Kanaya mulai menatap area sekelilingnya dengan bosan. Kakinya sudah sangat lelah untuk berdiri, wajahnya sudah terlalu sakit untuk selalu tersenyum dan bibirnya sudah terasa lelah untuk mengucapkan kalimat perkenalan diri.
"Kanaya, apa kau sudah lelah, my queen?" tanya Alvin di depan beberapa kolega bisnisnya tanpa malu
Pertanyaan Alvin itu hanya dibalas dengan sebuah senyum terpaksa dari Kanaya.
You, son of a bitch, ALvin!
Seharusnya tanpa bertanya, kau sudah tau jawabannya!
"Oh my my, tuan Alvin tidak baik lho membiarkan istrimu kelelahan seperti itu, lihatlah wajah kusutnya" canda salah satu istri dari kolega bisnis Alvin.
"Saya tidak sebegitu lelahnya, nyonya. Terimakasih atas perhatian nyonya" ucap Kanaya dengan sopan sambil tersenyum.
"Ah iya, apa nyonya Kanaya sudah isi?" tanya wanita itu dengan bersemangat.
&n
Kanaya melangkahkan kakinya dari kolam dengan pandangan yang kosong. Tangan nya meraih sehelai handuk yang telah tersedia di sebuah gantungan yang terdapat di luar kolam itu. Dengan gerakan pelan, Kanaya menggosok-gosok rambut nya yang sejak tadi tak henti-hentinya meneteskan air.Kanaya tersenyum miris dan merutuki betapa bodoh dirinya tadi. Jika saja Kanaya tidak mengucapakan nama terlarang itu, pasti Kanaya dan Alvin kini sudah melalui malam pertama mereka. Kanaya tidak terlalu peduli jika Alvin akan melakukan malam pertama mereka tanpa cinta. Kanaya hanya menginginkan Alvin melakukan itu dan Kanaya berharap jika seorang bayi akan tumbuh dalam dirinya.Memikirkan hal itu, Kanaya menggigit bibir nya dan menyentuh perutnya yang tidak terhalang oleh sehelai kain pun. Jika Kanaya memiliki bayi, setidaknya Kanaya sudah memiliki tujuan hidup. Apalagi, menurut perkataan istri-istri kolega bisnis Alvin, bayi adalah sosok yang dapat menghilangkan
Kanaya melangkahkan kaki jenjangnya menuju ke salah satu tempat salon yang telah menjadi tempat langganannya selama 1 tahun belakangan ini. Hari ini adalah kunjungan wajib yang dilakukan Kanaya. Biasanya, Kanaya akan menghabiskan waktunya 2x dalam seminggu untuk melakukan perawatan wajah, rambut serta tubuh nya di salon itu.Tempat salon favorit Kanaya ini bernama Salón de Belleza Alamo. Salon ini terletak di Barcelona. Jika diingat-ingat, jarak dari rumah Kanaya, ke tempat salon itu berada, Barcelona, bukanlah jarak yang dekat. Untuk sampai ke salonnya tersebut, Kanaya harus menaiki helicopter milik Alvin agar Kanaya bisa menghindari kemacetan. Namun, jika buru-buru, Kanaya terkadang akan menaiki jet milik Alvin."Welcome Mrs Kanaya," ucap salah satu pekerja salon yang sedang membukakan pintu salon untuk Kanaya.Kanaya hanya membalas ucapan pekerja salon itu dengan sebuah anggukan dan senyuman. Mungkin, karena Ka
sshhh..."Kanaya mendesis saat tangan Alan menekan bongkahan es batu ke atas permukaan tangan Kanaya. Kini, Kanaya merutuki dirinya yang sudah menggunakan tenaga penuh untuk menampar wanita yang ditemuinya di salon tadi.Kanaya menatap Alan yang tengah menekan bongkahan es batu itu dengan hati-hati. Kanaya tau, di dalam hati Alan, pasti pria itu sudah merutuki tindakan bodoh Kanaya."Katakanlah, Al," ucap Kanaya sambil menatap Alan dengan tatapan yang dalam.Mendengar ucapan ambigu Kanaya, Alan langsung mendongakkan kepalanya dan menatap bingung nona nya itu."Mengatakan apa, nona?" tanya Alan dengan sebuah kernyitan bingung di dahi mulus nya."Bukankah kau sedang merutuki ku di dalam hatimu?" tebak Kanaya sambil tersenyum kecil.Mendengar tebakan Kanaya yang 100 persen benar itu, pipi Alan langsung bersemu dan dia langsung menundukkan wa
"Aku tidak akan melakukan hal itu. Sampai matipun, aku tidak akan melakukan hal itu! I will never apologize for a mistake that I never made!" kekeuh Kanaya."You!!!"Alvin sudah bersiap-siap untuk mengangkat tangannya dan melayangkan tangan besarnya itu kea rah pipi Kanaya. Namun Alvin langsung menahan tangannya saat tak melihat sedikitpun raut gentar terlukis di wajah istrinya itu."Sialan!" ucap Alvin sambil menarik tangannya dengan kasarDengan gerakan tergesa-gesa, Alvin meraih ponsel dari dalam sakunya."Karena kau tidak mau meminta maaf, aku akan membuatmu tidak bisa tidur nyenyak malam ini," ucap Alvin.Kanaya hanya diam dan menanti-nanti hal apa yang akan dilakukan oleh Alvin sehingga dapat membuat dirinya tidak bisa tidur nyenyak malam ini."Good night, Jandro! Bisakah kau mengirim wanita terbaik di club mu ke rumah
Sedikit informasi, Kanaya dan Alvin memutuskan untuk tinggal di london 4 bulan yang lalu. Dan selama mereka tinggal disini, banyak hal yang berubah di antara kedua nya.Alvin meninggalkan Kanaya di dalam sebuah kamar yang telah dikuncinya dengan perasaan kesal yang luar biasa.Awalnya, Alvin tidak berniat untuk mengurung Kanaya dan memperlakukan Kanaya se kasar itu. Namun saat melihat Alan menyentuh pipi Kanaya dengan sangat lembut dan Kanaya terlihat sangat menikmati hal itu, membuat kemarahan ALvin meletup-letup.Ingin rasanya Alvin memukul pipi pria itu dan memecatnya, namun Alvin tak ingin terlihat seperti seorang suami yang pencemburu dihadapan Kanaya. Alvin tidak ingin memberikan Kanaya sebuah harapan. Alvin tak ingin Kanaya berpikir bahwa Caesar nya telah kembali.Untung saja Mrs. Veranno menelponnya dan memberitahukan tentang pertemuan mereka dengan Kanaya, sehingga Alvin memiliki alasan untu
"Putri, apa kau sudah selesai?" teriak seorang wanita yang nampaknya sedang menata sarapan sederhana di atas sebuah meja makan kayu."Iya, sebentar, mom," teriak Putri tak kalah heboh nya.Dengan langkah tergesa-gesah, Putri keluar dari kamarnya dengan pakaian kasual untuk berangkat ke kampus nya.Dengan langkah riang, Putri menghampiri ibunya dan mengecup pipi ibunya dengan penuh cinta. Hal itu merupakan rutinitas wajib yang dilakukan oleh Putri sejak dia kecil."Good morning, mom," ucap Putri sambil menarik dirinya menjauhi ibunya dan mendudukkan dirinya di salah satu kursi yang berada di meja kayu itu."Nah, jangan lupa makan yang banyak, supaya badanmu cepat besar," ucap Ibu Putri dengan gemas sambil mengacak-acak rambut putrinya yang telah tertata rapi.Rasanya, baru kemarin putrinya itu menangis di pelukan nya hanya karena tidak dibelikan
Dengan sekuat tenaga, Kanaya mencoba untuk membuka matanya yang terasa sangat berat. Sejujurnya, dia sangat ingin membiarkan matanya untuk terpejam namun karena egonya yang terlalu besar, Kanaya mencoba untuk melawan keinginannya itu"Hagh..."Kanaya menahan napasnya dengan pelan saat dirinya berhasil membuka kedua matanya.Hal pertama yang dilihat oleh Kanaya adalah seorang wanita bergaun midi berwarna putih yang tengah duduk di sofa. Kanaya menyipitkan kedua matanya untuk memperjelas pandangannya yang nampak kabur itu. Wanita itu... apakah wanita itu malaikat? Apakah Kanaya sudah mati?Jika Kanaya sudah mati, Alvin pasti akan menertawakannya. Alvin pasti menertawakan kelemahan nya. Alvin dan jalang itu pasti menertawakan nya."Ssshhh..."Kanaya mendesis saat merasakan kepalanya berdenyut-denyut kencang. Kanaya tau, denyutan itu pasti muncul karena Kanaya me
Kanaya melangkahkan kaki jenjangnya yang berbalut ankle boots berwarna hitam ke atas lantai lobi salah satu rumah sakit yang berada di Barcelona. Kanaya melangkahkan kakinya dengan angkuh, wajah cantiknya tak berkespresi membuat semua orang yang melihatnya merasa terkejut dan terkagum-kagum dengan aura orang kaya milik Kanaya.Disaat semua orang mengaguminya, Kanaya malah tak henti-hentinya mengumpat di dalam hatinya. Ingin rasanya dia mencabik-cabik wajah istri keluarga Veranno itu. Berani-beraninya dia menipu suami Kanaya!"Excuse me, dimana kamar Angelique Halle-Cho?" tanya Kanaya dengan nada dingin kepada seorang perawat wanita yang tengah berjaga di pos jaga lobi rumah sakit itu."Wait a moment, miss," ucap perawat wanita itu sambil tersenyum ramah yang dibalas dengan anggukan samar oleh KanayaSelagi menunggu perawat itu mencari data tentang istri keluarga Veranno itu, Kanaya meng