Share

Bab 12

Xavia terpana melihat lembaran-lembaran uang yang bertebaran di tanah.

Xavia benar-benar merasa bingung.

Dia tidak menyangka bahwa kantong plastik sampah berwarna hitam yang dibawa Gerald berisi uang sebanyak itu!

“Apa? Ini semua uang…”

Xavia benar-benar tidak bisa berpikir lagi.

“Gerald, dari mana kamu dapatkan uang sebanyak ini?”

Alih-alih menjawab pertanyaan Xavia, Gerald tidak peduli dan langsung berjongkok memunguti seratus ribu dolar yang bertebaran di tanah.

“Apa pedulimu? Katamu aku ini tidak berarti buatmu karena aku hanyalah seorang lelaki miskin?”

Setelah berkata demikian, Gerald berbalik untuk pergi.

Kali ini Xavia sudah benar-benar tidak bisa mengontrol dirinya lagi.

Kalau Gerald benar-benar miskin dan dia benar-benar membeli tas itu menggunakan one-time shopper’s card, Xavia tidak akan pernah menyesali putusnya hubungan mereka.

Dia tidak akan pernah menyesalinya!

Namun, ternyata sekarang Gerald punya uang tunai sebanyak seratus ribu dolar.

“Gerald, berhenti! Sebaiknya kamu ceritakan apa adanya kepadaku. Kalau tidak, aku akan berteriak!”

Xavia berteriak dan didorong oleh emosi yang meluap-luap sambil melompat ke arah Gerald.

Dia sudah bertekad kali ini dia harus mengetahui kebenaranya.

Gerald tidak peduli lagi pada Xavia.

Xavia mendadak merasa takut. Jangan-jangan Gerald benar-benar telah menjadi seorang kaya raya!

Teriak?

Hahaha.

Gerald tersenyum sinis dan berkata,”Xavia, silakan saja lakukan apapun yang kamu mau.”

“Ahh! Tolong! Tolong! Ada orang mau perkosa aku!” Xavia berteriak sekeras-kerasnya.

Meskipun malam telah larut, tapi masih banyak pasangan yang sedang menghabiskan waktu berduaan disekitar situ.

Demi mendengar teriakan Xavia, mereka segera berlari menuju ke arah danau.

“Sialan!”

Gerald tidak menyangka bahwa Xavia akan benar-benar berteriak minta tolong dan berbuat seolah-olah dia akan memperkosanya!

“Xavia, apa yang sedang kamu lakukan? Okay, sekarang kamu menang dan aku kalah.”

“Gerald, aku hanya ingin kamu jujur kepadaku dari mana kamu dapatkan uang seratus ribu dolar itu! Tolong katakan kebenarannya sekarang!” Xavia berkata sambil mengerutkan keningnya.

Gerald benar-benar merasa putus asa dengan perempuan ini.

Gerald benar-benar tidak ingin berhubungan lagi dengan Xavia.

Itu sebabnya Gerald memutuskan untuk terus berbohong dan berharap Xavia membenci dirinya sepenuhnya.

“Oh, aku harus mengembalikan seratus ribu dolat ini kepada seseorang. Aku, kan tadi cerita tentang seorang anak perempuan yang aku tolong beberapa hari lalu? Nah, selain memberiku shopper’s card, mereka juga memberiku sepuluh ribu dolar sebagai tambahan hadiah. Tanpa mereka sadari, mereka memberiku seratus ribu dolar. Oleh sebab itu aku bermaksud mengembalikan yang sembilan puluh ribu dolar!” Gerald mencoba bercerita dengan nada tulus.

Xavia berusaha keras untuk mencerna semuanya.

Pertama, Xavia tahu bahwa Gerald bukanlah seorang yang pandai berbohong.

Kedua, jika Gerald benar-benar telah menjadi kaya raya, kenapa penampilanya tetap biasa saja?

Gerald sama sekali tidak terlihat seperti layaknya seorang kaya raya.

Setelah mendengarkan seluruh penjelasan Gerald, Xavia benar-benar merasa lega sekarang.

Semuanya terasa masuk akal sekarang.

“Sekarang aku paham. Singkat kata, selain 10 ribu dolar tunai ini, kamu sudah tidak punya apa-apa lagi!”

Xavia menarik napas panjang dan dia merasa keputusanya untuk membiarkan Gerald meninggalkanya sudah tepat dan Xavia yakin dia tidak akan pernah menyesali keputusannya ini.

“Kalau kamu sudah puas, sekarang aku mau pergi.”

Selanjutnya Gerald berlalu dengan membawa seratus ribu dolar tunai ditangannya.

“Seorang lelaki miskin selamanya akan tetap miskin! Kalau begitu aku akan kembali kepada Yuri!”

Xavia buru-buru pergi setelah beberapa jenak memandang punggung Gerald dengan tatapan jijik.

Gerald merasa sangat tertekan setelah menyetor uangnya melalui mesin ATM.

Xavia sudah benar-benar berubah, sama sekali berbeda dengan Xavia yang pernah dikenalnya.

Xavia, Xavia.

Andai saja Xavia bisa melupakan soal tas Hermes dan mau menerima dirinya meskipun ketika dia tidak punya uang, Gerald tidak akan keberatan untuk kembali bersamanya.

Nyatanya, Gerald tidak hanya memiliki sepuluh ribu dolar, dia bahkan kelipatan sepuluh ribu dolar yang tak terhitung jumlahnya!

Ahh!

Gerald menghela napas dan mulai berjalan pulang ke asrama.

Tiba-tiba, poselnya berdering.

Sebuah panggilan telepon dari Naomi.

“Gerald, maukah kamu mencicipi kue buatanku? Kalau mau, datanglah ke asrama putri, nanti aku bawakan kuenya ke sana!”

Seperti biasanya Naomi selalu perhatian dan ingat dengan Gerald.

Selama ini, keduanya berhubungan baik dan Naomi selalu merasa senang dan damai kapanpun ketika Gerald bersamanya.

Naomi juga merasa nyaman untuk bercerita apapun kepada Gerald.

Berbeda dengan penghuni asrama lainya, Gerald tidak memiliki niat terselubung dalam berteman. Naomi dapat merasakan bahwa Gerald tulus bersahabat denganya, sama sekali tidak bertujuan untuk mengajaknya ketempat tidur seperti yang lainya.

Hmm!

“Kue? Baiklah, aku sendiri sudah bosan banget makan cake…”

Gerald tertawa. Dia benar-benar bisa merasakan keindahan dalam persahabatanya dengan Naomi, bisa dibilang Naomi adalah satu-satunya sahabat perempuan yang dia miliki.

“Okay, baiklah. Gerald, apapun yang terjadi denganmu malam ini, ingatkah bahwa kamu akan selalu menjadi sahabat terbaiku! Aku sangat like tas yang kamu belikan untukku!

Mereka masih terus berbincang melalui sambungan telpon sampai beberapa waktu kemudian sebelum akhirnya Naomi menutup percakapan.

Sementara itu, teman-teman Naomi di asrama sudah tidak sabar untuk terus menunggu.

“Naomi, kenapa sih kamu selalu baik dengan seorang laki-laki seperti Gerald?”

“Alice, aku tahu bahwa kamu meremehkan Gerald, tapi kamu harus percaya padaku! Dia bukanlah seperti yang kamu pikirkan! Gerald itu orangnya sangat otentik dan seorang yang sangat baik kalau kamu sudah kenal lebih dekat.”

Alice juga sedang berada di kamar Naomi.

Alice merasa sangat tertekan malam itu.

Suatu hari Alice berkeinginan untuk bertemu pria baik yang bisa dia pertimbangkan untuk diajak kencan, tetapi orang pertama yang dia temui adalah Gerald. Lalu Alice memiliki perasaan terhadap Nigel, seseorang yang membuat dia kehilangan segalanya dalam semalam.

Alice masih ingat betapa dia merasa sangat kesal saking malunya ketika mereka sudah menunggu diluar Wayfair Mountain Entertainment tapi kemudian tidak bisa masuk.

Itu benar-benar pengalaman yang tidak menyenangkan!

Alice merasa bahwa kesialannya dimulai sejak dia bertemu dengan Gerald.

Itulah sebabnya Alice sangat membenci Gerald.

“Aku tidak bisa percaya bahwa dia memberimu sebuah tas Hermes palsu. Menurutku ini sangat keterlaluan dan menjijikan!”

Alice merasa sangat kecewa ketika melihat Naomi memperlakukan tas pemberian Gerald dengan perlakuan yang sangat istimewa.

Alice meraih tas itu dari Naomi dan membuangnya ke tempat sampah.

Naomi buru-buru berjalan ke tempat sampah dan bermaksud mengambil tas itu kembali.

“Selamat Ulang Tahun, Naomi!”

Belum sempat Naomi melakukanya, sahabat-sahabatnya sesama penghuni asrama memasuki kamarnya dengan membawa kue ulang tahun.

“Ah, ternyata kalian semua di sini!”

Naomi buru-buru menuju pintu dan menyapa teman-temanya.

Lalu Felicity dan Xavia menuju kamar Naomi.

Meskipun Naomi sudah sangat jarang berbicara dengan Xavia karena Gerald, tapi Naomi tetap menyapa Xavia dengan sebentuk senyum manis di bibirnya.

“Wow! Naomi, kamu pasti menerima banyak hadiah keren! Sampai-sampai kamu membuang tas cantik itu ke tempat sampah? Oh, my God, padahal ini tas Hermes lho!” Felicity mengatakan itu sambil bercanda demi melihat tas Hermes di tempat sampah.

Felicity Nelson benar-benar seperti boneka saking cantiknya. Felicity dan Alice, bisa dibilang keduanya adalah gadis tercantik di seantero asrama.

Alice memandang Felicity dan menyadari bahwa mereka berdua sama-sama cantik dan elegan, tidak dapat dipungkiri Alice merasa sedikit tersaingi.

“Hmm! Jadi, kalau ini Hermes? Pastilah ini tas Hermes palsu karena yang beli adalah seorang lelaki miskin!” Alis berkata demikian sambil mengernyitkan kening.

Xavia berdiri tepat disebelah Felicity dan seketika wajahnya berubah demi meliat tas Hermes yang sedang mereka bicarakan.

Xavia langsung menyadari bahwa itu adalah tas Hermes yang dibeli oleh Gerald seharga limapuluh lima ribu dolar pagi tadi!

Xavia merasa tidak nyaman setelah melihat tas itu.

“Palsu?”

Felicity mengambil tas dari tempat sampah dan mengamatinya dengan teliti.

Setelah beberapa saat, mata Felicity membelalak karena terkejut sambil terus memandang dan memutar tas yang ada ditanganya.

“Ini…Aku pikir ini bukan tas Hermes palsu. Aku pikir ini benar-benar produk asli!”

“Asli?” Semua gadis asrama itu terkejut. “Bagaimana mungkin? Gerald itu miskin banget. Bagaimana bisa dia membelikan Naomi sebuah tas Hermes asli?”

“Tas ini adalah edisi khusus “collector’s item” dan dijual dengan harga diatas limapuluh ribu dolar!” Alice berkata sinis.

Alice bisa merasakan bahwa jantungnya berdetak lebih kencang demi mendengar Felicity mengatakan bahwa tas Hermes itu adalah produk asli.

“Tidak, aku jamin ini asli. Aku pernah menyentuh tas Hermes asli di Hermes Boutique Store and rasanya ini benar-benar persis. Rasanya tidak mungkin tas Hermes palsu bisa punya tekstur yang sama persis dengan aslinya. Aku punya kontak manajer Hermes Boutique Store yang terletak di seberang kampus kita dan aku bisa menelpon untuk bertanya apakah seseorang telah membeli collector’s item dari tokonya. Kita semua akan tahu kebenarannya!”

Felicity memegang tas Hermas ditangan dan mempelakukanya selayaknya sebuah benda yang sangat berharga.

Ucapannya membuat para gadis seketika terkesiap.

Lalu Felicity mengambil telepon genggamnya dan mulai mencari nomer telpon manager dari Hermes Boutique Store.

“Kamu tidak perlu menelpon…” Mendadak Xavia membuka suara. Xavia tidak ingin Felicity melanjutkan teleponnya. Xavia masih tidak rela menerima kenyataan bahwa Gerald membelikan tas mahal senilai limapuluh lima ribu dolar untuk diberikan kepada perempuan lain.

Namun Felicity memutuskan untuk tidak meneruskan panggilan telepon, dia memutuskan untuk menyampaikan kebenaranya secara langsung.

“Tas Hermes ini beneran asli. Ketika Gerald membelinya pagi tadi, Yuri dan aku…kami juga sedang berada di Hermes Boutique Store. Gerald membayar limapuluh lima ribu dolar untuk membeli tas itu!”

“Apa?”

Bam!

Semua yang ada di ruangan itu mematung.
Komen (6)
goodnovel comment avatar
Ricky Novri Putra
ada di film kan kah ??
goodnovel comment avatar
Dioni Doni
cerita yg bagus
goodnovel comment avatar
Raina 67
Kenapa begini Jadi.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status