Share

HARI PERTAMA

Sorakan penonton di gedung yang telah tergapai itu, seolah memanggil Cora untuk membuatnya segera terdaftar sebagai salah satu korban perjudian. Uang para pengusaha, pejabat, dan konglomerat itu sudah menggonggong tak sabar untuk keluar dari saku mereka dan berpindah ke majikan baru. Majikan yang akan mereka pilih sebagai jagoannya di perjudian ini.

Sikap Axel yang terlihat kebingungan di sana, memancing seorang pria berjas merah berjalan menghampirinya. Pria itu masih terlihat cukup muda. “Perkenalkan aku Max, aku bandar judi. Kau siapa? Sepertinya aku baru melihatmu," tanyanya.

“Aku Axel. Aku adalah pengganti Tn. Owen,” jawab Axel.

Max mengangguk sambil menuliskan nama Axel di sebuah tablet yang terhubung pada komputer admin. Dia beralih memperhatikan orang yang bersama Axel yang tak lain adalah Cora. “Apa pria ini korbannya?” tanyanya. Penyamaran Cora berhasil. Tak ada yang bisa mengira kalau sebenarnya dia adalah seorang wanita.

Axel mengangguk sambil tersenyum ramah.

“Berapa chips yang akan kau beli?” Max melanjutkan mendata pemain baru ini.

Axel memberikan semua uang dollar yang dibawanya. Uang itu bernilai 100 juta rupiah, dan kini bertukar menjadi 10 keping chips. 

Setelah pendataan beres, Axel dituntun oleh panitia ke atas panggung. Panggung yang diisi penuh oleh meja panjang dengan 2 bangku. Meja itu masih kosong, tetapi salah satu bangku sudah diisi oleh seorang wanita paruh baya yang dilihat dari penampilannya pasti salah satu orang tajir melintir di sini. Jaket berbulu berwarna putih yang sepertinya berasal dari bulu beruang kutub, membalut tubuhnya. Berlian dan emas bergelayutan di tangan juga lehernya yang masih terlihat kencang walau dia sudah memasuki usia senja.

Sedangkan Cora, dia dituntun di sebuah ruangan, bukan ruangan karena itu lebih pantas disebut kandang. Jadi, orang-orang bisa menyaksikan langsung pemandangan penyiksaan yang akan dilakukan algojo pada korban. Di sana sudah ada 1 korban lainnya juga. Tentunya dia adalah korban dari lawan main Axel di sana. 

Cora duduk di lantai yang terasa sangat dingin dan berhadapan dengan seorang pria kurus kering yang memeluk lututnya sambil menenggelamkan kepalanya di sana. Pria yang memakai kaos dengan lengan sesikutitu, menunjukkan memar-memar seolah menjawab pertanyaan Cora yang belum sempat ia keluarkan. Pertanyaan tentang sesakit apa pukulan yang akan diberikan nanti.

Meja judi mulai memanas. Axel berusaha tetap tenang di tempat duduknya walaupun sebenarnya dia sedang berusaha keras menutupi kegelisahannya. Bukan gelisah karena takut kalah, melainkan dia terlalu gengsi untuk memperlihatkan kebodohannya di perjudian kali ini. Saat dia mengedarkan pandangannya tadi, dia sempat melihat beberapa temannya yang pernah ia tipu di perjudian yang dia buat sebelumnya. Mereka sedari tadi menyorakinya, pasti mereka juga bertaruh atas nama dirinya.

00:00 Ting! 

Semua lampu di ruangan ini langsung redup dan hanya menyisakan 2 lampu yang menyorot ke meja judi. Itu tandanya, waktu perjudian telah tiba. Max si bandar juga sudah memunculkan kehadirannya di antara kedua pemain. “Selamat datang Tn. Axel dan Ny. Yara di perjudian Zero O’Clock,” sambut Max. 

“Hari ini aku akan sedikit menjelaskan aturan perjudiannya karena kita kedatangan pemain baru!” Sorakan penonton langsung menggema ke seluruh ruangan ketika Max membahas Axel. Nama Axel ternyata cukup terkenal di kalangan penonton yang sekarang menjadi pendukungnya. Axel semakin gelisah dibuatnya, hingga tanpa sadar dia menampilkan senyuman yang terlihat sangat canggung.

“Baik Tn. Axel, akan kulanjutkan. Jadi, permainan hari ini bernama Double Cookies. Masing-masing pemain akan mendapatkan kotak berisi 16 kue kering. Di dalam kue kering itu terdapat kartu remi. Setiap pemain harus menebak dua kartu dengan lambang yang sama di setiap sesinya. Jika kedua pemain sama-sama berhasil menebak kartu yang benar maka jumlah kartu yang akan menentukan siapa pemenangnya. Kau bisa mencium aromanya, merasakan teksturnya, juga menjilatnya tapi tidak boleh mengunyah kue itu. Kau paham?”

Axel mengangguk ragu sambil menatap tajam pada orang-orang yang menyorakinya tadi. ‘Kenapa orang-orang bodoh itu ada di sini?’ batinnya. Kehadiran mereka bukan menambah semangatnya, justru mereka malah mengganggunya.

 

Tanpa Axel sadari, lawan mainnya sedari tadi tersenyum melihat ekspresi Axel yang menurutnya sangat menggemaskan. Ny. Yara mulai tertarik dengan pria berambut berantakan di sebrang mejanya. 

“Langsung kumulai perjudian malam hari ini ya.” Max mempersilahkan panitia untuk masuk dan memberikan sekotak kue kering untuk masing-masing pemain. Kue kering dengan bentuk yang mirip-mirip tapi dengan nama yang berbeda-beda. Axel semakin gelisah karena tidak tahu apa nama semua kue itu apalagi untuk menebak kartu yang ada di dalamnya. Walaupun diperhatikan sampai matanya hangus pun, dia tetap tidak bisa menebaknya.

Kebingungan yang Axel rasakan, juga tersalur pada Max. Jelas saja, Axel terus menatap kue-kue di depannya, dengan alis melengkung juga kerutan di dahinya. Itu membuat Max sengaja membiarkannya dulu dan beralih pada Ny. Yara yang terlihat lebih siap. “Ny. Yara, berapa chips yang akan kau pasang?” tanyanya. 

Tanpa ragu, Ny. Yara langsung mendorong semua chipsnya yang berjumlah 10, ke tengah meja. Dia sengaja menyamakan taruhan yang Rexy beli tadi. Jika wanita itu sudah mulai merendah seperti ini, tandanya dia akan membeli seorang pria malam ini. Tentu targetnya adalah pria tampan dengan rambut berantakannya yang semakin membuatnya terlihat sexy.

“Tn. Axel, kau juga harus all in untuk bermain.”

“Baiklah,” jawab Axel sambil mendorong semua chips miliknya. Dia tahu, pasti perjudian itu hanya akan merampok semua uang yang dia bawa hari ini. Walaupun masih ada uang dari pendukungnya, pasti hanya habis untuk satu botol Whiskey.  

“Silahkan pilih 2 kue kering yang berisi kartu dengan lambang yang sama. Waktu kalian 30 detik.” Max membalik jam pasir, membiarkan butiran pasir-pasir itu jatuh ke tabung yang berada di bawahnya. Keheningan langsung tercipta di ruangan yang berisi 300 orang itu, membiarkan dua pemain fokus untuk menentukan pilihannya.

Axel mengambil kue-kue itu lalu mencium aromanya. Menurutnya semua aroma kue itu sama di hidungnya. Perbedaan seharusnya terlihat ketika kue itu masuk ke tenggorokannya, tapi itu adalah larangan diperjudian ini, jadi dia hanya bisa menjilatnya.

Ny. Yara kembali tersenyum karena melihat cara menjilat Axel pada kue itu yang menurutnya sangat sensual. Dia sampai menelan ludahnya karena tergoda dengan itu. Belum saatnya untuk itu, dia harus menyelesaikan perjudian yang hampir dia lupakan karena tertutup oleh gairahnya untuk memiliki Axel. Tanpa mencium aromanya juga menjilat kue-kue di depannya, dia sudah tahu kue yang harus ia pilih. Dua kue kering pilihannya, sudah berpindah di piring lain yang berarti kue itulah yang akan diperiksa oleh panitia nanti.

“5, 4...” Max mulai menghitung mundur.

Axel yang baru menjilat kue keenam, langsung cepat-cepat meletakkan kue kering yang dia pilih dengan asal karena memang tak ada waktu lagi sekarang. 

“3, 2, 1. Stop!” Max menghentikan waktu tepat setelah butir pasir terakhir jatuh. 

2 orang panitia datang dan langsung mengeluarkan kartu, dengan meremas kue yang masih terdengar renyah. Kartu yang terlipat sangat kecil, terlihat di antara remahan-remahan itu. Ternyata Ny. Yara berhasil mendapat 5 keriting dan 7 keriting sedangkan Axel mendapat 3 wajik dan 7 hati.

“Pemenang sesi pertama adalah Ny. Yara!” Max mengumumkan hasil perjudiannya. Chips milik Axel tadi, kembali ditukar menjadi lembaran dollar dan menjadi milik Ny. Yara. Chips itu langsung ditukar karena Ny. Yara memilih untuk tidak melanjukan perjudian di sesi kedua. 

Pria yang tadi bersama Cora, langsung di seret keluar dan meninggalkan gadis yang sudah gemetar ketakutan saat mengetahui dirinya akan dihabisi sekarang. Dia mempersiapkan dirinya dengan memeluk lututnya untuk menutupi wajahnya agar tidak terkena pukulan. 2 algojo berbadan besar masuk dan langsung menghajar Cora tanpa ampun. Mereka menendang, menjotos, dan juga menempeleng habis-habisan tubuh mungil Cora sampai 60 detik. 

Waktu 60 detik itu terasa lama sekarang. Axel memang sering menyiksanya, tapi tidak pernah separah ini. Pukulan itu seperti menggabungkan satu bulan pukulan dari Axel. Ya, sekeras dan sesakit itu. Cora bahkan tidak bisa menggerakkan tubuhnya sedikitpun setelah pukulan itu berakhir. Panitia sampai harus membantu Cora agar dia keluar dari kandang itu. Kandang itu tentu akan dipergunakan untuk korban yang lainnya.

 

“Tn. Axel, ini ada uang taruhan dari penonton untukmu,” kata seorang wanita yang merupakan panitia judi, pada Axel yang sedang berdiri di dekat pintu keluar.

Axel dibuat kaget melihat banyaknya uang yang di dalam kresek bening yang wanita itu serahkan. Bahkan uang itu lebih banyak dari yang ia bawa tadi. Sekarang dia baru tahu, orang-orang yang biasanya berjudi dengannya ternyata sekaya ini. “Sebanyak ini?”

“Iya. Banyak yang menyukaimu,” kata panitia itu sambil mengedipkan sebelah matanya menggoda Axel seraya melangkah pergi. 

“Astaga… Aku tidak menyadari ketampanan wajahku,” gumam Axel sambil terkekeh. Malam ini dia tidak pulang dengan tangan kosong rupanya. Ini sangat menguntungkannya. Selain mendapat banyak uang, dia juga bisa puas membuat Cora kesakitan.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status