Home / Sci-Fi / Love My Second Lead / Undangan Park Somi

Share

Love My Second Lead
Love My Second Lead
Author: Noveriya

Undangan Park Somi

Author: Noveriya
last update Last Updated: 2021-05-31 18:02:43

Siang itu di Universitas X.

Terlihat seorang gadis berkacamata sedang duduk di bawah pohon maple yang sedang berubah warna menjadi merah. Membuat gadis itu merasa nyaman di saat udara begitu sejuk.

Terdengar sebandung lagu Que Sera-sera dari bibirnya. Lagu yang paling ia sukai sedari kecil.

Qué será, será

Whatever will be, will be

The future's not ours to see

Qué será, será

What will be, will be

Adalah Kim Jisoo, mahasiswa tingkat akhir yang memiliki kepintaran yang di akui oleh para dosen.

Namun kepintarannya tak lantas membuat ia me jadi mahasiswa populer di Universitas yang di isi oleh anak-anak orang kaya itu.

Jisoo yang masuk dengan jalur khusus siswa miskin harus berjuang keras bertahan di tengah cibiran dan bullyan para mahasiswi yang tidak suka akan kehadirannya di kampus elit itu.

Namun Jisoo tetap bertahan di sana demi untuk masa depannya yang harus ia gapai dengan tangannya sendiri. Semua tidak lain untuk bisa memiliki pekerja yang layak jika ia sudah menyelesaikan kuliahnya yang hanya tinggal beberapa bulan lagi.

Di saat ia melamun menikmati moment itu. Tiba-tiba terlihat dari kejauhan seorang gadis seusia Jisoo berlari kecil menuju dirinya.

"Jisoo!! Kim Jisoo!!" teriak gadis cantik itu memanggil nama Jisoo dengan jelas. Seketika Jisoo menoleh pada asal suara yang sudah sangat ia tunggu.

Dan Jisoo hanya tersenyum kecil ketika melihat sosok gadis cantik berlari dengan susah payah dengan sepatu hak tinggi yang ia kenakan.

"Somi??" balas Jisoo dengan segera bangkit dari duduknya.

Somi, Park Somi adalah satu-satunya teman yang di miliki Jisoo selamat berkuliah di universitas X tersebut. Teman terbaik dan paling ia sayangi yang pernah ia miliki.

Senyum Jisoo kian terkembang ketika langkah Somi kian mendekat dan akhirnya gadis itu berhenti tepat di hadapan dirinya.

"Jisoo??" seru Somi dengan nafas terengah karena berlari tadi.

Jisoo malah tertawa kecil melihat tingkah Somi yang menurutnya lucu. Melihat Jisoo menertawakannya Somi langsung berubah cemberut.

"Jahat sekali kau Jisoo?" seru Somi ngambek.

Mendengar hal itu Jisoo menahan tawanya.

"Ah, maaf aku hanya merasa kamu begitu lucu karena lari tadi.. tapi bukankah kamu tidak suka lari??" balas Jisoo dengan bertanya kebiasaan Somi yang sangat ia hafal.

"Ini juga terpaksa" dengus Somi kesal pada perkataan Jisoo. "Kalau bukan karena kamu, aku tidak akan sudi.." tiba-tiba ucapan Somi terhenti kaget.

Jisoo pun sama kagetnya mendengar ucapan Somi yang tergantung misterius.

"Aku?? ada apa dengan aku??" tanya Jisoo penasaran.

Somi sedikit kelabakan.

"Ah, tidak.. maksud ku, aku kan akan berulang tahun tiga hari lagi.. dan.. dan tahun ini aku berencana merayakannya" jelas Somi yang seketika mengingat tujuan awalnya.

Jisoo yang mendengarkan hal itu seketika berubah senang.

"Waah, selamat Somi ku sayang.." ucap Jisoo bahagia yang seketika memeluk tubuh Somi dengan senang.

Somi terkesiap menerima pelukan tiba-tiba dari Jisoo yang tidak ia sangka-sangka.

"Ah, Somi ku sudah bertambah dewasa.." seru Jisoo mendekap dengan penuh sayang sang teman satu-satunya itu.

Somi membalas seadanya dengan wajah terpaksa.

"Ya, terimakasih Jisoo.."

Lalu tak lama, Jisoo mererai pelukannya itu dengan menantapa Somi.

"Kau mau hadiah apa Somi?? apa mau ibu ku buatakan kue ulang tahun untuk mu" tanya Jisoo tulus.

Namun Somi langsung menggelengkan kepalanya.

"Tidak perlu.."

Kening Jisoo berkerut heran dengan penolakan Somi yang biasa selalu senang jika mendapatkan kue buatan ibu Jisoo.

"Kenapa??"

"Ah, tidak kenapa-napa, hanya.." Somu seolah menahan ucapannya dari mulutnya, namun tangannya mengambil sesuatu dari dalam tas.

Lalu tak lama terlihat sebuah amplop spesial keluar dari tas Somi dan ia berikan di hadapan Jisoo.

"Ini.."

Jisoo menantap bingung.

"Apa ini??"

Somi mengembangkan senyum mendengar pertanyaan Jisoo yang polos.

"Ini undangan ulang tahun ku.." jawab Somi santai.

Mendengar hal itu Jisoo terlonjak kaget sembari menerima undangan spesial itu.

"Waah.." seru Jisoo antusias. "Ini..ini bagus sekali.." puji Jisoo apa adanya.

Somi bangga mendengar ucapan Jisoo, ia tau Jisoo yang seorang miskin pasti tak akan pernah melihat undangan semewah itu.

"Kau harus datang.." kata Somi pada Jisoo yang masih terpanah pada undangan mewah itu.

Jisoo menantap Somi sembari mengangguk.

"Pasti, aku pasti datang di acara ulang tahun mu.." jawab Jisoo serius.

Senyum simpul Somi terkembang senang mendengar jawaban Jisoo yang sudah ia prediksi.

"Tapi.." seru Somi di tengah keseriusan Jisoo.

Jisoo menunggu.

"Kau harus datang dengan pakai tradisional kita.."

Jisoo bengong.

"Hah? Pakaian tradisional??" ulang Jisoo ragu.

Somi mengangguk.

"Ya, karena aku buat seperti pesta kostum, jadi yaa.. ada banyak kostum yang akan di pakai para undangan.. tapi agar lebih mudah untuk kamu, ya pakai tradisional saja.." saran Somi pada Jisoo.

Jisoo sejebak berpikir sembari mengangguk pelan.

"Oih, baiklah.. mungkin jika pakai tradisional aku bisa pinjam baju ibu.." jawab Jisoo polos.

Somi tersenyum setuju.

"Yaa aku pikir juga begitu.." sahut Somi mendukung. " Tapi, yang pasti kau harus datang.. karena jika kamu tidak datang maka aku akan marah besar.." ancam Somi pada Jisoo.

Jisoo tersenyum tulus.

"Ya, aku janji akan datang.. tidak mungkin aku mengecewakan teman terbaikku di hari spesialnya.." kata Jisoo tulus.

Senyum Somi terkembang begitu juga Jisoo yang membalas penuh arti pada teman baik ya itu.

"Ya sudah.. aku harus pulang dulu.." kata Somi pada Jisoo.

Jisoo kaget.

"Kau pulang?? tidak jadi ke perpustakaan??" tanya Jisoo.

Somi hendak berjalan.

"Ah, tidak-tidak.. sekarang aku sibuk mengurus persiapan untuk acara jadi.. aku pergi dulu Jisoo.. tolong kau saja yang bereskan skripsi itu dan kirimkan langsung ke alamat email ku, oke" kata Somi sambil berlalu pergi dengan langkah cepat.

Jisoo tercengang.

"Hey!! kau tidak bisa begitu!!" seru Jisoo tak bisa terima.

Namun Somi dengan wajah ceria merentangkan tangannya dan membentuk love di atas kepala yang ia tunjukkan pada Jisoo.

"Tolonglah aku mahasiswa pintar!! kau adalah peri skripsi ku!!" teriak Somi memberi semangat pada Jisoo yang malah terpaku di tempatnya.

"Hey!! Park Somi!!" seru Jisoo.

Namun Somi malah melambaikan tangan dan meninggalkan Jisoo begitu saja.

Hingga Jisoo hanya bisa menghela nafas pelan melihat sosok sang teman yang berlalu pergi.

"Dasar Park Somi.." seru Jisoo pelan. Dengan hela nafas pelan, pada akhirnya ia tak bisa marah pada Somi yang menjadi satu-satunya teman terbaik yang pernah ia miliki.

***

Malam harinya, di satu rumah susun sederhana. Jisoo duduk di meja makan bersama sang ibu yang terlihat tengah menyusun menu makanan di atas meja.

"Somi akan mengadakan pesta ulang tahun??" ibu mengulang informasi yang baru saja di samping Jisoo.

Jisoo mengangguk.

"Iya bu, padahal Somi anak orang kaya tapi.. dia tidak pernah merayakannya, dan baru tahun ini ia ingin merayakannya.." jelas Jisoo lagi.

Ibu duduk di kursi makan menghadap Jisoo yang sudah siap memegang sempit di tangannya.

"Kamu mau bawa kado apa untuk Somi??" tanya ibu.

"Entah lah, dari tahun-tahun lalu kita hanya memberi hadiah cake buatan ibu, tapi.. Somi mengatakan tidak udah.." kata Jisoo.

Ibu mulai makan, dan tak lama di ikuti Jisoo.

"Itu tidak sopan, bagaimana pergi ketempat ulang tahun tidak membawa kado.. apa lagi ibu Somi tau jika kamu teman dekat anaknya, apa kata ibu Somi nanti.. kamu harus tetap beri kado untuk Somi.." pesan ibu.

Jisoo mengangguk.

"Baiklah kalau ibu berkata begitu..nanti akan Jisoo pikirkan kado apa untuk Somi.." jawab Jisoo menurut.

"Jika kamu kurang uang, katakan saja nanti ibu tambah.." sela Ibu.

Jisoo langsung menggelengkan kepala.

"Ah, tidak udah bu, Jisoo punya tabungan kok.." kata Jisoo cepat.

"Somi teman yang paling baik untuk kamu, ibu merasa bersyukur dan senang dengan kebaikan Somi..makanya ibu juga ingin menambahkan uang untuk membeli kado Somi.. agar lebih berkesan.." kata ibu Jisoo.

Jisoo hanya diam.

"Ibu.."

"Hm??"

"Bagaimana jika suatu saat lagi aku tidak dekat dengan Somi?? kami memang sama-sama akan lulus kuliah, dan Somi pasti akan bekerja langsung di perusahaan orang tuanya..pasti hubungan pertemanan ini akan renanggang.."

Ibu menghela nafas pelan di saat mendengar ucapan sang anak.

"Inilah hidup.. fase itu pasti akan ada.. tapi jika kamu dan Somi teman sejati, maka jarak itu tidak akan ada.. ibu percaya pertemanan kalian akan bertahan sampai kalian mempunyai keluarga masing-masing.." kata ibu bijak.

Jisoo tersenyum kecil. Begitu juga dengan ibu yang ikut tersenyum simpul.

"Makanlah.. kamu pasti akan bergadang lagi mempersiapkan skripsi.." suruh ibu pada Jisoo.

Jisoo mengangguk, lalu mulai kembali makan. Namun di saat ia akan kembali makan, tiba-tiba ia mengingat sesuatu.

"Oh, iya ibu.." seru Jisoo tiba-tiba.

Ibu juga ikut kaget.

"Kenapa?"

"Apa ibu masih punya pakai tradisional Hanbok?"

"Apa? Hanbok??"

"Iya benar Hanbok ibu apa masih ada??" tanya Jisoo mengulang.

Ibu Jisoo mengangguk aneh.

"Iya masih, kenapa?"

Mendengar jawaban ibu seketika Jisoo lega.

"Aku pinjam ya bu" pinta Jisoo cepat.

"Hah? untuk apa?" tanya ibu bingung.

Jisoo tersenyum kecil.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Felicia Aileen
nice opening cant wait to read the next chapter.. boleh kasih tau akun sosmed ga ya soalnya pengen aku share ke sosmed trs tag akun author :)
goodnovel comment avatar
Etha Oldrezzta Part II
kita ketemuu lagi kak Riaaa... semangaaatt y
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Love My Second Lead   Part 38

    Maya mengeliat manja pada tempat yang terasa nyaman ia peluk."Nyamannya.. dan ada detak jantung" gumam batin Maya dalam dunia mimpi.Hening, ia kian mendengar jelas detak jantung yang membuatnya harus segera sadar.Kedua mata Maya terbuka dengan terkaget melihat dirinya memeluk tubuh sang suami yang terlihat tidur dengan lelapnya."Aaaaaaaa" jerit Maya yang histeris. Lalu ia cepat-cepat menjauh dari tubuh Ferdian yang terlihat terusik dengan jeritan histeris Maya."Ada apa??" seru Ferdian dengan berusaha benar-benar sadar.Maya terlihat kelabakan meraba tubuhnya sendiri. Lalu menatap wajah Ferdian yang baru saja bangun dengan terpaksa."Ma-s?? ki-ta?? ki-ta??" ucap Maya terbatah-batah mencoba mencerna situasi macam apa pagi ini."Apa?? kita kenapa??" tanya Ferdian kesal karena terbangun dengan kegaduhan."Mas harus jelasin, kenapa Maya sampai ada di ranjang ini?" tuntut Maya dengan wajah gusar."Kan kau sendiri y

  • Love My Second Lead   Part 37

    "Mulai detik ini, aku umumkan jika New-A akan berganti menjadi New-Dragon.. dengan Direktur pelaksanaan Zarulita Maya" ucap Ferdian lantang saat itu.Dan ucapan itu kian terngiang di benak Maya. Kini Maya berada di ruang Direktur utama. Ia termenung menatap kursi Direktur yang kosong.Tak lama terdengar suara pintu di ketuk, lamunan Maya buyar.Tok..tok..Ceklek...pintu ruang Direktur terbuka.Akhirnya sang pahlawan itu datang. Maya pun berbalik untuk menyambut suaminya itu. Namun ketika ia berbalik, tatapan terpaku ketika melihat sang kembaran lah yang masuk."Marcel?"Senyum dari wajah sang kembaran terlihat jelas."Selamat kembaran ku, kau akhirnya bisa mengakhiri perang ini" ucap dengan berjalan lalu seketika memeluk tubuh Maya.Maya hanya bisa menerima tanpa menolak. Ia menikmati pelukan saudara kandungnya itu.Pelukan itu tererai, Marcel menatap wajah kembarnya."Kalau begitu, aku akan kembali k

  • Love My Second Lead   Part 36

    Keesokan paginya.Tidur lelap Ferdian pun terusik ketika mendengar suara guyuran air shower dari ruang wadrobe.Perlahan ia pun bangun dari tidurnya lalu terduduk dengan menoleh pada ruang wadrobe."Apa dia mandi sepagi ini lagi??" seru Ferdian sembari merenggangkan tubuhnya dan menatap sofa tempat tidur Maya yang kini kosong.Lalu sekilas ia melihat di sisi tempat tidurnya terlah tersusun bantal-bantal dengan rapi.Ferdian pun berdecak sehingga terlihat senyum simpul dari wajahnya. Ternyata ia benar-benar tertidur dengan lelap sampai tak menyadari jika wanita itu bangun lebih awal dan merapikan bantal seperti perintahnya tadi malam.Sekilas ia mengingat ucapan Maya."Mungkin mas gak akan faham arti kehadiran orang tua, karena kehilangan mereka itu benar-benar sangat menyakitkan" tutur Maya malam itu.Namun tak lama, lamunan Ferdian bayar ketika mendengar langkah Maya yang baru saja keluar dari ruang wadrobe dengan handuk melil

  • Love My Second Lead   Part 35

    Waktu berjalan cepat hingga jam menunjukkan 12 malam.Maya dan Ferdian berdiri di depan rumah mereka dengan melambaikan tangan pada Papa Johan yang pergi meninggalkan kediaman Bastian."Apa tadi terjadi pertengkaran??" singgung Maya bertanya dengan ekspresi datar dan masih menatap mobil sedan mewah itu pergi meninggalkan halaman rumah.Ferdian hanya diam tak menjawab, lalu tanpa di duga ia pergi meninggalkan Maya sendiri di sana.Maya menoleh dengan wajah bingung."Ckckck.. heran, kok bisa ada orang kayak begini, di tanya gak di jawab.. di diemin malah maen tinggal aja.. manusia gak sih nie orang??" gumam Maya sendiri sembari ikut melangkah di belakang suaminya."Tunggu mas!!" seru Maya dengan sedikit mempercepat langkah kakinya. Namun hal itu malah menimbulkan rasa sakit di bekas jahitan."Akh!!"pekik Maya yang reflek menahan perutnya yang sakit dengan tangan.Hal itu membuat Ferdian mencuri perhatian dirinya yang akhirn

  • Love My Second Lead   Part 34

    Waktu pun berlalu.Kini Maya pun kembali ke kediaman Bastian. Maya berjalan dengan sedikit pelan, walau dokter menyatakan bekas operasi aman. Namun Maya tidak boleh gegabah dalam berjalan agar bekas lem jahit operasi tidak rusak. Dan hal itu di patuhi oleh Maya.Dirumah Bastian pun, Mami Sari menyambut Maya dengan suka cita. Ia memberi perhatian ekstra pada cucu menantunya itu."Lain waktu, kamu harus makan tepat waktu.. kesehatan itu mahal harganya Maya" ceramah Mami Sari panjang lebar.Maya yang hanya bisa tersenyum kecil mendengar ceramah sang nenek."Untuk sementara waktu kamu makan bubur saja, jangan makan yang pedas-pedas dulu.. dan harus banyak makan buah juga sayur" timpal sang nenek menyambung ceramahnya yang kian panjang."Iya mami" sahut Maya patuh sembari berjalan pelan menuju ruang makan.Ferdian pun mengikuti langkah keduanya dari belakang.Dan tanpa terduga, sosok pria paruh baya pun terlihat duduk dengan w

  • Love My Second Lead   Part 33

    Kehadiran sang mama telah membuat sisi manja Maya pun muncul.Maya kembali bersama sang Mama yang membantunya berjalan hingga ke kamar pasien super VIP itu."Syukurlah jika kamu sekarang jauh lebih baik, mama panik sekali ketika mendengar kabar dari suamimu" jelas sang Mama dengan duduk di sisi kiri sang putri.Maya terlihat merasa bersalah ketika mendengar ucapan sang mama."Maaf ya mah, Maya udah buat mama jadi khawatir"Mama Marwah menghela nafas pelan sembari mengenggam jemari sang putri."Mama cuma bisa bersyukur jika saat ini kamu memiliki pendamping hidup, yang sangat menjaga kamu.." ujar sang mama nanar."Dia, pasti suami yang sangat baik" timpal sang mama dengan menoleh pada pintu yang terdapat kaca bening. Sehingga sosok sang menantu yang berada di luar kamar itu terlihat.Maya pun ikut melihat dengan terteguh pada pria yang terlihat serius berbicara dengan handphonenya itu.Lalu mama kembali menatap

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status