Share

Chapter 7 – Petunjuk

POV Detektif Johan

 Tiba di kantor catatan sipil, aku langsung menemui Bram, orang biasa membantuku dalam urusan di sini. Kami berdua mulai mencari tahu berkas-berkas yang mungkin ada hubungannya dengan kasus Ray. Seperti yang dicerita Ray kemarin, dia terdaftar lahir pada tanggal 15 Desember, hari di mana dia ditemukan di depan pintu Panti Asuhan. Dari berkas yang aku temukan, aku bisa melihat beberapa data mengenai Ray. Dia mempunyai darah A RH-. Artinya orang yang mempunyai darah itu pasti bukan orang asli Indonesia. Mungkin ini semua ada hubungannya dengan Sapu tangan 8 Miles yang dia punya.

 Tak banyak data yang aku dapat tentang Ray di catatan sipil, hanya data standar saja yang tercatat di sana. Sesuai jadwal aku langsung menuju ke kantor Inspektur James. Aku sudah terbiasa keluar masuk gedung kepolisian, para petugas sudah mengenal siapa aku, karena sebagian rekan-rekan di kesatuanku masih banyak yang bertugas dan menjadi petinggi di kepolisian. Tapi walaupun begitu aku tetap mengikuti protokol kunjungan untuk menemui inspektur James.

 Seorang petugas mengantarku menuju ruangan inspektur James, saat dia melihatku yang lama tak bertemu langsung, dia bangun dari kursinya dan menyambutku.

 "Ahhh...Piere!  Duduklah!" katanya mempersilakanku duduk.

 Aku pun duduk dengan santai di sofa yang ada di ruangan inspektur James.

 "Tumben banget kamu mampir ke kantorku, ada info penting yang ingin kamu berikan?" katanya.

 "Hmmm...., justru aku ingin minta info darimu," jawabku sambil menatap Inspektur James yang terlihat mengerutkan keningnya.

 "Info apa yang ingin kamu tanyakan?" tanyanya sambil berjalan menghampiri lalu duduk di sofa bersamaku.

  "Apa kamu masih ingat kasus penemuan bayi tujuh belas tahun silam?" tanyaku

 "Tujuh belas tahun silam ya?" jawab inspektur James, sesaat dia manatap wajahku dengan ekspresi yang aneh.

 "Ya, saat itu kasusnya bersamaan dengan penemuan mayat William van Bosch di dekat rumahku," kataku sambil balas menatapnya.

 "Yaa..., ya.., aku masih ingat, ada apa dengan kasus itu, apa kamu tertarik untuk menanganinya?" kata inspektur James.

 "Betul, kemarin sore aku sudah menerima kasusnya, klienku ingin aku menyelidiki siapa orang tua bayi itu," jawabku.

 "Si bayi sekarang sudah beranjak dewasa dan dia ingin menemukan kedua orang tuanya." lanjutku.

 "Hahaha..., ternyata kita semakin tua, rasanya baru beberapa tahun lalu kejadiannya."

 "Kita memang sudah tua, coba saja kamu berkaca, kumis tebalmu itu sudah memutih, rambutku pun sama," kataku sambil mengusap kepalaku.

"Hahaha..., benar kita berdua sudah tua, setidaknya semangat kita tak kalah dengan anak muda," kata Inspektur James.

 "Kita sambil minum kopi ya," lanjutnya sambil berdiri dan menuangkan kopi dari mesin pembuat kopi ke dalam dua gelas yang diambilnya, kemudian membawanya.

 "Jadi apa yang bisa aku bantu untuk kasusmu itu?" tanya inspektur James setelah kembali duduk di sofa depanku.

 "Apa aku bisa lihat berkas penemuan bayi saat itu yang ada di kepolisian?" tanyaku.

 "Hmmm..., tentu saja, aku akan ambilkan untukmu , kalau Cuma berkas itu," jawab inspektur James dengan santai. Kemudian inspektur James langsung menghubungi anak buahnya untuk membawakan berkas kasus yang aku minta. Tak lama seorang petugas masuk membawakan sebundel berkas yang diminta, lalu inspektur James memberikannya padaku. Setelah petugas itu keluar dari ruangan.

 "Dari kasus ini apa kamu punya tambahan info dari klienmu?" tanya inspektur James sambil menatapku.

 "Tentu saja, klienku menceritakan kalau dia menerima kiriman uang setiap bulan sebesar dua puluh juta dari orang yang tak bisa dilacak sampai hari ini," kataku.

 "Apa terima uang ..., pengirimnya tak bisa dilacak sampai hari ini?" inspektur James yang sedang meneguk kopinya, hampir saja  menyemburkan dari mulutnya mendengar perkataanku.

 "Kamu tak percaya? sepertinya anak itu tidak membual. Sore nanti aku akan datang ke panti untuk membuktikannya," jelasku.

 "What a damn..., selama ini tak ada yang tahu pengirimnya?"

 "Ya, tak ada yang tahu. Alamat yang ada semua palsu. Kira-kira menurutmu apa motifnya?" kataku

 "Bukan money laundry, mungkin?"

 "Entahlah, besar kemungkinan itu kiriman dari orang tuanya bukan? apa mungkin ada hubungan dengan keluarga hendrajaya grup?" tanyaku sambil kembali mantap wajah inspektur James.

 "Kita tak bisa menduga ke arah itu dulu, orang kaya di negeri ini cukup banyak. Apa ada informasi lain?" tanya inspektur James.

 "Ada, ini adalah sapu tangan bertuliskan Ray, saat ditemukan dulu, dipakai untuk menyelimuti si bayi dan sebuah simbol dengan tulisan 8 Miles." jelasku sambil memperlihatkan saputangan dan foto yang dikirim Ray padaku.

 "8 Miles? Sepertinya tak asing," kata inspektur James sambil manatap foto yang ada di layar ponselku.

 "Kamu mengenal simbol ini?" tanyaku penasaran.

 "Apa itu nama suatu komunitas?" lanjutku saat melihat dia sedang berpikr keras dan mengingat.

 "Bukan...., " jawabnya ngegantung.

 "Lalu?"

 "Sebentar aku lagi coba mengingat semua, tapi aku belum yakin. Aku akan coba periksa file-file lama," kata Inspektur James lalu membuka laptopnya.

 "Baiklah James, terima kasih atas kopinya, kabari aku ada informasi penting tentang yang kita bicarakan barusan," kataku sambil sekalian pamit.

  "Ok Piere, kalau kamu tak mau menunggunya, kamu akan lanjut kemana ?" tanya James.

 "Setelah ini aku akan ke panti asuhan, tapi mungkin akan mampir dulu ke perpustakaan untuk mencari beberapa info mengenai lambang ini," kataku sambil menunjukan saputangan Ray.

 "Nanti aku kabarin juga kalau sudah membuka file lama, Sering-seringlah mampir Piere!" kata inspektur James.

 "Tentu James, itu juga kalau ada kasus," jawabku sambil tersenyum dan meninggalkan ruangan inspektur James.

 Dari kantor polisi aku langsung menuju ke perpustakaan. Aku mencari-cari segala hal tentang yang namanya 8 Miles. Pastinya tidak mudah. Aku mulai mencari tentang tempat dan istilah-istilah yang menggunakan kata 8 Miles. Aku juga mengakses internet untuk mencari tahu tentang 8 Miles. Tapi tak ada satupun yang cocok dengan simbol 8 Miles. Emang banyak istilah, hanya saja tak ada yang cocok. Terlebih simbolnya. Seperti sebuah lentera atau bangunan menara. Tapi sepertinya lentera. Aku tak punya bakat seni untuk melihat hal-hal semendetail ini.

 Waktu berlalu dengan cepat, sampai aku tak menyadarinya hingga putriku, Maria menelepon.

 "Hallo Ayah?! Ada di mana?" Suaranya terdengar kesal, saat melihat jam tanganku, ternyata waktu sudah lewat dari janjiku pada Maria.

 "Ohh iya sayang, Ayah masih di perpustakaan," jawabku.

 "Ayah aku akan ikut saja deh ke panti asuhannya. Cepat jemput aku" katanya.

 "Baiklah, tunggu Ayah akan menjemputmu," jawabku sambil bergegas keluar dari perputakaan dan pergi menjemput Maria.

Sepanjang perjalanan aku berusaha mengingat-ingat kejadian tujuh belas tahun lalu, saat aku dan inspektur James mendapat laporan penemuan bayi.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status