“Suami?? Sejak kapan aku menikah denganmu?” sergah Saka tidak kalah terkejutnya. Dia sudah bangkit dan berdiri di samping Kinan.
“Diam kamu, Saka! Kamu pikir hubungan kita dan apa yang kita lakukan selama ini tidak seperti layaknya sebuah pernikahan. Kita sudah melakukan banyak hal, Saka. Apa kamu tidak ingat?” seru gadis cantik itu.
Kinan hanya diam, ia melirik Saka yang tampak kebingungan kemudian melihat gadis cantik ini dengan seksama. Sementara tangannya masih mengelus pipinya yang kesakitan karena tamparan tadi.
“Apa yang terjadi? Apa Saka sudah menikah dan aku sudah merebutnya? Ya Tuhan, kenapa aku tidak menyelidikinya lebih dulu. Bagaimana ini?” sesal Kinan dalam hati.
“Airin, DENGAR!! Hubungan kita hanya sekedar pacaran dan bukan suami istri. Kinan, aku harap kamu gak salah paham dengan ucapannya.” Saka mencoba menjelaskan hal itu kepada dua wanita di depannya ini.
“Jadi nama pelakor in
“Tunggu dulu! Kenapa kamu tahu alamat rumahku tanpa bertanya?” sergah Kinan. Saat ini Saka memang sudah mengendarai mobilnya mengantar Kinan pulang dan sepertinya sudah mendekati rumah Kinan.“Kamu lupa kalau kemarin malam aku sudah pernah datang ke rumahmu. Jadi jelas saja aku hapal, Kinan,” jawab Saka.Kinan terdiam dan hanya menganggukkan kepala. Ada apa dengan dirinya hari ini? Mengapa semua tampak membingungkan dan membuat dia pusing. Kinan menghela napas panjang, kemudian melirik sekilas ke arah Saka.“Terima kasih, Saka,”cicit Kinan lirih.“Untuk apa?” Saka bertanya tanpa menoleh sedikit pun ke Kinan. Ganti Kinan yang malah menoleh ke arahnya.“Ya, untuk bantuanmu ini. Aku harap kita tidak terlambat.”Saka hanya menghela napas panjang dan menganggukkan kepala. Tak lama mobil Saka sudah masuk ke pelataran rumah Kinan. Tepat dugaan Kinan kalau dua orang deb kolektor itu sudah d
“Bukan. Maksudku ... kalau dia menikah denganku dia pasti akan selingkuh,” ralat Saka seketika. Tapi tetap saja jawaban Saka itu tidak membuat Kinan puas. Ia masih menatap tajam ke arah Saka dengan tatapan bertanya.“Oke, baiklah. Airin memang pernah selingkuh dengan temanku dan aku tidak mau itu terjadi lagi. Orang yang sudah penah selingkuh pasti akan melakukan perselingkuhannya lagi. Dia sudah merasa enjoy dengan hal itu,” jelas Saka kemudian.Kinan hanya menghela napas panjang sambil sibuk menganggukkan kepala. Kenapa juga tiba-tiba ingatannya kembali di kehidupannya yang berbeda. Saat dia berpacaran dengan Fajar dulu. Fajar tidak pernah berbuat salah apalagi selingkuh, dia selalu bersikap manis di depan Kinan. Namun, pada akhirnya dia juga yang menghancurkan hidup Kinan dengan berakhir menjadi budak napsu Saka.Kinan mengernyitkan matanya seraya terpejam tanpa sadar ia menggelengkan kepalanya berulang membuat Saka bingung melihatnya.
“Kinan, kamu seperti anak kecil saja. Ayah dan ibu hanya pergi sebentar, kok. Kamu tunggu di rumah, ya?” bujuk Hana. Kinan menggelengkan kepala, kini tangannya sudah menahan tangan ayah dan ibunya untuk tidak melanjutkan langkahnya. Hana dan Bayu makin bingung, mereka saling bertatapan kemudian melihat ke arah Kinan secara bersamaan. “Ada apa sebenarnya, Kinan? Apa Saka mengatakan sesuatu tadi?” tebak Bayu. Kinan menggelengkan kepala memberi jawaban atas pertanyaan ayahnya. “Tidak. Ini tidak ada hubungannya dengan Saka sama sekali. Ini hanya berhubungan dengan ayah dan ibu saja.” Hana dan Bayu tertegun dengan penuturan Kinan. Kinan terdiam kemudian tiba-tiba duduk bersimpuh di depan Hana dan Bayu seraya memohon. “Aku minta jangan pergi kemana-mana sore ini. Kalau ayah dan ibu ingin memberitahu kerabat soal lamaran Kinan, bukankah bisa melakukannya lewat telepon. Aku hanya minta Ayah dan Ibu di rumah saja sepanjang sore hingga malam. Aku mohon.” Hana dan Bayu tampak kebingungan us
“KAMU!!” Kinan menoleh dengan cepat ke arah Saka dan menatapnya penuh amarah. Namun, apa yang terjadi malah di luar dugaan Kinan.Begitu Kinan menoleh ke arah Saka secepat itu juga Saka menyambar bibir Kinan dan mengecupnya. Posisi mereka yang berdekatan memudahkan Saka untuk melakukannya bahkan pria tampan berdagu belah itu tak peduli dengan tatapan para tamu dan kerabat yang terkejut melihat ulah nakalnya.“Astaga, Saka! Kamu gak sabaran banget,” seloroh Nyonya Septa yang duduk tak jauh dari Saka. Saka tersenyum cengengesan sedangkan Kinan menundukkan kepala menutupi rona merah yang sudah memenuhi wajahnya.“Nanti malam bakal lebih dahsyat dari itu,” bisik Saka di telinga Kinan.Kinan hanya diam membisu, ia menghela napas panjang sambil memejamkan mata. Kenapa juga bayangan menyeramkan di malam jahanam itu kembali terputar di benaknya. Saka yang memperlakukannya dengan kasar, memukul, menjambak, bahkan merobek seluruh
CUP!“Selamat pagi, Sayang.” Kinan terkejut saat sebuah kecupan singgah di wajahnya disertai ucapan selamat pagi menyapa.Kinan mengerjapkan mata mencoba menghalau sinar mentari yang masuk menerobos tirai kamar mereka. Sosok pria tampan yang baru saja mengecupnya sudah berdiri tegak di sampingnya dan tersenyum dengan manis.“Kamu masih ngantuk, Sayang?” sekali lagi suara bariton itu mengingatkan Kinan. Kinan menggeleng kemudian sudah perlahan menyibak selimut.Ia sudah mengingat kalau sudah resmi menjadi istri Saka, oleh sebab itu dia terbangun di kamar asing nan indah ini.“Kamu mau sarapan di kamar atau di ruang makan?” Kembali Saka bertanya. Kinan terdiam dan melhat pria tampan itu tampak sibuk bercermin seraya merapikan pakaiannya.“Eng ... di luar saja, Saka,” jawab Kinan.Ia sudah menyibak selimut dan bersiap turun dari kasur. Namun, baru saja Kinan menjejakkan kakinya ke lantai be
“Senang bertemu dengan Anda, Nyonya ---” Lelaki berkulit sawo matang dengan wajah manis itu menggantung ucapannya menunggu jawaban dari Kinan.Saka melihat istri manisnya ini masih terkejut dan segera menyenggol lengan Kinan dengan lembut.“Kinan, namanya Kinan Pratiwi, Fajar,” sahut Saka membantu Kinan.“Akh ... iya. Nyonya Kinan, senang bertemu dengan Anda.” Fajar mengulurkan tangannya dan dengan sangat terpaksa Kinan menyambut tangan pria tersebut.Fajar hanya tersenyum menatap Kinan dari atas hingga bawah seakan sedang memindai dirinya. Entah mengapa Kinan merasa ada seringai aneh yang tiba-tiba muncul di raut manis Fajar. Lagi-lagi bayangan kelam di kehidupan yang berbeda berjejalan memenuhi benaknya.“Istrimu cantik, Saka. Di mana kamu menemukannya?” bisik Fajar lirih.Saka mengulum senyum sambil melirik Kinan sekilas. Pria berdagu belah itu bergegas merengkuh tubuh Kinan mendekat, seakan
“Hmmmffpp ... .” Kinan mendelik sambil mendorong tubuh Saka agar melepaskan pagutannya. Padahal baru saja Saka mencium bibirnya saat di dalam acara tadi. Kini pria tampan itu kembali menyerbu bibirnya saat mereka baru masuk ke dalam mobil.“Apa kamu tidak malu? Ada Pak sopir yang sedang memperhatikan kita,” cicit Kinan lirih.Memang mereka sudah di dalam mobil perjalanan pulang menuju rumah dan seperti biasanya, Saka selalu menggunakan sopir pribadi untuk mengantar jemput dia.“Pak Wildan sudah biasa dengan ulahku. Kamu tidak perlu malu, Sayang. Apalagi kita sudah sah sebagai suami istri. Bukan begitu, Pak Wildan?” Saka menjawab sambil mengerling ke arah sopir pribadinya di depan.Sopir pribadi yang bernama Pak Wildan itu hanya menjawab dengan sebuah senyuman yang terlihat jelas di kaca spion. Kinan meliriknya sekilas dan langsung menunduk tersipu malu. Apa seperti ini kehidupan Saka sebelumnya? Jangan-jangan tidak hany
“Apa maksudmu?” seru Kinan dengan terkejut. Saka langsung tertawa melihat ekspresi Kinan kali ini.“Aku berkata jujur. Aku dan Fajar memang sering berbagi. Aku punya banyak teman wanita dan dia terlalu lama menjomlo. Jadi aku kenalkan saja teman wanitaku ke Fajar.”Kinan langsung menghela napas lega. Sekali lagi tanpa sadar ia mengelus dadanya berulang. Entah mengapa sempat terbesit pikiran buruk di benaknya saat Saka bilang tentang berbagi wanita.“Kamu jangan negatif thinking dulu, Sayang. Aku tidak seburuk kelihatannya. Memang aku sering berganti wanita, tapi itu karena aku tidak cocok.”Kinan spontan berdecak sambil melirik ke arah Saka. Kemudian tiba-tiba Saka merengkuh pinggul Kinan mendekat ke arahnya. Lagi-lagi pria tampan berdagu belah itu mengikis jarak di antara mereka menjadi sangat dekat. Kinan terdiam seakan sedang menahan napas saat wajah Saka sudah berada dekat di depannya.“Aku janji tidak