Home / Young Adult / Lepaskan Aku, Om / Bab 15 – Ketahuan

Share

Bab 15 – Ketahuan

Author: Bulandari f
last update Huling Na-update: 2025-07-21 22:20:33

Bab 15 – Ketahuan

Aku kira aku bisa bebas. Aku kira malam ini akan jadi awal baru—aku salah.

Langkahku baru saja menyentuh aspal jalan raya ketika suara itu menghantam seperti palu godam.

"Bos, aku menemukannya!"

Tubuhku membeku. Aku menoleh. Di balik semak gelap, dua pria bertubuh besar muncul. Salah satunya adalah Jaka—tangan kanan Madam Sarah. Yang satunya aku tak kenal, tapi wajahnya menyeringai seperti sudah menantikan ini sejak tadi.

Aku sempat melangkah mundur, bersiap berlari lagi.

“JANGAN COBA LARI, KEY!” teriak Revan. Dan sebelum aku sempat menjerit, lenganku ditarik kasar dari belakang oleh pria yang satu lagi. Ia membekap mulutku dengan tangan penuh bau rokok dan keringat.

“Akhirnya dapet juga, ya,” katanya puas, sambil menyeret tubuhku ke arah van hitam yang entah sejak kapan sudah parkir tak jauh dari sana.

Aku memberontak. Menendang. Menangis. Tapi semua sia-sia. Mereka lebih kuat. Dan malam terlalu gelap untuk berharap ada yang melihat.

Pintu belakang van terbuka. Dan
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • Lepaskan Aku, Om   Bab 16.

    Bab 16Malam terasa tak berujung.Jam dinding tua di lorong berdetak lambat, seolah mengejek setiap detik yang ku lalui di ruangan sempit itu. Dinding kusam kamar nomor 3 tak meresap suara—semua tangis, semua jeritan, semua tawa palsu dari balik tembok menjadi suara latar yang tak bisa kupadamkan.Aku belum tidur. Tak bisa tidur.Luka di lututku kini mulai mengering, tapi rasa pedih di dada masih membakar. Wajah Revan muncul terus di kepalaku. Suaranya. Tatapannya. Betapa bodohnya aku, membiarkan diriku percaya, bahkan berharap."Aku rindu pulang..." bisikku, nyaris tak bersuara. Tapi bahkan kata 'pulang' kini terasa asing. Aku sudah terlalu lama di tempat ini.---Pagi datang tanpa cahaya. Hanya lampu neon lorong yang berganti warna dari merah muda menjadi putih pudar. Suara langkah tumit tinggi mulai berdentang di luar, bersama suara wanita tua penjaga kamar.“Nomor 3! Siap-siap. Tamu siang datang lebih awal!”Aku belum sempat berdiri ketika pintu dibuka kasar. Seorang gadis masuk,

  • Lepaskan Aku, Om   Bab 15 – Ketahuan

    Bab 15 – Ketahuan Aku kira aku bisa bebas. Aku kira malam ini akan jadi awal baru—aku salah.Langkahku baru saja menyentuh aspal jalan raya ketika suara itu menghantam seperti palu godam."Bos, aku menemukannya!"Tubuhku membeku. Aku menoleh. Di balik semak gelap, dua pria bertubuh besar muncul. Salah satunya adalah Jaka—tangan kanan Madam Sarah. Yang satunya aku tak kenal, tapi wajahnya menyeringai seperti sudah menantikan ini sejak tadi.Aku sempat melangkah mundur, bersiap berlari lagi.“JANGAN COBA LARI, KEY!” teriak Revan. Dan sebelum aku sempat menjerit, lenganku ditarik kasar dari belakang oleh pria yang satu lagi. Ia membekap mulutku dengan tangan penuh bau rokok dan keringat.“Akhirnya dapet juga, ya,” katanya puas, sambil menyeret tubuhku ke arah van hitam yang entah sejak kapan sudah parkir tak jauh dari sana.Aku memberontak. Menendang. Menangis. Tapi semua sia-sia. Mereka lebih kuat. Dan malam terlalu gelap untuk berharap ada yang melihat.Pintu belakang van terbuka. Dan

  • Lepaskan Aku, Om   Bab 14. Jerat yang Menghancurkan

    Bab 14 – Jerat yang MenghancurkanTanpa rasa takut, aku mencoba keluar dari pintu depan. Lututku gemetar, tapi tekadku lebih keras dari sebelumnya. Para pria bertubuh kekar yang berdiri di ruang tamu hanya memandangiku, tak satu pun menghalangi langkahku. Aku pikir aku sudah menang—aku pikir mereka membiarkanku pergi.Tapi ternyata tidak.Begitu aku membuka pintu, tubuhku terpaku. Seorang wanita paruh baya dengan riasan tebal, gaun ketat, dan tatapan penuh amarah berdiri di sana. Tangannya yang bertabur perhiasan langsung melayang ke wajahku.Plakk!!!“Ahh!” Aku menjerit tertahan, tubuhku terhuyung. Tangannya kembali mendarat ke wajahku. Satu, dua, tiga kali. Aku sudah kehilangan hitungan.“Dasar wanita murahan! Kamu pikir bisa kabur dari aku, hah?!” bentaknya sambil mencengkeram rambutku. “Anak tolol! Jangan pernah mimpi keluar dari tempat ini tanpa izinku!”Aku mencengkeram pipi yang mulai panas, menahan air mata yang menggenang. “Apa salahku, Madam?!” Aku membalas dengan suara berg

  • Lepaskan Aku, Om   Bab 13

    Bab 13Keesokan harinya, setelah menghabiskan waktu selama satu Minggu di villa nya Revan, datang seorang pria dengan bertubuh gendut, pendek dan rambut kriting. Tapi tampilannya persis kayak seorang bos. Sampai membuatku bertanya-tanya. "Siapa lagi pria ini?"Belum sempat aku bertanya kedatangan pria itu untuk apa, tiba-tiba Revan muncul dan langsung berkata, "Bagaimana Om? Cantik, kan? Persis seperti yang aku ceritakan," ujarnya sambil tersenyum. Membuatku merasa aneh, karena baru kemarin Revan menunjukkan sikap baiknya padaku, membawaku keluar dari rumah lon*e. Kalau aku bilang nya gitu sih. Mengingat tempat itu tidak baik untuk siapapun, setiap wanita yang datang kesitu akan di jual ke para pria hidung belang, begitu juga dengan ku. Tapi ternyata pikiran ku salah, bahkan ini terlihat lebih parah dari dugaan ku sebelumnya. Tatapanku tertuju pada pria berbadan gempal itu. Meski tubuhnya tidak tinggi dan wajahnya biasa saja, penampilannya mencolok: jas mahal, sepatu mengkilap, cin

  • Lepaskan Aku, Om   bab 12

    Bab 12Malam itu seperti mimpi buruk yang tak berujung. Villa tempat Revan membawaku terlalu sunyi untuk meminta tolong, dan terlalu jauh dari apa pun yang bisa menyelamatkanku.“Aku ingin ini,” ucap Revan dengan tatapan yang membuat darahku membeku. Tangannya merayap ke tubuhku dengan penuh klaim. Tak seperti kelembutan Kenara malam sebelumnya, sentuhan Revan dingin — seperti belati yang diselubungi api.Aku berusaha menepis, menjerit, mendorong tubuhnya. Tapi dia terlalu kuat. Cengkeramannya menekan kulitku, dan napasnya panas di leherku."Berhenti!" Aku berteriak, mataku panas menahan tangis dan amarah. Tapi Revan tak peduli. Ia seperti binatang yang terlepas dari kandang — tak mempan oleh kata-kata, tak paham rasa takut, tak kenal simpati.“Aku membayar mahal, Key,” ucapnya pelan, penuh ancaman. “Jangan buat aku menyesal.”Ia mendorongku ke sofa dengan paksa. Tubuhku membentur sandaran keras, membuat bahuku nyeri. Tanganku menggenggam ujung gaun, berusaha mempertahankannya, tapi R

  • Lepaskan Aku, Om   Bab 11. Apa yang kamu inginkan?

    Bab 11Malam itu tiba dengan pelan, tapi jantungku berdetak cepat. Kamar tempatku akan “melayani” sudah disiapkan — tidak seperti biasanya, lebih lembut nuansanya, dengan lilin aromaterapi, kelambu putih, dan bunga mawar merah yang disusun di pinggir ranjang. Seolah-olah ini bukan kamar untuk pelacuran, melainkan pesta malam untuk cinta yang manis. Tapi aku tahu lebih baik daripada percaya pada ilusi.Aku berdiri di depan cermin, mengenakan gaun satin putih yang diberikan Madam Sarah. Rambutku disanggul lembut. Wajahku dilapisi makeup tipis — tidak mencolok, hanya cukup untuk memunculkan “Key” yang diinginkan pelanggan.Dan untuk pertama kalinya, aku mulai bertanya pada diriku sendiri: siapa yang sebenarnya ada di balik bayangan ini? Apakah aku masih memiliki nama asli? Atau sudah terkubur di balik panggilan singkat: Key?Pintu kamar terbuka, dan aku pun berbalik. Seorang wanita muda berdiri di sana — cantik, anggun, dan berpakaian seperti sosialita papan atas. Dia mengenakan gaun hit

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status