Lama kelamaan Gerald menyadari bahwa kedatangan Xabrina bukan untuk berkencan. Lagipula Gerald juga tidak mengharapkan kencan buta itu. Jadi Gerald mencoba menggodanya dan berharap bisa mengakhiri ini semua."Kamu nggak usah mengada-ada. Kalau kamu memang punya rumah di sana kenapa nggak kamu tinggali?""Aku benar-benar punya rumah di sana. Aku hanya nggak punya cukup waktu untuk tinggal karena letaknya di daerah perbukitan pegunungan. Aku nggak terbiasa tinggal di sana sendirian, jadi rumah itu untuk aku dan istriku nanti," jawab Gerald sambil tersenyum."Astaga, jadi letaknya di pegunungan. Kamu ditugasi oleh seseorang untuk menjaga hutan? Mereka membelikan rumah kecil untukmu di sana?" Xabrina terkekeh dengan nada menghina."Oh, iya, kamu punya mobil nggak? Asal kamu tahu, kalau aku bekerja di Mayberry, aku nggak mau pakai mobil yang harganya kurang dari 45.000 dolar!" imbuh Xabrina dengan angkuh."Aku juga punya mobil, tetapi aku memarkirnya di lereng gunung.""Di lereng gunung? Mo
“Kebetulan kami juga mau makan di sini. Bree, siapa pria ini?"Salah satu dari mereka menatap Gerald dan bertanya."Oh! Dia temanku. Kalau kalian sibuk kalian lanjut saja makan dulu."Mendengar mereka memanggilnya dengan nama asli, Xabrina menjadi cemas. Mereka adalah teman-temannya semasa SMA dan mereka berkuliah di kampus yang sama. Ia tidak mengira akan bertemu mereka di sini dan kondisi inilah yang ditakutkan akan terjadi."Ayolah, jangan begitu, Bree. Kenalkan dia pada kami. Teman apa ini? Ditambah lagi dia membelikanmu banyak makanan enak. Sepertinya kami tahu dia siapa!" ujar teman-teman Xabrina terus menggoda."'Bree'? Bukankah namamu adalah Michelle?" tanya Gerald kebingungan."Michelle? Michelle itu kakak Bree. Eh, ada apa ini? Tunggu, jadi kamu nggak kenal Xabrina? Lalu ngapain kamu di sini?" tanya mereka tercengang."Gerald, kamu diam!" bentak Xabrina yang langsung berdiri dan salah tingkah. Kemudian ia menyeret teman-temannya untuk menyingkir. Sepertinya dia ingin menjelas
Saat tengah mengolok-olok Gerald, mereka tiba-tiba berhenti dan melihat ke arah luar dengan terkejut. Pasalnya, mereka mendapati dua motor Yamaha diparkir di depan restoran kemudian terlihat tiga pria dan satu wanita turun dari motor. Sepertinya mereka juga akan makan di Domino."Sial! Xabrina, lihat. Itu si jalang Lily!""Ah, berengsek! Di zaman sekolah dulu kamu kan memiliki hubungan buruk dengan dia, dan kebetulan sekali kalian malah kuliah di kampus yang sama setelahnya. Kamu bahkan sempat terlibat pertikaian dengan dia beberapa waktu yang lalu. Apa yang akan kamu lakukan kalau dia melihatmu?""Astaga, pria jangkung itu adalah pacarnya dan dia adalah seorang preman. Dia cukup berpengaruh di daerah sini. Bree, cepat sembunyi!"Kesombongan mereka sirna seketika dan berganti menjadi kekhawatiran.Xabrina mencibir, "Kenapa aku harus sembunyi dari dia? Aku sama sekali nggak takut. Aku yakin dia nggak akan berani melakukan apapun padaku!"Berikutnya, Xabrina tidak sempat lagi memikirkan
“Kakakku adalah Yale Lockwood, dulu dia bersekolah di SMA 1. Kenapa memangnya? Kau takut, hah? Kalau iya, segera pergi dan enyah dari hadapanku! Sebelum kau dijadikan daging cincang kalau dia datang nanti!" jawab Franklin sambil meregangkan lehernya, suaranya terdengar berat dan menggelegar."Sebaiknya kau yang pergi!!" Tatapan mata Gerald menyiratkan amarah. Seketika ia mengangkat kaki dan menendang Franklin dengan keras tepat di bagian perut. Franklin pun jatuh tersungkur ke lantai dan merintih kesakitan.Meskipun Gerald terlihat rapuh di luar, tetapi sebenarnya dia cukup kuat. Dulu ia adalah petarung yang cukup baik ketika berkelahi bersama Xeno melawan anak-anak lain. Tetapi Xeno lebih sering berkelahi daripada Gerald. Gerald berkelahi hanya ketika membela Xeno. Pada dasarnya, lengan dan kakinya memang sangat kuat.Saat Gerald mendengar bahwa kakak Franklin adalah adalah Yale, kemarahannya seketika muncul. Lagipula, Gerald tidak takut pada apapun dan siapapun sekarang. Ia kemudia
“Aku benar-benar sudah salah menilaimu. Aku telah menyelidiki tentang kamu sebelum datang. Tampaknya kamu adalah anak yang selalu dirundung semasa SMA. Saat pertama melihat kamu, aku pikir kamu adalah seorang pria jujur yang polos dan mudah dibohongi. Kamu tahu itu?""Yang sungguh nggak aku duga adalah kamu menjadi begitu kuat ketika amarahmu tersulut. Mereka bertiga bahkan nggak punya kesempatan untuk menyerang balik. Kamu nggak tahu betapa galaknya kamu tadi. Kamu terlihat sangat jantan!" ujar Xabrina sambil menyentuhkan kakinya pelan pada Gerald.Kali ini Xabrina bersungguh-sungguh dengan perkataannya. Kesannya terhadap Gerald sekarang sudah berubah. Ia sungguh merasa tersentuh. Umumnya, para gadis akan menyukai pria yang maskulin, terutama yang bisa menunjukkan hal itu untuk melindungi pasangan mereka.Dan Gerald jelas memiliki hal itu."Kamu tidak tahu apa-apa. Aku biasanya tidak seperti ini," jawab Gerald sambil menggelengkan kepala."Tapi aku tahu itu. Aku bisa melihatnya!" ter
“Ada apa?" tanya Gerald terheran."Apakah kamu free besok?" tanya Queenie."Kenapa? Aku besok mau pergi berbelanja bahan-bahan."Pasalnya, lusa adalah hari ulang tahun Gerald. Bibi Winters akan memasak banyak makanan dan Gerald tidak tega kalau wanita itu harus berbelanja menggunakan uangnya sendiri. Jadi Gerald yang akan menyiapkan bahan-bahannya.Queenie mencibir."Kamu sudah menumpang makan pada Nenek dan Kakekku selama ini. Kenapa sekarang tiba-tiba ingin belanja sendiri? Lagi pula ulang tahunmu masih lusa, jadi membeli bahan-bahan tidak akan terlalu merepotkan. Aku punya hal baik yang sedang menunggumu jadi hal yang lain kesampingkan dulu.”"Wow, kamu punya sesuatu yang bagus untukku?" Gerald tertawa mencemooh. Ia dan Queenie dibesarkan bersama sejak kecil namun Queenie selalu bersikap jahat padanya, bahkan sampai mereka dewasa. Saudara-saudara Queenie juga selalu merundung Gerald.Dulu Gerald sangat membenci mereka namun seiring berjalannya waktu, ia semakin terbiasa dan tidak te
Jadi Gerald menurunkan kaca jendela untuk mendapat udara segar. Tetapi yang mengejutkan, setiap kali Gerald menurunkan kaca, kaca itu naik lagi. Kemudian baru ia sadari bahwa Queenie yang menaikkannya.‘Sial! Ternyata si jalang itu!’ umpat Gerald dalam hati.Kemudian ia mencoba sekali lagi menurunkan kaca jendela pelan-pelan, namun dengan cepat Queenie menaikkannya lagi.“Apa yang kamu lakukan?” tanya Gerald mulai frustasi.“Huh! Justru aku mau menanyakan hal yang sama. Aku sudah membuka kaca depan, kenapa kamu mau membuka semuanya? Bagaimana kalau ada debu yang masuk? Kamu ini pernah naik mobil nggak, sih?” ujar Queenie membentak balik, nada suaranya penuh kejengkelan.Tepat saat itu, tiba-tiba HPnya berbunyi.“Oke, Yolanda. Aku akan ke sana menjemputmu. Tunggu sebentar. Ya, kan aku sudah bilang padamu tadi malam? Aku membawa seseorang. Iya, nanti biar dia yang membantu kita membawakan tas saat naik gunung. Kamu fokus saja menarik perhatian Jarvis. Ah, kamu selalu lupa pada teman
Dua pria menyambut mereka.Queenie dan Yolanda pun menghampiri keduanya, sementara Gerald membuntut di belakang sambil membawa tas besar dan kecil."Kenapa kalian lama sekali? Oh, hei, kamu bawa seseorang rupanya. Bagus sekali. Tampaknya kita bisa bersenang-senang dengan bebas hari ini. Bro, terima kasih, ya, atas bantuanmu."Seorang pria berjalan menghampiri dan langsung merangkul pinggang Queenie. Ia tersenyum pada Gerald dan mengucapkan terima kasih.Kemudian, pria satunya membuka kotak rokok dan menjulurkan satu batang pada Gerald."Jarvis, kamu yakin memberinya rokok? Dia bukan perokok. Lagipula kalau pun dia perokok, dia nggak terbiasa mengkonsumsi rokok mahal begitu," ejek Queenie."Namanya Gerald, dia pria yang pernah kuceritakan pada kalian. Jadi hari ini dia akan membantu kita membawakan tas. Kita hanya perlu membelikannya makanan nanti siang." Queenie memegang mesra tangan pria yang merangkulnya dan menambahkan, "Gerald, pria yang menawarimu rokok ini namanya Jarvis Fish. Or