Share

Bab 138

Penulis: Lathifah Nur
last update Terakhir Diperbarui: 2024-06-14 17:03:03
Pukul 14. 55. Maisie melirik jam dinding dengan dada berdegup kencang. Lima menit lagi jadwal pertemuannya dengan Zain akan dimulai. Buru-buru ia merapikan penampilannya. Tidak! Lebih tepatnya, membuat penampilannya lebih menggoda.

Ia sengaja membuka dua kancing teratas dari kemeja putih yang dikenakannya. Memberi ruang kepada sepasang bukit kembar yang bersembunyi di sana untuk sedikit mengintip keluar. Memaksa lelaki lemah yang melirik sepasang bukit kembar itu menelan ludah.

Maisie pura-pura menjatuhkan pena ketika mendengar suara pintu terbuka. Sepasang sepatu berhenti tepat di ujung tangannya yang sedang meraih pena itu. Maisie sengaja berlama-lama membungkuk, memperlihatkan lembah bukitnya yang terbelah. Ia tersenyum licik, mengira Zain mematung di dekat tangannya, karena mulai tergoda oleh trik yang sedang dimainkannya.

“Kalau Anda belum siap, sebaiknya tunda atau batalkan saja pertemuannya.”

Sebuah suara yang sangat berbeda dari suara Zain mengagetkan Maisie. Ia mendongak. Waja
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Lelaki Penakluk Nona Muda   Bab 294

    "Aduh! Sakit banget!" keluh Amisha, mengaduh. Ia berjuang menahan nyeri dengan memegangi bagian bawah perutnya. Terpaksa ia pun membatalkan niatnya untuk turun, lalu kembali duduk di tepi ranjang. Tas kerja yang sudah ditentengnya ditaruhnya di atas kasur. Wajahnya memucat. Sebagian besar isi perutnya bagai ditarik dengan paksa ke bawah. "Astagfirullah. Ya Allah! Sakitnya!" jerit Amisha lagi. Ia mencoba meluruskan perutnya dengan menopangkan kedua tangan ke belakang. Namun, rasa nyeri itu tak berkurang sama sekali. Malah semakin menyentak. Zain yang saat itu sudah menunggu di bawah berdiri dengan gelisah. Biasanya Amisha tak pernah terlambat berangkat kerja. Diliriknya arloji yang melingkar di tangannya. Hampir sepuluh menit Amisha mundur dari kebiasaan disiplin waktunya. Raut muka Zain seketika berubah ketika teringat bahwa mereka baru kemarin pulang dari Bumi Rafflesia. Mendugas ia masuk kemb

  • Lelaki Penakluk Nona Muda   Bab 293

    “Mau ke mana dulu, Tuan? Non?” tanya Encep pada Zain dan Amisha. Mata paruh bayanya mengintip kemesraan sepasang suami istri itu melalui kaca spion. Tanpa sadar, ia mengulum senyum. Mungkin ikut terbayang masa mudanya bersama Imah. “Terserah Mang Encep ke mana baiknya,” sahut Amisha. “Non nanti mau belanja tidak?” tanya Encep lagi. Sesaat Amisha melirik Zain, meminta persetujuan suaminya lewat tatapan mata. “Up to you, Sweetie. Asal kau sanggup dan tetap sehat,” komentar Zain. “Mungkin cuma beli oleh-oleh khas daerah ini saja, Mang!” putus Amisha. “Oke. Mang Encep siap memandu Non Amisha dan Tuan Zain,” seru Encep, menambah kecepatan laju mobil yang dikendalikannya. Destinasi pertama, Encep membawa Amisha dan Zain ke Pantai Panjang. Panas mentari selepas zuhur sedang terik-teriknya. Alhasil, mereka hanya duduk manis menikmati deburan ombak sembari menikmati es kela

  • Lelaki Penakluk Nona Muda   Bab 292

    “Huh? Ponsel Glen?” tanya Amisha seraya mengulurkan tangan, meraih sebuah gawai yang berdering nyaring di atas meja ruang tengah.Ia baru saja akan melewati ruangan itu, menyusul Zain yang sudah keluar lebih dulu.Sesaat ia mengintip ke ruang makan. Memastikan kalau-kalau masih ada Glen di sana. Ternyata ruangan itu kosong.“Ke mana anak itu? Ponselnya malah ditinggal di sini?” heran Amisha.Karena Glen tak jua kunjung menampakkan batang hidungnya, dengan sangat terpaksa Amisha mengangkat panggilan kala ponsel Glen kembali berbunyi.Seraut wajah perempuan cantik yang muncul di layar monitor ponsel itu membuat alis Amisha sedikit mengerut.‘Pacar Glen?’ batinnya.“Ya?” sahut Amisha setelah menekan lambang telepon berwarna hijau.Hening sejenak. Mungkin gadis cantik di seberang telepon terkesima mendengar suara seorang perempuan yang menyahuti panggilannya.“Maaf, apa benar ini nomor telepon Glen?” tanya

  • Lelaki Penakluk Nona Muda   Bab 291

    Gee masih menanti jawaban Gianna dengan dada berdebar, harap-harap cemas. “Bagaimana, Nona Gianna? Anda tertarik?” "Oh, tidak! Terima kasih atas tawarannya. Aku demam panggung," tolak Gianna, terang-terangan. "Aku suka kejujuran Anda, walaupun harus kuakui bahwa aku juga kecewa ditolak mentah-mentah. Anda orang pertama yang menolak tawaran langsung dariku, Nona Gianna," sahut Gee disertai nada gurauan. "Fitting-nya sudah selesai, ‘kan?" tanya Gianna, mengalihkan topik pembicaraan. "Oh, tentu saja. Calon suami Anda memilih mode terakhir," beritahu Gee. "Aiiyya, Anda mengabarinya?" kaget Gianna. "Jelas! Dia yang ingin menentukan sendiri seperti apa penampilan calon pengantinnya di hari istimewa itu," tukas Gee. "Terserah. Bagiku itu tidak penting," putus Gianna, tak ingin berlarut-larut membicarakan calon suaminya yang sok misterius itu. "Ini, Mr. Gee!

  • Lelaki Penakluk Nona Muda   Bab 290

    “Kak, boleh pinjam mobil?” tanya Glen pada Zain. Sementara sendok berisi makanan menggantung tepat di depan mulutnya.Zain menghentikan suapannya, melirik Glen dengan tatapan penuh tanya.“Mau ke mana?”“Tidak terlalu jauh sih. Cuma mau ke rumah Uncle Harist,” jawabnya, sedikit tak acuh. Tangannya sibuk mengumpulkan makanan yang berserakan di atas piring agar lebih mudah disendok.“Kamu masih di bawah umur, ‘kan?” tebak Zain.“Cuma kurang setahun,” sahut Glen santai.“Tetap masih kurang. Ini Jakarta, Bro!” tegas Zain.“Kesimpulannya nggak boleh nih?”“Aku akan mengantarmu ke sana,” putus Zain.“Okay. I have no choice, right?” sahut Glen, pasrah.Walaupun hati kecilnya sedikit kecewa, Glen terpaksa harus menerima keputusan Zain. Lagi pula, ia tidak ingin mendatangkan masalah bagi kakak sepupunya seandainya terjadi sesuatu yang tidak diinginkan dan dia berurusan dengan pihak berwajib.Ti

  • Lelaki Penakluk Nona Muda   Bab 289

    "Masuk!" teriak Amisha dari meja kerjanya begitu mendengar suara ketukan pintu.Sebelah alisnya terangkat ketika melihat Gianna melangkah masuk dengan tangan kosong. Gadis itu tidak membawa tumpukan dokumen di tangannya. Sungguh sebuah kebiasaan yang bertolak belakang dengan kesehariannya di tempat kerja selama ini."Maaf, petugas resepsionis menelepon. Katanya ada seorang remaja menunggu di lobi," beritahu Gianna."Apa dia menyebutkan nama?" tanya Amisha."Petugas itu sudah menanyakan namanya, tapi anak itu bersikeras untuk merahasiakannya. Katanya sih biar jadi kejutan.”Kening Amisha otomatis berlipat laksana kertas diremas. Hatinya tergelitik untuk mengetahui siapa anak ingusan itu. Harus diakuinya bahwa mental anak itu cukup kuat hingga mendatanginya di kantor tanpa mau memperkenalkan diri."Berani sekali dia pagi-pagi mengacau di kantorku," sungut Amisha."Hidupmu memang selalu penuh kejutan," kelakar Gianna, menco

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status