Share

Bab 212

last update Last Updated: 2025-09-06 12:00:33

Suara ponsel yang berbunyi cukup keras memaksa Ananta membuka matanya. Ia berdecak lantaran tidurnya terganggu. Seharusnya kemarin ia matikan saja benda itu.

Ananta menarik tangannya yang dijadikan Andara sebagai bantal dengan hati-hati agar tidak mengusik kenyamanan perempuan yang tidur lelap di sebelahnya.

Dengan menyipitkan mata, lelaki itu melihat nama pemanggil di layar.

"Halo."

"Ta, gue udah di depan kamar lo mau ngasih obat yang lo minta."

Ananta meletakkan ponselnya. Ia mengenakan celana seadanya dan membiarkan dadanya terbuka kemudian membukakan pintu untuk Kemal.

Senyum penuh goda Kemal langsung menyambutnya.

"Sorry ngeganggu."

"Mana obatnya?" tanya Ananta tidak ingin berbasa-basi.

Kemal mengangkat kantong putih di tangannya dan memberikan pada Ananta. "Katanya paling lambat harus diminum sebelum 72 jam. Terus pil yang kedua 12 jam setelah pil pertama."

"Noted. Thanks, Mal," jawab Ananta setelah mendengar keterangan Kemal.

Kemal mengiyakan kemudian berlalu dari kamar Ananta
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (7)
goodnovel comment avatar
Ayu Ayuningtiyas
21 th menikah ,suamiku tdk pernah ngungkapin cintanya ke aku.ya sdh ...ku cuek saja dan kujalani saja hidup ini.
goodnovel comment avatar
Mira Sauqi
Gak perlu bilang love,cukup lo rasain sendiri gimana dia sekarang......
goodnovel comment avatar
Miumiu Dara
duh dara masih ngarep dpt kata kata manis dr nata. yg bs begitu itu elo, udah servise aja di ranjang klo mau denger rayuan nata.
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Lelaki Yang Terpaksa Menikahiku   Bab 246

    Entah ini kebetulan atau karma kecil untuk Ananta. Tapi sebagian anak-anak memang memiliki kepekaan alami. Mereka bisa menangkap luka yang tidak pernah diceritakan dan menyimpan potongan-potongan rasa sakit yang diwariskan diam-diam dari ibunya. Itu pula yang terjadi pada Kaivan.Meski anak itu masih kecil dan ia tidak tahu apa yang terjadi pada kedua orang tuanya kandungnya, namun semesta bekerja dengan caranya sendiri. Ada rasa asing yang mengendap di dada anak itu setiap kali berada di dekat sosok ayahnya. Rasa yang tidak bisa ia jelaskan, tapi cukup untuk membuatnya menjauh."Om, Kai mau pulang ke Bandung. Kai nggak mau di sini. Kai mau sama Mama. Kai mau sama Papa." Kaivan mulai merengek diiringi oleh air matanya yang berjatuhan."Kai, katanya kita mau lihat lumba-lumba. Dia lucu lho. Dia bisa loncat, terus nanti Kai bisa pegang juga. Kalau di Bandung mana ada lumba-lumba." Shankara berusaha membujuk keponakannya itu. Ia tidak mau rencananya gagal. Ia harus bisa mendekatkan Kaiva

  • Lelaki Yang Terpaksa Menikahiku   Bab 245

    Pagi-pagi sekali anak-anak itu sudah bangun. Mereka mengguncang-guncang badan Shankara yang masih pulas dalam tidurnya.“Om, bangun! Bangun! Kita mau jalan-jalan!” teriak Kaivan dengan suara khas anak kecil.Thalia ikut menepuk-nepuk lengan papanya. “Pa, ayo! Kai sudah siap, aku juga sudah ganti baju.”Shankara membuka mata dengan malas lalu mengusap wajahnya. “Astaga, pagi-pagi sudah ribut. Kalian ini nggak bisa lihat Om masih ngantuk?” gumamnya, meski senyum tipis menyelip di bibirnya.Namun, begitu melihat wajah ceria kedua anak itu, kantuknya seketika menguap. “Om janji mau ajak jalan-jalan.” Kaivan meraih tangan Shankara, menarik-nariknya dengan penuh semangat.“Janji ke mana?” Shankara mengernyit, pura-pura lupa.“Katanya mau lihat lumba-lumba di Ancol!” sahut Kaivan cepat. Matanya penuh binar. “Kak Thalia juga mau, kan?”Thalia mengangguk bersemangat, rambutnya bergoyang. “Iya! Aku udah nggak sabar mau lihat lumba-lumbanya loncat-loncat."Shankara menghela napas pasrah. Ini ba

  • Lelaki Yang Terpaksa Menikahiku   Bab 244

    Informasi yang diterimanya dari Kaivan membuat Andara tidak kuasa menahan rasa penasaran.Shankara yang keselamatannya semakin terancam, dengan cepat mengambil alih handphonenya dari Kaivan sebelum anak itu bicara macam-macam."Hai, Ra, nggak usah dipikirin ya yang dibilang Kai.""Siapa yang sakit, Bang? Tadi Abang mampir ke mana dulu?" buru Andara menyelidiki."Itu, Ra, supplier spare part langganan Abang. Jadi tadi Abang mampir dulu. Makanya baru nyampe rumah jam segini.""Sakit apa? Kenapa kayaknya Kai takut?""Oh itu. Jadi teman Abang itu diinfus makanya Kai bilang jarum. Ada yang mau kamu omongin lagi sama Kai? Abang mau rebus air panas buat mandi dia." Shankara buru-buru mengalihkan."Coba kasih hpnya ke Kai, Bang."Ponsel Shankara pindah pada Kaivan. Selama hitungan menit ibu dan anak itu mengobrol berdua. Shankara mendengarkan dengan saksama. Syukurlah Kaivan tidak lagi membahas soal Ananta.

  • Lelaki Yang Terpaksa Menikahiku   Bab 243

    Shankara menarik napas panjang sambil membujuk Kaivan agar tetap bertahan di sana. Lelaki itu berlutut di lantai sembari meletakkan kedua tangannya masing-masing di bahu Kaivan."Kai, coba dengar Om dulu." Ia mencoba menenangkan Kaivan yang gelisah. "Malam ini kita menginap di sini, besok baru kita pulang ya?" bujuknya."Nggak mau!" Kaivan menggelengkan kepalanya kuat-kuat. "Kai mau main sama Kak Thalia.""Tapi Kak Thalia nggak ada di rumah. Dia di rumah Tante Calista.""Kalau gitu Kai mau pulang ke Bandung sekarang. Kai mau telepon Mama. Suruh Mama jemput sekarang." Kaivan mulai merengek.Shankara semakin panik. Ia tidak mau Kaivan mengadu pada Andara yang membuat semua jadi kacau."Ka, nggak usah dipaksa," ujar Ananta. Suaranya terdengar lemah.Shankara menatap sahabatnya itu. Ia bisa merasakan perasaan Ananta. Lelaki itu pasti sangat sedih."Ya udah, kita telepon Mama, tapi nanti kalau udah nyampe rumah ya." Shankara memutuskan untuk mengalah daripada memperunyam suasana. "Sekarang

  • Lelaki Yang Terpaksa Menikahiku   Bab 242

    Anak kecil itu memandangi pria dewasa di sebelahnya dengan benak dipenuhi pertanyaan. Ia berusaha menyerap informasi yang tidak sanggup ia cerna."Papa? Papa Kai, kan, lagi di Bandung, Om," ujarnya bingung.Shankara sempat terdiam sepersekian detik, lalu tersenyum kaku. "Oh iya, Om lupa. Om salah bicara. Bukan papa Kai maksudnya, tapi teman Om."Kaivan memiringkan kepalanya. “Teman Om?"“Iya, dia teman Om. Orangnya baik. Nanti Kai bisa kenalan,” jawab Shankara, mengusap kepala mungil itu.Bocah itu tampak belum sepenuhnya puas dengan jawaban sang paman, tapi akhirnya mengangguk kecil. “Kalau baik, Kai mau. Tapi Om ikut ya?”“Ikut dong. Om nggak bakal ninggalin Kai.”Shankara menggandeng tangan Kaivan menuju rumah. Setiap langkah kecil bocah itu terdengar jelas, seakan menambah degup jantung yang berkejaran di dada Shankara sendiri. Ia tahu cepat atau lambat kebenaran akan terungkap, tapi untuk saat ini ia memilih menjaga agar hati anak itu tidak kaget terlalu cepat. Dan tentu saja aga

  • Lelaki Yang Terpaksa Menikahiku   Bab 241

    Andara menata pakaian Kaivan ke dalam koper kecil berwarna biru. Kaivan duduk di tepi ranjang. Kakinya yang mungil berayun-ayun. Sesekali ia mencoba memasukkan mainan dinosaurus kesayangannya ke dalam koper.“Kai, cuma boleh bawa satu mainan, sayang. Itu koper isinya baju, bukan kebun binatang,” ucap Andara sambil melipat kaus bergambar lumba-lumba.“Tapi Kai mau bawa T-Rex sama Triceratops juga,” rengek bocah itu dengan wajah penuh strategi.Andara menghela napas, lalu menatap matanya yang bundar. “Dua mainan, nggak lebih. Mama titip T-Rex, Kai boleh pilih satu lagi buat dibawa. Deal?”“Deal!” seru Kaivan ceria, lalu menyelipkan Triceratops kecil ke sudut koper.Shankara yang dari tadi bersandar di pintu setelah Kaivan memaksa melihat kamarnya yang estetik, hanya tersenyum melihat interaksi ibu dan anak itu. “Ra, jangan terlalu keras, namanya juga anak-anak. Kalau bawa mainan segambreng juga nggak masalah.”Andara spontan memandang. “Abang gampang ngomongnya. Nanti kalau barangnya ke

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status