"Siapa yang harus aku hubungi untuk bertanya tentang ibu?" tanya Dewa pelan sambil terus memandang layar ponselnya.Selama ini, Dewa tidak pernah tahu dengan siapa ibunya bergaul, apa lagi saat dia tinggal di penjara. Jadi, Dewa benar-benar tidak tahu dan tidak mendapatkan bayangan. Dewa berusaha menelpon salah seorang teman ibunya tinggal di lokalisasi tempat mereka dulu, namun ternyata teman ibunya juga tidak tahu Rasti memiliki masalah dengan siapa. Karena selama ini dia tidak pernah tahu jika Rasti memiliki hutang ataupun memiliki masalah dengan orang lain.Bahkan teman ibunya tersebut marah-marah karena Dewa menelponnya di saat dia sedang melayani pelanggan."Kau sepertinya tidak tahu waktu dan tidak tahu pekerjaan orang, ya? Apa kau tidak melihat sekarang jam berapa? Dan kau tahu pekerjaanku adalah kebanyakan di malam hari, kau malah menelpon menanyakan masalah ibu kau, ya mana aku tahu!" teriak teman ibunya tersebut dengan nafas yang terburu-buru, bahkan Dewa sempat mendengar
“Kenapa ibu sembunyikan ini?” tanya Dewa pelan.Di dalam kardus yang Dewa temui terdapat beberapa lembar foto Rasti bersama seorang pria dan ada satu buah buku harian.Buku harian tersebut tampaknya sudah begitu lama, karena terlihat sudah begitu usang. Dewa membaca beberapa baris buku tersebut ternyata hal itu adalah perjalanan kisah cinta Rasti saat dulu masih muda.Dewa tertegun ketika beberapa lembar berikutnya Rasti bahkan menyebut dengan jelas nama seorang lelaki yang disebut sebagai ayah kandung Dewa."Kenapa Ibu menyembunyikan ini dariku?” tanya Dewa sembari menatap foto Rasti muda yang sedang dirangkul oleh seorang pria.Dari catatan yang Dewa temukan tersebut, Dewa tahu kalau ternyata Rasti mulai menjadi seorang penjual tubuh itu adalah setelah Rasti melahirkan Dewa, karena keputusasaannya menerima takdir hidup yang benar-benar kejam tersebut."Kau lelaki bangsat yang hanya bisanya mengeluarkan sperma mu dan membuat aku terlahir ke dunia ini dengan penuh penghinaan dari oran
“Kalian tunggu saja, kalian akan mati di tanganku!” ujar Dewa masih dengan sangat marah sambil menatap layar ponselnya. “Jangan dikira aku akan takut, sedikitpun aku tidak akan takut!” teriak Dewa.“Bahkan aku tidak pernah takut mati!”Dewa kemudian mendorong kembali kardus yang tadi dibongkarnya ke tempat semula, dan tidak lupa Dewa mengambil satu buah foto Rasti bersama lelaki yang diduga ayah kandungnya tersebut.Dewa merasa informasi dari kardus itu sudah cukup dia dapatkan, dan itu belum harus dilakukannya sekarang. Yang utama saat ini adalah menyelamatkan ibunya terlebih dahulu.‘[Nomor yang anda tuju sedang tidak bisa dihubungi, cobalah beberapa saat lagi.]’Suara operator memecah kesunyian di malam itu, dimana Dewa mencoba menelpon nomor yang tadi mengirimkan gambar kepadanya. Namun, ternyata nomor tersebut sudah tidak bisa dihubungi kembali, dan Dewa heran dalam sekejap nomor-nomor itu sudah tidak bisa dihubungi.“Pengecut! Kenapa hanya berani menyerang diam seperti ini? Kal
“Aku tidak akan kalah, kalian akan menyesal mencari masalah denganku!” “Setelah ini, ibu harus jujur kepadaku.”Dewa bergegas membawa uang seperti yang diminta oleh si penculik.Namun, Dewa bukanlah orang yang polos dan menurut begitu saja. Karena, dia kemudian segera meminta bantuan kepada polisi, namun Dewa meminta polisi untuk mengamatinya dari jauh dan silakan menggerebek setelah dia mendapatkan ibunya. Karena Dewa tidak ingin terjadi apa-apa kepada ibunya, namun Dewa tidak akan pernah mengalah begitu saja."Ibu bertahanlah, apapun yang mereka lakukan kepada ibu nanti akan kita balas semuanya," ujar Dewa yang menyewa sebuah mobil untuk menuju ke tempat tersebut, dan tidak lupa Dewa sudah membayar polisi untuk melakukan penggerebekan itu."Sepertinya aku memang harus membeli mobil sendiri, karena kalau aku seperti ini akan repot jika terjadi apa-apa tidak ada mobil yang stand by di rumah," ujar Dewa kemudian yang tiba-tiba dia terpikir untuk segera memiliki sebuah kendaraan.Dewa
"Siapa kalian?!" teriak Dewa keras, namun sayangnya nomor tersebut tidak lagi mendengarkan Dewa, karena panggilan tersebut sudah buru-buru dimatikan. Siapa orang tersebut sehingga membuat Dewa hampir gila seperti itu, dan dia benar-benar membuat Dewa kehilangan kesabaran.Kring! Kring! Kring!Baru saja Dewa selesai memaki, kembali ponselnya berdering dengan sangat keras. Sehingga dengan tanpa melihat ke layar, Dewa langsung menjawab saja panggilan tersebut."Siapa kalian? Sebutkan saja jati diri kalian, jangan pernah bertingkah seperti banci!" teriak Dewa marah.Hening beberapa saat."Pak, ini Ari. Kenapa Bapak marah-marah sama saya? Emang saya ada salah?” tanya suara seseorang di ujung telepon yang membuat Dewa tersadar kalau saat ini yang menghubunginya adalah sang sekretaris."Maaf, Ari. Ternyata itu kau, aku hari ini tidak bisa untuk datang ke kantor. Ibuku mengalami masalah dan saat ini sedang berada di sebuah rumah sakit. Aku harus menunggu beliau sadar terlebih dahulu, karena s
Hening!Lama Rasti terdiam dengan pandangan menerawang.Rasti kemudian menggelengkan kepalanya. Hal itu membuat Dewa bahkan menghentikan mobilnya ke sisi kiri jalanan."Ibu, jujur saja kepadaku. Tidak mungkin ibu tidak mengenal mereka, dari mana mereka tahu lokasi perumahan ibu tinggal,” ujar Dewa mencoba mengorek informasi dari ibunya."Ibu beneran tidak tahu, Nak. Mereka siapa yang tiba-tiba datang menyerang dan menculik Ibu, mereka tidak memberitahukan mereka adalah geng siapa? Siapa yang membiayai mereka dan siapa yang menyuruh mereka melakukan ini kepada ibu. Ibu benar-benar tidak tahu,” jawab Rasti tampak memandang keluar jendela melihat ke jalanan dengan pandangan yang menerawang.Dia benar-benar tidak tahu atau dia benar-benar merasa tidak tahu, atau memang ingin menutupi semua itu dari Dewa. Namun, sebenarnya di dalam hatinya, dia tidak ingin membuat Dewa menjadi orang yang pendendam."Ibu benar-benar tidak tahu mereka siapa, Nak. Dan juga Ibu rasa lupakan saja semua ini, kar
"Apakah benar kau ingin ikut tinggal di sini sementara sampai ibu sembuh?" tanya Dewa kepada Kalila.Dewa merasa tidak percaya dengan apa yang disampaikan oleh Kalila. Karena selama ini Kalila tidak sedikitpun menunjukkan kalau dia senang dengan ibunya Dewa. Bahkan Dewa sempat mendengar keduanya saling beradu mulut beberapa waktu lalu."Kenapa? kau tidak percaya?" tanya Kalila kepada Dewa."Bukan itu maksudku," jawab Dewa kemudian yang merasa menjadi tidak enak karena meragukan Kalila."Seperti yang kau katakan, meskipun pernikahan kita ini adalah pernikahan kontrak. Namun, pernikahan yang akan kita jalani ini cukup lama. Dan juga mau kontrak ataupun bukan, kau bilang tanggung jawab kau tetaplah sebagai suami, dan aku harus menghormati kau sebagai suami. Jadi, itulah yang aku lakukan saat ini, kenapa kau malah tidak mempercayaiku?" tanya Kalila sambil bersedekap dada."Bukan aku tidak percaya, tapi aku hanya memastikan apakah yang aku dengar itu benar. Atau apakah aku salah dengar?" t
“Terserah apa yang kau katakan. Yang pasti kau harus bersiap-siap, sebentar lagi kau akan kalah dariku,” jawab Dewa dengan percaya diri.Kalila hanya mencebik.Tanpa terasa, satu tahun sudah pernikahan Kalila dan Dewa.Hubungan keduanya belum menunjukkan perkembangan yang berarti. Dewa juga tidak pernah memaksa Kalila untuk melakukan hubungan, namun Dewa juga terus berusaha untuk mengajak Kalila berusaha agar sembuh dari sakit yang dialaminya itu, karena bagi Dewa Kalila mengalami sakit sehingga tidak tertarik kepada lelaki.Sebenarnya awal-awalnya Dewa menggunakan pemaksaan, namun setelah dia curhat kepada salah seorang temannya yang merupakan seorang dokter, jika dia memaksa Kalila seperti itu maka semua tidak akan mendapatkan hal yang dia inginkan, orang-orang seperti Kalila selalu menganggap semua lelaki itu sama, sehingga jika Dewa memaksa, Kalila akan semakin tidak percaya kepada lelaki.Hal itulah akhirnya membuat Dewa merubah cara untuk membuat Kalila sembuh. Dewa akan melakuk