Share

Part 2

Penulis: Noveriya
last update Terakhir Diperbarui: 2021-05-31 18:05:59

Waktu pun berselang, di hari yang menjadi hari pesta ulang tahun Somi.

Namun pagi itu Jisoo bangun sedikit lebih telat dari biasanya. Hal itu terjadi karena ia bergadang semalaman untuk menyelesaikan bab terakhir skripsi Somi.

Setelah selesai mengirim skripsi Somi, Jisoo pun tidur dengan pulas hingga melewatkan jam alarm yang nyaris tak dapat membangunkannya.

Namun sang ibu terpaksa membangunkan Jisoo di tengah lelapnya ia tidur.

"Ibu harus pergi, makanan sudah ibu siapkan.. dan ibu titip buah tangan ini untuk ibu Somi.." pesan ibu dengan terburu-buru memakai sweater sederhana.

Jisoo yang masih belum sadar betul hanya mengangguk sekilas.

"Baik ibu.." sahut Jisoo seadanya.

"Jam berapa kamu akan pergi??" tanya ibu sebelum hendak meraih gagang pintu untuk pergi.

"Mungkin sekitar jam 2 nanti, karena aku akan mengambil hadiah dulu di tempat yang sudah aku pesan baru setelah itu menuju rumah Somi.." jawab Jisoo dengan nada masih terngantuk-ngantuk.

Ibu menatap Jisoo dengan wajah sendu. Lalu entah apa yang terlintas tiba-tiba saja ia membuka gelang giok yang berada di tangan kanannya itu.

Jisoo hanya melihat saja. Namun tanpa di sangka sang ibu langsung meraih lengan kanan Jisoo dan memakai gelang giok itu di tangan sang putri.

"Ibu, apa yang kamu lakukan?? gelang ini?" Jisoo bereaksi kaget.

Namun ibu hanya merespon dengan senyum sendu.

"Gelang turun temurun ini sudah sepantasnya ibu berikan pada kamu.." kata ibu dengan wajah sendu.

Jisoo seketika beraksi untuk menahan tangan ibu. Namun ibu dengan cepat menolak dan segera mengaitkan gelang itu di pergelangan sang putri.

"Ibu berharap kamu bisa tersenyum dan selalu bahagia.."

Jisoo menantap sedih.

"Ibu bicara apa?? aku kan selalu bahagia selama bersama ibu.."

Namun wajah ibu Jisoo kian sedih menatap sang anak.

"Harusnya kamu ikut ayahmu, dan kamu pasti bisa hidup layak seperti Somi.." kata ibu lirih.

Jisoo terkaget.

"Ibu!!" seru Jisoo tak suka mendengar ucapan sang ibu yang kembali menggungkit tentang sosok yang ayah yang kini hidup kaya dengan keluarga baru.

"Mengapa ibu mengatakan hal itu lagi!! berapa kalo pun hal itu terjadi, aku akan tetap pilih ikut hidup bersama ibu.." kata Jisoo tegas menantap sang ibu.

Ibu terenyuh.

Mungkin ia tak memiliki apa pun untuk di bangga kan, namun ia memiliki seorang putri pintar yang tak lama lagi akan memiliki gelar sarjana bisnis.

"Ibu jangan pernah berbicara hal ini lagi, cukup untuk membahas hal ini.. karena semua yang Jisoo lakukan tak akan pernah Jisoo sesali.." kata Jisoo menegaskan sikapnya yang akan selalu tetap sama pada pendiriannya.

Senyum ibu terkembang.

"Terima kasih, nak.." kata ibu Jisoo lalu tak lama ia memeluk tubuh sang putri.

Jisoo pun segera membalas pelukan sang ibu.

"Cepat pulang ya.." pesan Jisoo.

Ibu mererai sembari mengangguk menyetujui permintaan sang anak.

"Kamu juga hati-hati di jalan, titip kado ibu dan salam ibu untuk Somi..katakan ibu selalu mendoakan segala kebaikan untuk Somi.." kata ibu Jisoo menitip pesan.

Jisoo mengangguk.

"Ya.."

Perlahan ibu Jisoo pun pergi dan apartemen sederhana itu pun seketika sepi.

Jisoo masih menantap pintu yang kini kembali tertutup rapat sembari menghela nafas.

"Ah, aku masih ngantuk.." seru Jisoo yang seketika hendak melanjutkan tidurnya lagi sembari melihat pada jam dinding.

Tapi betapa terkejutnya Jisoo ketika melihat arah jarum jam yang hampir menyentuh angka 11.

"Ya Tuhan!!" seru Jisoo yang seketika terserang syok, ketika melihat jam ternyata telah hampir siang. "Aku harus buru-buru mandi, untuk mengambil hadiah Somi !!" pekik Jisoo yang seketika berlari panik menuju kamar mandi diruangan itu.

***

Setelah mandi dan berpakaian. Jisoo ternyata cukup lama menantap dirinya di hadapan kaca.

Ia masih tidak percaya akhirnya bisa memakai pakaian Hanbok sang ibu.

Hanbok putih dengan rok berwarna merah yang masih terlihat bagus membuat Jisoo terkagum.

Ia jadi mengingat masa kecilnya yang dulu sangat ingin mengenakan pakaian Hanbok sang ibu kala itu. Namun ibu melarang karena masih terlalu besar, mau beli tapi saat itu uang ibu tidaklah cukup.

Namun kini akhirnya ia bisa mengenakan pakaian Hanbok itu dengan pas.

Seulas senyum terukir manis di wajah Jisoo.

"Ternyata baju ini masih bagus.. ibu benar-benar menyimpannya dengan baik.." kata Jisoo. Dan tak sengaja ia melihat pergelangan tangannya yang kini terpasang gelang giok sang ibu.

Ia menyentuh dengan pelan gelang giok tersebut.

"Pada akhirnya aku juga bisa memakai gelang yang paling ibu sayang.." kata Jisoo sembari mengingat wajah sang ibu. "Suatu hari nanti aku berjanji, aku pasti akan bisa memberi Hanbok terbaik untuk ibu dan juga gelang yang lebih bagus dari ini dengan uang hasil kerjaku nanti" Jisoo bersangguh-sungguh berjanji didalam hatinya.

Tiiitt..tiiitt.. suara nada pesan masuk pun membuyarkan angan-angan Jisoo. Ia pun tersadar dan langsung menyambar handphonenya.

"Aakhh, aku benar-benar telat!!" seru Jisoo ketika membaca isi pesan yang ternyata dari si pemilik toko.

***

Di sisi lain, di satu rumah mewah.

Terlihat di satu kamar mewah, Park Somi sedang memandang pantulan dirinya di cermin yang cukup besar.

Ia menatap dengan wajah murung. Bagaimana tidak, hari yang harusnya menjadi hari bahagia untuknya, tapi kedua orang tuanya lagi-lagi tak bisa berada di sana.

"Rayakan saya ulang tahun mu, pesan apa yang kamu mau, semua akan di bereskan oleh Pak Jiwoo.." kata sang papa dengan nada datar.

"Mama sibuk, sebentar lagi ada pembukaan cabang di Amerika, sayang jika mama harus lewatkan kesempatan ini.. untuk kado nanti mama kirim dari Amerika.." kata sang mama dengan nada santai.

Tatapan sedih kecewa juga kesal terpancar jelas di mata Somi. Rumah yang besar nyatanya tak membuat Somi bahagia. Ia tumbuh bersama para pelayan bukan dengan orang tuanya.

Tak ada talian kasih sayang keluarga yang hangat.

"Jika kalian sibuk?? lalu kenapa melahirkan aku??" rutu Somi murung.

Tak lama seorang pelayan wanita masuk dengan memberi satu kabar.

"Nona..teman Nona, Kim Jisoo sudah datang.." kata sang pelayan.

Seketika Somi bereaksi dengan membalikkan badannya.

"Ah, baiklah aku akan turun.. lagipula Kim Jisoo sudah datang" seru Somi senang seolah dapat berjalan dengan wajah riang dan melupakan perihal kekecewaannya tadi.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Love My Second Lead   Part 38

    Maya mengeliat manja pada tempat yang terasa nyaman ia peluk."Nyamannya.. dan ada detak jantung" gumam batin Maya dalam dunia mimpi.Hening, ia kian mendengar jelas detak jantung yang membuatnya harus segera sadar.Kedua mata Maya terbuka dengan terkaget melihat dirinya memeluk tubuh sang suami yang terlihat tidur dengan lelapnya."Aaaaaaaa" jerit Maya yang histeris. Lalu ia cepat-cepat menjauh dari tubuh Ferdian yang terlihat terusik dengan jeritan histeris Maya."Ada apa??" seru Ferdian dengan berusaha benar-benar sadar.Maya terlihat kelabakan meraba tubuhnya sendiri. Lalu menatap wajah Ferdian yang baru saja bangun dengan terpaksa."Ma-s?? ki-ta?? ki-ta??" ucap Maya terbatah-batah mencoba mencerna situasi macam apa pagi ini."Apa?? kita kenapa??" tanya Ferdian kesal karena terbangun dengan kegaduhan."Mas harus jelasin, kenapa Maya sampai ada di ranjang ini?" tuntut Maya dengan wajah gusar."Kan kau sendiri y

  • Love My Second Lead   Part 37

    "Mulai detik ini, aku umumkan jika New-A akan berganti menjadi New-Dragon.. dengan Direktur pelaksanaan Zarulita Maya" ucap Ferdian lantang saat itu.Dan ucapan itu kian terngiang di benak Maya. Kini Maya berada di ruang Direktur utama. Ia termenung menatap kursi Direktur yang kosong.Tak lama terdengar suara pintu di ketuk, lamunan Maya buyar.Tok..tok..Ceklek...pintu ruang Direktur terbuka.Akhirnya sang pahlawan itu datang. Maya pun berbalik untuk menyambut suaminya itu. Namun ketika ia berbalik, tatapan terpaku ketika melihat sang kembaran lah yang masuk."Marcel?"Senyum dari wajah sang kembaran terlihat jelas."Selamat kembaran ku, kau akhirnya bisa mengakhiri perang ini" ucap dengan berjalan lalu seketika memeluk tubuh Maya.Maya hanya bisa menerima tanpa menolak. Ia menikmati pelukan saudara kandungnya itu.Pelukan itu tererai, Marcel menatap wajah kembarnya."Kalau begitu, aku akan kembali k

  • Love My Second Lead   Part 36

    Keesokan paginya.Tidur lelap Ferdian pun terusik ketika mendengar suara guyuran air shower dari ruang wadrobe.Perlahan ia pun bangun dari tidurnya lalu terduduk dengan menoleh pada ruang wadrobe."Apa dia mandi sepagi ini lagi??" seru Ferdian sembari merenggangkan tubuhnya dan menatap sofa tempat tidur Maya yang kini kosong.Lalu sekilas ia melihat di sisi tempat tidurnya terlah tersusun bantal-bantal dengan rapi.Ferdian pun berdecak sehingga terlihat senyum simpul dari wajahnya. Ternyata ia benar-benar tertidur dengan lelap sampai tak menyadari jika wanita itu bangun lebih awal dan merapikan bantal seperti perintahnya tadi malam.Sekilas ia mengingat ucapan Maya."Mungkin mas gak akan faham arti kehadiran orang tua, karena kehilangan mereka itu benar-benar sangat menyakitkan" tutur Maya malam itu.Namun tak lama, lamunan Ferdian bayar ketika mendengar langkah Maya yang baru saja keluar dari ruang wadrobe dengan handuk melil

  • Love My Second Lead   Part 35

    Waktu berjalan cepat hingga jam menunjukkan 12 malam.Maya dan Ferdian berdiri di depan rumah mereka dengan melambaikan tangan pada Papa Johan yang pergi meninggalkan kediaman Bastian."Apa tadi terjadi pertengkaran??" singgung Maya bertanya dengan ekspresi datar dan masih menatap mobil sedan mewah itu pergi meninggalkan halaman rumah.Ferdian hanya diam tak menjawab, lalu tanpa di duga ia pergi meninggalkan Maya sendiri di sana.Maya menoleh dengan wajah bingung."Ckckck.. heran, kok bisa ada orang kayak begini, di tanya gak di jawab.. di diemin malah maen tinggal aja.. manusia gak sih nie orang??" gumam Maya sendiri sembari ikut melangkah di belakang suaminya."Tunggu mas!!" seru Maya dengan sedikit mempercepat langkah kakinya. Namun hal itu malah menimbulkan rasa sakit di bekas jahitan."Akh!!"pekik Maya yang reflek menahan perutnya yang sakit dengan tangan.Hal itu membuat Ferdian mencuri perhatian dirinya yang akhirn

  • Love My Second Lead   Part 34

    Waktu pun berlalu.Kini Maya pun kembali ke kediaman Bastian. Maya berjalan dengan sedikit pelan, walau dokter menyatakan bekas operasi aman. Namun Maya tidak boleh gegabah dalam berjalan agar bekas lem jahit operasi tidak rusak. Dan hal itu di patuhi oleh Maya.Dirumah Bastian pun, Mami Sari menyambut Maya dengan suka cita. Ia memberi perhatian ekstra pada cucu menantunya itu."Lain waktu, kamu harus makan tepat waktu.. kesehatan itu mahal harganya Maya" ceramah Mami Sari panjang lebar.Maya yang hanya bisa tersenyum kecil mendengar ceramah sang nenek."Untuk sementara waktu kamu makan bubur saja, jangan makan yang pedas-pedas dulu.. dan harus banyak makan buah juga sayur" timpal sang nenek menyambung ceramahnya yang kian panjang."Iya mami" sahut Maya patuh sembari berjalan pelan menuju ruang makan.Ferdian pun mengikuti langkah keduanya dari belakang.Dan tanpa terduga, sosok pria paruh baya pun terlihat duduk dengan w

  • Love My Second Lead   Part 33

    Kehadiran sang mama telah membuat sisi manja Maya pun muncul.Maya kembali bersama sang Mama yang membantunya berjalan hingga ke kamar pasien super VIP itu."Syukurlah jika kamu sekarang jauh lebih baik, mama panik sekali ketika mendengar kabar dari suamimu" jelas sang Mama dengan duduk di sisi kiri sang putri.Maya terlihat merasa bersalah ketika mendengar ucapan sang mama."Maaf ya mah, Maya udah buat mama jadi khawatir"Mama Marwah menghela nafas pelan sembari mengenggam jemari sang putri."Mama cuma bisa bersyukur jika saat ini kamu memiliki pendamping hidup, yang sangat menjaga kamu.." ujar sang mama nanar."Dia, pasti suami yang sangat baik" timpal sang mama dengan menoleh pada pintu yang terdapat kaca bening. Sehingga sosok sang menantu yang berada di luar kamar itu terlihat.Maya pun ikut melihat dengan terteguh pada pria yang terlihat serius berbicara dengan handphonenya itu.Lalu mama kembali menatap

  • Love My Second Lead   Part 32

    Hening..Kamar pasien Maya seketika hening, ketika dokter dan perawat itu meninggalkan ruangan kamarnya.Terlihat Maya dan Ferdian melirik dengan wajah canggung.Maya hanya menghela nafas pelan.Ferdian berjalan menuju meja di samping tempat tidur Maya dengan meletakkan plastik bungkusan yang ia bawa tadi.Maya meremas selimut yang ada di tubuhnya."Ehem.." suara grehem Maya yang seolah mencairkan suasana."Sepertinya dokter terlalu berlebihan, kalau cuma belajar jalan mah, kayaknya Maya bisa sendiri" celetuka Maya yakin dengan menyingkirkan selimut dari tubuhnya.Ferdian hanya melihat gerakan Maya yang berusaha untuk bangun dari tidurnya.Dan terlihat jelas jika Maya berusaha bangun dengan ekspresi wajah menahan sakit."Ssst.." desis bibir Maya mengeluarkan suara rintihan samar.Ferdian sudah menduga jika wanita ini hanya bermulut besar dan berlawanan pada kenyataan yang jelas-jelas terlihat jika ia tak sang

  • Love My Second Lead   Part 31

    "MAYA!!" seru Ferdian untuk mencoba menyadarkan istrinya.Namun tak satupun panggil itu menyadarkan sang istri yang terlihat telah hilang kesadarannya.Hingga tanpa pikir panjang Ferdian dengan cepat mengendong tubuh Maya yang terlihat benar-benar tak berdaya.Dan kepanikan Ferdian berhasil membuat seisi rumah Bastian itu panik.Mami Sari sampai tercengangg melihat tubuh Maya berada dalam gendong Ferdian."Apa yang terjadi?? Maya kenapa?" tanya Mami Sari yang panik.Ferdian berjalan cepat menuju garasi mobil tanpa menjawab pertanyaan sang Mami yang mengikuti langkahnya dari belakang."Panggilkan Pak Dendi!! CEPAT!!" hardik Ferdian tanpa melihat pada siapa yang ia suruh.Wajahnya benar-benar di baluti rasa cemas.Tak lama seorang pria tua datang dengan setengah berlari."Cepat bukakan pintu!!" seru Ferdian pada sang Supir.Pak Dendi pun dengan segera membuka kunci mobil otomatis itu. Lalu membuka pintu mobil

  • Love My Second Lead   Part 30

    Waktu pun berlalu dua hari. Dan pertikaian antara Maya dan Ferdian pun terus berlangsung dingin. Keduanya benar-benar menghindar satu sama lain.Maya terus berusaha tanpa pantang menyerah, ia menghabiskan banyak waktu untuk bisa kembali masuk ke dalam perusahaan Dragon.Sungguh ia akan mencoba cara apa pun untuk bisa bertemu kembali dengan Master.Namun sayangnya, Ferdian sudah memerintahkan jika Juan untuk sementara waktu untuk tak masuk ke kantor agar terhindar dari Maya.Dan dari info yang di terima, Maya terus menunggu sosok Master Kw itu hingga sore. Ia benar-benar menunjukkan kegigihannya. Ia membuang segala gengsi untuk bisa bertemu kembali dengan sang Master dengan bertanya pada satu persatu karyawan Dragon tempat tinggal sang Master.Ferdian benar-benar di buat terperangah, ia tak menyangka jika Maya benar-benar nekat. Namun sayang, Ferdian tak sedikit pun bersimpati pada perjuangan Maya.***Di sisi lain, sang Mami ter

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status