Home / Fantasi / Lembah Kaisar Takdir / Bab 3: Langkah Pertama Liu Feng

Share

Bab 3: Langkah Pertama Liu Feng

Author: Lann
last update Huling Na-update: 2024-12-08 19:52:40

Liu Feng berdiri di atas puncak tebing, memandangi hutan belantara yang terhampar di bawahnya. Angin kencang berhembus, membawa aroma tanah basah dan dedaunan kering. Meski tubuhnya lelah setelah perjalanan panjang, semangatnya tetap menyala. Ia menggenggam erat pedang yang telah menemani perjalanannya sejauh ini, merasakan kekuatan baru yang mengalir perlahan di tubuhnya.

“Liu Feng, fokuslah!” suara Shen Tao menggema, membuyarkan lamunannya. Mentor barunya itu berdiri tak jauh di belakangnya, matanya tajam seperti elang yang mengawasi mangsanya. “Jika kau tak bisa mengendalikan energi itu, kau akan menghancurkan dirimu sendiri sebelum menghadapi lawan.”

Liu Feng mengangguk tegas. Pelatihan bersama Shen Tao baru saja dimulai, tetapi ia sudah merasakan tekanannya. Tidak ada kelonggaran dalam metode Shen Tao. Setiap gerakan salah dihukum dengan keras, setiap keraguan dianggap kelemahan. Namun, Liu Feng tahu bahwa semua itu dilakukan demi mengasahnya menjadi lebih kuat.

Hari itu, Shen Tao membawa Liu Feng ke sebuah lembah yang tersembunyi. Kabut tebal menyelimuti tempat itu, menciptakan suasana misterius yang membuat Liu Feng bergidik. Suara gemerisik angin di antara dedaunan terdengar seperti bisikan, seolah tempat itu memiliki kesadaran sendiri.

“Di sinilah kau akan memulai pelatihanmu yang sebenarnya,” kata Shen Tao, menunjuk sebuah altar kuno yang berdiri di tengah lembah. Altar itu dihiasi dengan ukiran-ukiran aneh yang sepertinya bukan berasal dari dunia ini. Di atasnya, terdapat kristal merah menyala yang memancarkan cahaya lemah. Meski kecil, aura dari kristal itu terasa menekan, seolah melampaui batas kekuatan manusia biasa.

“Kau akan belajar menguasai energi Roh Api,” lanjut Shen Tao. “Tetapi ingat, energi ini tidak bisa dianggap remeh. Jika kau gagal, ia akan menghancurkanmu dari dalam.”

Liu Feng menelan ludah, mencoba mengabaikan rasa takut yang mulai merayapi pikirannya. Ia melangkah mendekati altar, mengikuti perintah Shen Tao untuk duduk bersila di depannya. Ketika ia menutup matanya, Shen Tao mulai melantunkan mantra kuno. Suaranya rendah dan penuh wibawa, bergema di antara dinding lembah.

Tiba-tiba, kristal itu mulai bergetar. Cahaya merahnya semakin terang, memancarkan panas yang terasa membakar kulit Liu Feng. Keringat mengalir deras di wajahnya, tetapi ia tetap bertahan. Di dalam pikirannya, muncul bayangan seorang pria dengan pedang besar berdiri di tengah lautan api. Sosok itu tidak bergerak, hanya menatap Liu Feng dengan mata yang penuh wibawa.

“Siapa dia?” pikir Liu Feng, tetapi sebelum ia sempat bertanya lebih jauh, sosok itu menghilang.

Ketika Liu Feng membuka matanya, tubuhnya terasa berbeda. Energi yang kuat mengalir di dalam dirinya, tetapi sulit dikendalikan. Rasanya seperti mencoba menahan gelombang laut yang ganas dengan kedua tangan kosong. Shen Tao tersenyum tipis melihat ekspresi Liu Feng. “Itu adalah energi Roh Api. Kau berhasil melewati tahap pertama, tetapi pelatihan ini belum selesai.”

Shen Tao kemudian meminta Liu Feng untuk tinggal semalam di lembah itu. Ia harus menghadapi kegelapan, rasa takut, dan bayangannya sendiri. “Di sini, kau akan belajar bahwa musuh terbesarmu adalah dirimu sendiri,” kata Shen Tao sebelum pergi meninggalkan Liu Feng sendirian.

Malam itu, kabut semakin tebal, menutupi lembah seperti tirai yang tak dapat ditembus. Suara-suara aneh mulai terdengar, membuat Liu Feng merasa tidak nyaman. Ia mencoba memejamkan mata dan beristirahat, tetapi bayangan-bayangan melintas di antara pepohonan, seolah mengawasinya dari kejauhan.

Tiba-tiba, sebuah makhluk besar muncul dari kabut. Makhluk itu memiliki tubuh seperti singa dengan tanduk melingkar di kepalanya dan mata merah menyala. Liu Feng langsung berdiri, menggenggam pedangnya dengan erat. Jantungnya berdegup kencang, tetapi ia berusaha tetap tenang.

Makhluk itu mengaum, suaranya menggetarkan tanah di bawah kaki Liu Feng. Tanpa berpikir panjang, Liu Feng menyerang. Pertarungan berlangsung sengit. Makhluk itu memiliki kekuatan yang luar biasa, dan setiap serangannya nyaris membuat Liu Feng kehilangan keseimbangan. Tetapi, entah bagaimana, Liu Feng berhasil mengakses energi Roh Api di dalam dirinya. Serangan pedangnya menjadi lebih cepat dan lebih kuat, hingga akhirnya ia berhasil mengalahkan makhluk itu dengan tebasan terakhir yang penuh tenaga.

Tubuhnya gemetar karena kelelahan. Napasnya terengah-engah, tetapi ia merasa puas. Untuk pertama kalinya, ia merasakan dorongan energi baru yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya.

Ketika pagi tiba, kabut perlahan menghilang. Lembah itu tampak lebih terang, seolah memberikan penghargaan atas keberanian Liu Feng. Shen Tao muncul dari balik pepohonan, menatap Liu Feng dengan penuh kebanggaan. “Kau telah lulus ujian ini, tetapi ingatlah, ini baru permulaan. Jalan di depanmu masih panjang dan penuh rintangan.”

Namun, bagi Liu Feng, ini hanyalah awal. Ia tahu bahwa jalan di depannya akan semakin sulit, tetapi ia juga tahu bahwa ia siap menghadapi apa pun yang datang.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Lembah Kaisar Takdir    Bab 128: Pusaran Ajaib Semesta

    Di bawah langit yang tak berujung, di mana awan gelap dan sinar rembulan saling bertarung untuk menguasai cakrawala, terdapat sebuah lembah yang terlupakan oleh waktu. Lembah itu dipenuhi oleh sisa-sisa pertempuran kuno dan keheningan yang menyimpan rahasia masa lampau. Setiap sudutnya bercerita tentang perjuangan para penyihir, kesatria, dan makhluk ajaib yang pernah bertarung demi melindungi keseimbangan alam. Angin dingin berhembus, membawa aroma tanah basah, dedaunan yang layu, dan secercah harapan yang masih tersisa di antara reruntuhan zaman.Di tengah lembah itu, berdirilah sebuah danau kecil yang airnya berkilauan dengan cahaya aneh, seolah-olah memantulkan energi dari semesta yang jauh. Air danau itu tampak hidup, bergerak perlahan, menyatu dengan irama alam yang misterius. Di sekelilingnya, tumbuh pepohonan purba yang akarnya menembus batu, seakan menyimpan rahasia dari dalam bumi. Suasana itu begitu hening sehingga hanya ada suara gemericik air dan desir angin yang menemani

  • Lembah Kaisar Takdir    Bab 127: Cahaya Abadi dari Alam Lain

    Langit di atas Kerajaan Lembah Elysia tampak seperti kanvas raksasa yang dihiasi warna-warna senja, namun di balik keindahan itu terselubung bayang-bayang misterius yang selalu mengancam. Angin malam yang sejuk mengalir lembut menyusuri lembah, membawa aroma bunga-bunga liar dan embun pagi yang masih menempel pada dedaunan. Di antara keheningan alam, terdengar suara gemericik sungai kecil yang mengalir di antara bebatuan, seolah-olah memberikan irama bagi kisah yang akan segera terungkap.Di sebuah dataran tinggi yang menghadap lembah, berdirilah sekelompok kesatria yang tampak kelelahan, namun matanya menyala dengan tekad yang membara. Di antara mereka, seorang pemuda bernama Armand, dengan rambut hitam legam dan mata biru yang tajam, memimpin barisan itu. Wajahnya, meski dipenuhi bekas luka pertempuran, memancarkan keberanian yang tak tergoyahkan. Ia mengenakan baju zirah berlapis perunggu yang berkilau samar di bawah sinar rembulan, dan di tangannya terhunus pedang pusaka yang tela

  • Lembah Kaisar Takdir    Bab 126: Kebangkitan Pemberani

    Di balik awan gelap yang menyelimuti langit, fajar perlahan mulai memecah kegelapan malam. Namun, sinar yang menyusup itu bukanlah cahayanya matahari yang hangat, melainkan kilauan magis yang datang dari dalam jiwa para pejuang yang telah lama terlupakan. Di tengah medan pertempuran yang hancur lebur, di antara reruntuhan dan debu yang menutupi tanah, para penyintas berkumpul dengan harapan yang tertinggal dari masa lalu. Suasana itu terasa seperti perisai terakhir yang memisahkan dunia dari kehancuran mutlak.Awan-awan berarak di langit dengan gerakan lambat namun pasti, seolah-olah menyaksikan sebuah pertunjukan yang telah ditentukan oleh takdir. Di antara debu dan sisa-sisa kehancuran, Armand berdiri tegak, meskipun tubuhnya dipenuhi luka dan kelelahan. Mata Armand yang dulunya menyala dengan semangat kini menunjukkan jejak penderitaan, namun tekadnya tetap menggelora. Di balik setiap luka, ada cerita tentang pertempuran, pengorbanan, dan janji untuk tidak pernah menyerah.Di sisi

  • Lembah Kaisar Takdir    Bab 125: Keabadian Sang Penjaga

    Di antara reruntuhan sebuah dunia yang telah lama terpuruk dalam kegelapan, muncul secercah cahaya yang tak terduga. Langit yang dahulu suram kini mulai menunjukkan secercah fajar, meskipun bayang-bayang masa lalu masih menghantui setiap sudut. Di tengah medan pertempuran yang hancur, di mana batu-batu retak berserakan dan tanah basah oleh darah para pejuang, berdiri seorang pria dengan tatapan penuh tekad. Namanya adalah Rasyid, sang Penjaga, yang tak pernah mengingkari janjinya untuk melindungi sisa-sisa harapan dunia ini.Rasyid mengenakan baju zirah yang berkilauan meskipun sudah banyak goresan dan retak, tanda pertempuran yang tak terhitung jumlahnya. Di tangannya, tersandang pedang legendaris yang telah mengantar ribuan jiwa menuju keabadian atau kehancuran. Pedang itu, yang dikenal sebagai "Sinar Purnama", memancarkan cahaya lembut di tengah kegelapan, seolah menandakan bahwa meskipun dunia telah terbenam dalam kehancuran, masih ada secercah harapan yang takkan pernah padam.Da

  • Lembah Kaisar Takdir    Bab 124: Titik Balik di Dunia yang Terbelah

    Di suatu pagi yang kelabu, ketika embun masih menempel di dedaunan dan udara terasa dingin menyelinap ke dalam setiap celah, dunia seolah-olah sedang mengalami pergeseran. Di balik langit yang kelabu dan megah, terdapat sebuah kekosongan yang menggantung, seolah-olah alam semesta sedang menahan nafas. Di sinilah titik balik yang selama ini dinanti telah tiba, di mana segala sesuatu yang telah terjadi mulai menemukan maknanya dan jalan menuju keabadian mulai terbuka.Di tengah kekacauan itu, Armand berdiri di atas reruntuhan sebuah kota kuno yang pernah menjadi pusat peradaban. Tubuhnya yang penuh luka menandakan betapa pertempuran yang telah ia lalui sangatlah berat. Meski begitu, matanya yang tajam tetap menyala, menyiratkan tekad yang tak tergoyahkan untuk melanjutkan perjuangan. Di sekelilingnya, puing-puing bata, potongan-potongan kayu, dan debu-debu halus berterbangan, menorehkan gambaran dari kehancuran yang melanda dunia. Namun, di balik setiap reruntuhan itu tersimpan harapan—

  • Lembah Kaisar Takdir    Bab 123: Pencerahan Abadi

    Di ufuk timur, matahari perlahan muncul dari balik awan mendung, menyinari dunia yang telah lama didera kegelapan. Setiap sinar cahayanya seolah membawa harapan baru bagi tanah yang hancur dan jiwa-jiwa yang terluka. Angin pagi menyapa dengan lembut, membawa aroma bunga liar yang mulai mekar kembali di tengah reruntuhan zaman yang penuh penderitaan.Di sebuah lembah yang dulunya pernah dipenuhi kebahagiaan, kini tersisa hanya puing dan kenangan pahit. Armand, Aveline, dan beberapa penyintas lain berjalan perlahan melewati medan pertempuran yang sunyi. Langkah mereka berat, namun semangat mereka tetap menyala, seperti bara api yang tidak pernah padam. Setiap jejak kaki mereka menorehkan kisah perjuangan, sebuah bukti bahwa walaupun dunia ini telah dihantui oleh kegelapan, masih ada cahaya yang tak terpadamkan.Armand menatap jauh ke depan, ke arah cakrawala yang perlahan berubah warna. Ia teringat akan janji yang telah diikrarkannya kepada mereka yang ia cintai, janji untuk membebaskan

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status