Share

Chapter 8 - Kesal

POV MARIA

Pagi ini aku sengaja berangkat lebih pagi dari biasanya, kejadian kemarin membuatku menyisakan rasa kesal yang sangat menganjal di hatiku. Ya semua gara-gara kejadian kemarin, Andre meninggalkan aku begitu saja di hari ultahku. Andre tanpa pamit, pergi entah ke mana.

Begitu tiba di sekolah aku langsung mencari Andre di kelas.

 "Andreee!" panggilku ketika sampai di kelas dan aku langsung mendatangi mejanya.

 "Ada apa sayang?" tanya Andre sambil tersenyum dan wajah tanpa dosa.

 "Kenapa kemarin kamu tega banget ninggalin aku?" kataku sambil menahan rasa kesal di hati.

Mendengar pertanyaanku, Andre mengerjapkan matanya. Seakan dia baru mengingat apa yang sudah dilakukannya.

 "Aduuhh Maaf sayang, kemarin darurat banget. Aku harus pergi, ada urusan yang sangat penting, jadi sekali lagi maaf ya," jawab Andre dengan wajah yang memohon sambil merapatkan kedua telapak tangan di depan dadanya.

 "Huh, apakah sampai segitu pentingnya hingga tak ingat untuk pamit padaku, apa susahnya sih untuk bilang," kataku sambil menatap tajam ke arah Andre. Kalau tak ingat dia adalah pacarku, ingin rasanya aku langsung menamparnya.

 "Iya sayang, maafin aku ya," kata Andre yang berdiri meraih dan mengenggam kedua tanganku.

"Gampang banget kamu minta maaf, padahal kemarin aku sangat membutuhkanmu Dre," jawabku sedikit menurunkan suara, ketika menyadari teman-teman sekelasku sudah mulai memperhatikan kami. Ditambah oleh hatiku yang seakan mulai luruh dengan pandangan sedih mata Andre.

 "Ahhh... sudahlah. Benci aku! Lain kali kalau kamu lakukan lagi, aku tak akan memaafkanmu!" kataku sambil menepiskan genggaman tangannya, lalu aku pun berbali menuju mejaku sendiri. Melihat aku yang berbalik, Andre langsung bangkit dari kursinya dan mengikutiku.

"Sayang..., please jangan marah ya," rajuknya sambil mengikutiku lalu duduk di kursi sampingku. Setelah sebelumnya meminta teman sebangkuku untuk pindah.

Teman sebangkuku yang bernama Ranti, hanya tersenyum tipis oleh kelakuan Andre. walaupun begitu, Ranti langsung bangkit dan melemparkan senyum yang penuh arti padaku. namun sayang aku tak mengerti arti senyuman dia.

 "Aku janji sayang, sudah ya jangan marah lagi dong," kata Andre sambil kembali mencoba memegang tanganku, yang langsung aku tepiskan begitu saja.

 "Sayang...., maafin ya?!" kata Andre dengan nada yang menyesal. Hubungan kami yang belum lama dan aku begitu menyukai Andre, melihat wajahnya yang terus memasang ekspresi seperti itu hatiku luluh juga.

"Hmm..., kamu janji gak akan mengulangi lagi?" tanyaku dengan tandas.

"Iya sayangku Maria..., di jamin aku tak akan mengulanginya," jawab Andre.

 "Ok aku maafkan, tapi jangan pernah di ulangi lagi," jawabku sambil menatap wajah Andre dan mencari kesungguhan dari matanya. Andre mengangguk dengan pasti.

"Kamu gak tahu sih.., gimana kemarin aku. sudah bajuku kotor, lupa gak bawa ganti. nyari kamu, gak ketemu. ehh kamu malah sudah tak ada di sekolah, ninggalin aku," gerutuku menumpahkan kekesalan pada Andre.

 "Iya aku tahu, maaf ya sayang, kemarin beneran darurat, orang tuaku membutuhkan aku secepatnya dan aku gak mungkin tak menuruti mereka, saat mau pamit, aku melihat kamu sangat menikmati suasana, jadi aku tak tega untuk menggangumu," kata Andre memberi alasan.

"Kamu kan bisa chat aku, jadi aku tahu kamu pergi," sanggahku lagi.

"Iya sayang, aku tak berpikir ke satu," jawab Andre pelang.

Aku jadi tak tega untuk meneruskan marahku padanya, dan aku pun tak mau memperpanjang masalah.

 "Hmmm..., kalau gitu sebagai permintaan maafmu, besok ajak aku nonton,"jawabku dengan nada yang seakan memaksanya.

 "Oke sayang..., dengan senang hati, besok aku jemput ya," kata Andre, senyum manisnya kembali menghiasi wajah tampannya.

Melihat ekspresi Andre yang seperti itu, jadi teringat saat dia nembak aku. Cara nembak Andre bikin aku ngerasa tak bisa nolak dengan alasan apapun, saking manisnya. ketika hari valentine, Andre memberikan aku coklat satu kardus dengan hiasan I Love You di atasnya. Saat itu, Andre mengundangku untuk datang ke restoran bakso, awalnya dia mentraktirku makan Bakso lalu dengan gaya seorang gentlemen, dia menghampiri mejaku dan menyodorkan coklat. Terus dia bilang, " kalau kamu ambil coklat itu berarti kamu terima aku, kalau tidak maka kamu nggak nolak aku." huh gimana aku bisa bilang tidak, pilihan yang dia kasih kan sama saja. Hahahaha...., dasar Andre.

 Melihat senyuman Andre, aku pun membalasnya dan memintanya untuk kembali ke mejanya, sebentar lagi jam pelajaran akan dimulai. Andre bergegas beranjak dari sampingku untuk kembali ke mejanya, tanpa sadar mataku mengikuti kepergian Andre, dan saat itu aku melihat Ray yang sedang menunduk dengan sebuah buku tebal di tangannya. Apa sih yang dibacanya, majalahkah, tapi kok tebel banget. Pikirku penasaran.

 Guru Fisika memasuki kelas, semua murid langsung merapihkan duduknya. Aku menoleh ke arah Ray, dia langsung menutup buku tebalnya dan menyimpannya ke dalam tas, mungkin aku kelamaan melihatnya hingga Ray menoleh padaku. Sesaat tatapan kami beradu, namun aku pura-pura melihat ke arah lain. Wajah Ray lumayan ganteng, cool dan tak banyak bicara, setelah kemarin dia menemui Ayah, dan aku tahu ceritanya , sekarang aku jadi ingin menyapanya, atau mungkin ingin dekat. Benar-benar deh aku, padahal aku sekelas terus dari  kelas satu, tapi tak pernah kepikiran untuk menyapanya.

Kadang saat melihat Ray, ada sesuatu yang aku ingin ungkapkan. Namun Ray sangat beda dengan cowok-cowok lain di sekolahku, mereka biasanya selalu ingin mencari perhatianku walau tahu aku sudah jadian dengan Andre. Ray, dari pertama aku kenal dia hanya menyapaku seperlunya. Sikapnya itu bukan padaku saja, ternyata pada yang lain juga seperti itu bahkan lebih parah.

Ini benar-benar Gila, sepanjang pelajaran Fisika, beberapa kali tanpa sadar aku menoleh ke arah Ray. Hingga aku sama sekali tak menyimak apa yang diterangkan oleh guru di depan sana.

"Mar, lihat apa sih?" bisik teman sebangkuku sambil melihat ke arah mana pandanganku.

"Ehh..., apaan aku gak lihat apa-apa kok," jawabku agak tergagap.

"Yeee..., dari tadi kayak gak tenang gitu deh, jangan-jangan kamu masih khawatir ya sama Andre," tanyanya kepo.

"Hehehe..., gak lah, aku sudah baikan kok," jawabku santai.

"Maria...," teriak ibu Guru memanggil namaku, aku sontak terkejut dan terdiam.

"Kalau kalian masih mau ngobrol, lebih baik kalian keluar kelas saja," lanjut bu guru dengan dingin.

"Ohhh..., tidak Bu, Maafkan kami," kataku dan Ranti sambil menunduk.

"Baik, kita lanjutkan pelajaran."

Duhh..., gara-gara Ray aku jadi malu. Belum lagi tatapan teman-temanku yang sebagian terlihat sambil senyum-senyum menatap ke arahku. Andre saja terlihat seperti itu, mungkin dia ngerasa kalau aku sebentar-sebentar melihat ke arahnya. Padahal mataku mengarah pada Ray yang duduk disebah bangkunya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status