu menubruknya. Gadis itu hanya bisa menangis dan menjerit-jerit ketika kakek itu mulai merobek baju bagian bawahnya sambil menciumi penuh kebuasan.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status