Terus dijodohkan dan didesak oleh orang tuanya untuk menikah, Amisha menjadikan office boy di kantornya sebagai kekasih kontrak. "Sebaiknya kalian menikah secepatnya!" "What?!"
Lihat lebih banyakMendengar nama Amisha dipanggil, Zain menoleh. Ia segera menyongsong Amisha ketika melihat seorang lelaki memburu wanita itu. Senyum Zain yang semula sempat mengembang melihat kemunculan Amisha, mendadak lenyap begitu memperhatikan raut muka Amisha. Wajah istrinya itu tampak sedikit pucat dan ia berjalan dipapah Gianna.“Kau kenapa, Sweetie? Mukamu pucat sekali.” Zain sungguh cemas.“Silakan, Tuan!” ujar Gianna, menyerahkan Amisha kepada Zain. Sementara ia beranjak menuju meja resepsionis untuk mengambil kunci kamar.Sonny mengepalkan tangan ketika dilihatnya Zain merengkuh pundak Amisha dan memeluknya.“Sial! Aku terlambat,” sesalnya kesal.Zain mengusap lembut punggung Amisha dan menepuknya pelan, seperti seorang ayah yang
Suara desing mesin penggiling saling bersambut dengan hantaman palu. Memekakkan telinga. Embusan angin menghalau debu-debu semen dan pasir-pasir halus beterbangan ke udara. Memerihkan mata, menyesakkan dada.Amisha mengawasi proses pembangunan gedung di depannya dari kejauhan. Kurang puas, ia pun makin mendekat. Tidak jauh dari tempatnya berdiri, Sonny terlibat percakapan dengan sang mandor sembari mengamati denah di tangan sang mandor. Pandangan Sonny beralih ke bangunan setengah jadi itu, seraya membandingkan sekilas dengan denah.Tanpa disadari Amisha, sebilah kayu yang bersandar di dekatnya bergerak perlahan. Kehilangan posisi stabil, mendorong kayu-kayu lain ikut bergerak mengikuti gravitasi bumi.“Amisha! Awas!” pekik Sonny, saat melihat tumpukan kayu itu mulai condong ke arah Amisha.
“Tidak apa-apa. Hanya kemasukan debu.”Amisha mengalihkan pandangan dari tatapan Sonny.“Huh?”Sonny tahu Amisha berbohong dari suaranya yang sedikit bergetar, tetapi ia tidak ingin mengorek informasi lebih jauh, karena tampak jelas Amisha tidak ingin membicarakan itu.‘Aku butuh secangkir teh,’ kata hati Amisha.Buru-buru ia menyusul anggota rombongan lainnya untuk menikmati secangkir teh, beserta camilan pengembali stamina, setelah lelah mengitari hotel nan luas itu.Sonny lekas mengimbangi langkah kaki Amisha, dengan kening berkerut dan hati memendam sejuta tanya tentang sosok misterius Amish
Amisha berdiri di belakang jendela. Menikmati pemandangan di luar sana. Sudut lain dari hotel yang saat ini sedang ditempatinya. Sebuah hotel bintang lima peninggalan era kolonial yang sangat megah, bersih, dan terawat.Hotel M menyimpan nilai sejarah yang tetap dipertahankan oleh pemerintah Kota S. Menjadi ikonik dan cagar budaya Kota S. Hotel M yang dulunya bernama hotel Yamato ini menjadi salah satu saksi sejarah pra kemerdekaan Indonesia, tempat di mana Arek-Arek Suroboyo merobek bendera Belanda.Hotel M tetap mempertahankan bentuk khas zaman kolonial yang bergaya art-deco. Sejak memasuki lobi hotel, Amisha dapat merasakan suasana zaman Belanda, seakan ia melewati dimensi waktu, dan terlempar ke masa silam. Namun, ketika matanya menyapu interior di hotel itu, Amisha sadar bahwa ia benar-benar masih berada di tanah Jawa. Semua interior di hotel itu bergaya J
Sorot mata Gianna penuh permusuhan menatap Sonny. Sementara yang ditatap tidak menyadari, kalau dirinya sedang menjadi target kebencian seorang Gianna.Melihat Amisha sangat fokus pada buku bacaannya, Sonny tak berani mengganggu Amisha, walau hati kecilnya sangat ingin menghabiskan waktu tunggu, bercakap-cakap dengan Amisha. Berulang kali ia melirik Amisha dengan desahan napas kecewa.‘Dia memang hobi membaca atau sengaja mengabaikanku?’ Hati Sonny bertanya-tanya, masih belum percaya jika Amisha benar-benar tidak mengenalinya.Tidak lama kemudian, terdengar suara panggilan agar penumpang segera naik ke pesawat.Gianna menggamit Amisha. “Ayo naik ke pesawat!”Amisha bergegas menutup bukunya dan menyimpan buku itu ke dalam tas.Begitu Amisha bangkit dari duduknya, Gianna cepat-cepat menyeret Amisha. Ia tidak ingin Amisha berjalan berdampingan dengan Sonny.“Kamu berniat membuat kakiku sakit?’ tanya Amisha, melirik tajam pada Gianna.Ia tak mengerti mengapa gadis itu tiba-tiba seperti or
“Jadi berangkat hari ini?” tanya Zain pada Amisha, saat mereka tengah menikmati sarapan pagi.“Terima kasih,” ujar Zain, refleks menoleh ke kiri ketika Inah tiba-tiba datang, menghidangkan secangkir kopi untuknya.“Iya,” sahut Amisha singkat, mengoles sehelai roti tawar dengan selai kacang.“Kurasa aku masih sempat mengantarmu,” imbuh Zain setelah melirik jam di pergelangan tangannya.“Tidak usah. Gianna sudah memesan jemputan bandara,” tolak Amisha halus.Ia melipat roti yang sudah diolesnya. Memegangnya dengan dua tangan, lalu memasukkan bagian sudutnya ke mulut.“Oh .…” Zain sedikit kecewa.Terkadang Amisha terlalu mandiri dan terkesan tidak membutuhkannya. Tetapi paling tidak, ia harus tetap bersyukur Amisha masih berpikir untuk minta izin padanya.“Selama kau di Kota S, aku akan kembali ke rumahku,” kata Zain, memberitahu Amisha rencananya.“Kenapa? Kamu tidak betah tinggal di sini?” Amisha mengernyit.Semenjak rumah Zain selesai direnovasi, mereka memang sepakat untuk menghabisk
“Kenapa harus aku? Dia sudah besar. Bisa pulang sendiri,” sahut Yoshi, seakan menolak perintah Zain untuk mengantar Gianna pulang.Padahal, dalam hati ia sangat senang mendapat kesempatan berdua dengan Gianna. Saking riangnya, jantungnya serasa mau loncat keluar dari dadanya.Namun, sedetik kemudian Yoshi seketika diam seribu bahasa dan menundukkan kepala. Tatapan Amisha menghunjam tajam kepadanya.“Aku juga tidak minta diantar sama kamu. Aku bisa panggil taksi.” Gianna juga tak mau kalah gengsi.“Gianna!” hardik Zain dan Amisha bersamaan.Gianna langsung bungkam.“Ya, ya, ya … baiklah. Kalian yang berkuasa,” ujar Gianna pasrah.Zain memberi kode kepada Yoshi dengan gerakan kepala.“Jadi, kami sudah diusir nih ceritanya?” tanya Yoshi.Ekspresi wajahnya menunjukkan bahwa ia belum rela untuk meninggalkan rumah Zain.“Tidak baik anak gadis pulang terlalu larut,” sahut Zain tegas.“Oke.” Yoshi bergerak malas, diikuti Gianna.Sepeninggal Yoshi dan Gianna, Amisha bergegas mengambil vacuum c
“Kalian mau main tidak?” hardik Amisha saat dilihatnya Zain dan Yoshi masih ogah-ogahan, telentang di atas karpet.Sejenak Zain dan Yoshi saling toleh, lalu serentak bangkit dan berseru kompak, “Oke! Ayo mulai!”Gianna melempar balok uno stacko itu kepada Yoshi, seolah memberi perintah kepada lelaki itu untuk menyusunnya.“Dasar cewek manja! Masa menyusun ini saja tidak bisa,” gerutu Yoshi, mengejek Gianna.PLAK!“Kerjakan saja! Tidak usah banyak protes!” omel Gianna, menepuk keras bahu Yoshi.“Ish! Sakit tahu!” semprot Yoshi,mengusap bekas pukulan Gianna.“Meledek lagi, giliran mulutmu yang kutabok!” ancam Gianna.“Oh My God! Kalian mau main atau mau berantem sih?” Zain mulai jengah dengan perang mulut antara Yoshi dan Gianna.“Dia yang mulai,” kilah Gianna, membela diri.Protes tersebut langsung dibalas tatapan tajam oleh Zain. Seketika Gianna bungkam.Yoshi kembali mencibir pada Gianna. Membuat mata Gianna membulat, seakan ingin keluar dari sarangnya.Setelah menentukan nomor urut,
“Punyaku!” Yoshi menarik potongan daging ayam ke arahnya.“Punyaku!” Gianna menarik balik ayam itu ke dekat piringnya.“Oh My God! Kalian ini seperti anak kecil saja. Kenapa harus rebutan. Itu ‘kan masih ada potongan lainnya?” Zain yang sudah mulai geregetan melihat ulah Yoshi dan Gianna menegur mereka.“Tidak mau!” Yoshi dan Gianna menjawab kompak.“Hahaha ….” Amisha tertawa renyah menyaksikan tingkah Yoshi dan Gianna.Yoshi dan Gianna sama-sama menoleh pada Amisha, dengan kening berkerut.Zain terpesona mendengar tawa Amisha. Ia sangat suka melihat Amisha tertawa. Tawa pertama yang didengar dan dilihat Zain, setelah berbulan-bulan ia mengarungi bahtera rumah tangga bersama Amisha.“Oops! Maaf!” ujar Amisha sembari menutup mulut dengan kedua telapak tangan, menyadari tatapan aneh Yoshi dan Gianna tertuju kepadanya.“Kalian pasangan yang lucu!” cerocos Amisha santai, masih dengan sisa-sisa tawanya.“Aiiyyya … siapa bilang kami pasangan?” Gianna sewot. Ia mendelik pada Yoshi, yang diba
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.