LOGINPerjalanan menuju Celah Naga Tersembunyi adalah ujian sejati bagi Lian Yue. Daerah itu dikenal akan medan yang brutal: jalur pegunungan terjal, jurang dalam yang diselimuti kabut tebal, dan roh jahat yang mendiami hawa dingin. Energi Bayangan Bulan Lian Yue, yang merupakan energi gelap, menarik makhluk-makhluk itu seperti ngengat. Xuan Nightblade tidak membiarkan Yue sendirian sedikit pun. Ia berjalan di sampingnya, selalu sedikit di belakang, atau setengah melangkah di depan, auranya seperti perisai tak terlihat. Ia menggunakan energi Yue untuk menjaga kabut menjauh, tetapi itu berarti mereka harus tetap berdekatan. “Kabut ini diresapi dengan Spirit Qi yang mati,” jelas Xuan, suaranya pelan di tengah kesunyian pegunungan. “Itu melukai inti spiritual murnimu. Biarkan aku menutupi auramu dengan Bayangan Bulanku.” Ia mengulurkan tangan, dan kali ini, Yue tidak menolak. Tangan rohnya yang padat menyentuh punggung Yue. Seketika, rasa dingin kabut menghilang, digantikan oleh kehanga
Matahari terbit, mewarnai langit timur dengan gradasi merah tua dan emas, tetapi di hutan lebat itu, hanya sedikit cahaya yang mampu menembus kanopi daun purba. Lian Yue dan Xuan Nightblade masih berada di tepi sungai. Mereka telah merencanakan langkah selanjutnya: mencari Gulungan Kunci yang disebutkan oleh Elder Wen. Yue menatap Xuan. Pria itu tampak tenang, seperti patung yang diukir dari es dan perak. Ketampanannya sangat tidak manusiawi, dan aura gelap yang mengitarinya terasa begitu kuat setelah ia mengambil alih tubuh Yue semalam. “Ke mana kita harus pergi?” tanya Yue, suaranya pelan. Ia berusaha menjaga jarak fisik, meskipun tanda segel di pinggangnya terus-menerus memancarkan kehangatan yang mendesak. “Gulungan Kunci itu tidak akan berada di ibu kota atau sekte. Klan Lian menyembunyikan hal terpenting mereka di tempat-tempat yang dipenuhi energi spirit kuno,” jelas Xuan, matanya yang merah gelap menatap ke kejauhan. “Tempat terdekat yang bisa menyimpan rahasia leluhur
Keputusan sudah dibuat. Setelah ancaman Dewa Jinlong dan intrik Elder Wen, Sekte Bintang Surya terlalu berbahaya. Lian Yue harus mencari sisa gulungan kuno yang berisi detail ritual leluhur Klan Lian. Malam adalah satu-satunya kesempatan mereka untuk melarikan diri tanpa terdeteksi. Lian Yue berdiri di depan cermin, mengenakan jubah gelap dan mengikat rambutnya tinggi-tinggi, menyembunyikan tanda-tanda kebangkitan Bayangan Bulan. Namun, ia tidak bisa menyembunyikan denyutan hangat di pinggangnya, tempat lunar mark Xuan bersinar redup. Xuan Nightblade muncul di belakangnya, auranya sedingin bayangan, tetapi matanya memancarkan kehangatan eksklusif untuk Yue. “Kau terlalu lama, Yue. Jika kau gagal bertindak cepat, mereka akan mengerahkan formasi pencarian spiritual,” bisik Xuan, suaranya seperti sutra dingin. “Aku tahu,” balas Yue, mencoba menenangkan detak jantungnya. “Tapi aku belum pernah menyelinap dari sekte elit. Aku takut.” Rasa takut yang jujur itu memicu reaksi insta
Setelah Dewa Jinlong menghilang, suasana di Sekte Bintang Surya bukan lagi sekadar hormat, melainkan ketakutan yang mencekam. Murid-murid memandang Lian Yue seolah dia adalah bom waktu berjalan, bukan gadis lemah yang mereka kenal sebelumnya. Yue kembali ke kamarnya, kakinya lemas. Ia duduk di tepi ranjang, jantungnya masih berdebar kencang. Itu adalah pertama kalinya ia berhadapan langsung dengan makhluk setingkat Dewa, dan fakta bahwa Xuan mampu melindunginya hanya menegaskan betapa berbahayanya roh itu—sekaligus betapa ia membutuhkannya. Xuan Nightblade muncul sepenuhnya di hadapannya, auranya kini tenang, namun tatapan matanya yang merah gelap dipenuhi perhitungan. “Dinding di Sekte ini sudah terlalu tipis,” kata Xuan, suaranya dingin. “Kemunculan Jinlong adalah peringatan. Ia menguji seberapa cepat aku bangkit. Dan sekarang, mereka akan bergerak.” “Siapa yang akan bergerak?” tanya Yue, suaranya bergetar. “Semua orang. Dewa Jinlong akan mencari cara lain untuk menyegelm
Lian Yue terbangun di kamarnya yang sunyi di Sekte Bintang Surya. Bayangan ungu yang membawanya dari Lembah Bayangan Bulan telah menghilang, dan jubah yang ia kenakan sudah kering. Tubuhnya terasa berat, tetapi pada saat yang sama, ia merasakan lonjakan energi Bayangan Bulan yang stabil—semua berkat Kristal Darah dan intervensi Xuan. Namun, yang paling mendominasi adalah sensasi di pinggangnya. Lunar mark yang kini permanen itu terasa hangat, berdenyut pelan, seperti jantung kedua yang hanya berdetak untuk dia. “Jangan bergerak terlalu cepat,” suara Xuan Nightblade terdengar dalam dan dingin di benaknya. Ia tidak perlu muncul untuk memancarkan dominasinya. “Energi segel sedang menyatu dengan Inti Bayangan Bulanmu. Setiap langkahmu kini memperkuat ikatan kita.” Yue mencoba duduk. Rasa lemas membanjiri dirinya. “Ini salahmu,” gumamnya, meskipun ia tahu protes itu sia-sia. Xuan muncul setengah fisik, duduk santai di ambang jendela kamar Yue, seolah ruangan itu adalah takhtanya.
Setelah Shenya menghilang dengan cekikikan terakhirnya, suasana di gua menjadi tegang. Energi gelap Xuan Nightblade terasa seperti kabut pekat yang siap meledak. Ia marah karena rahasianya—bahwa pemutusan ikatan melibatkan emosi dan hasrat—telah dibocorkan. “Lupakan omong kosong Rubah itu,” desis Xuan, tanpa perlu mengeluarkan suara. “Fokus. Kita harus menemukan Kristal Darah. Itu adalah sisa-sisa dari inti spiritual makhluk kuno yang kupaksa tunduk ribuan tahun lalu. Jika kau menyerapnya, inti Bayangan Bulanmu akan melompat setidaknya dua tingkat.” Yue mengangguk, tetapi pikirannya sibuk memproses informasi Shenya. Cinta dan hasrat. Itu adalah kelemahan Xuan, dan sekaligus kunci kebebasannya. Mereka keluar dari gua. Lembah Bayangan Bulan, sesuai namanya, dipenuhi bayangan yang menari. Yue mulai menggunakan energi Bayangan Bulannya untuk melihat dan bergerak lebih cepat. Ia harus mencapai jantung lembah. “Kau terlalu lambat. Gunakan bayangan di kakimu sebagai penopang,” instr







