Home / Romansa / Love Nino / Siasat Nino

Share

Siasat Nino

Author: Anwarade
last update Last Updated: 2021-07-27 18:07:30

'' Buat apasih Video itu?'' tanya Ucup heran.

'' Sudah, lo enggak perlu tau,'' jawab Nino,'' gue kirim videonya ke handpone gue, terus video di handpone lo gue hapus.''

Ucup masih terlihat bingung dengan apa yang di lakukan oleh Nino. Ucup tidak tau apa yang sedang di rencanakan oleh Nino pada Alya, Ucup hanya di perintahkan oleh Nino untuk merekam kejadian saat Alya tadi berebut kunci dengan Nino. Dan beruntungnya Nino, ia mendapatkan Video saat Alya terjatuh dan mencium pipinya.

Kemudian Nino melihat Alya mulai menjauh dengan sepedanya, meninggalkan halaman sekolah. Nino bergegas berlari menuruni anak tangga satu persatu, Nino berlari cepat ke parkiran sekolah kemudian mengambil motornya.

Tanpa membuang waktu lebih banyak lagi, Nino segera menyakalan motornya kemudian mengejar Alya yang sudah menjauh. Beruntung, Nino melihat Alya dari kejauhan sedang menggoes sepedanya.

'' Hai!'' sapa Nino, sedang Alya reflek menengok ke arah Nino.

'' Ngapain si lo ngikutin gue?''

'' Siapa yang ngikutin lo!''

Alya menghetikan sepedanya, begitu juga dengan Nino.

'' Kalau lo nggak ngikutin gue? Kenapa lo ikut berhenti.''

'' Ya, gue ... gue, Ah! bannya agak kempis,'' kilah Nino, kemudian turun dan memeriksa ban motornya.

'' Enggak jelas!'' ujar Alya sambil menggoes sepedanya, bersiap pergi meninggalkan Nino yang masih tetap berpura-pura memeriksa ban motornya.

'' Kenapa lo masih ngikutin gue? lo merusak pemandangan gue tau enggak.''

'' Al,'' panggil Nino,'' lo percaya nggak. Kalau gue bisa membuat lo jatuh cinta hanya dalam waktu tujuh hari.''

'' Heuh?''

'' Lo bakalan jatuh cinta sama gue dalam waktu tujuh hari!'' teriak Nino ke Alya.

'' WHAT?'' Alya berhenti,'' maaf lo bilang apa tadi?''

Nino tersenyum, kemudian memundurkan motornya sedikit, supaya sejajar dengan Alya yang berada di belakangnya.

'' Gue bisa membuat lo jatuh cinta dalam waktu tujuh hari,'' Nino memperjelas.

'' Tujuh hari?'' Alya mengulang.

'' Ya, tujuh hari.''

Alya menggelengkan kepalanya, ia merasa Nino terlalu pede berkata seperti itu.

'' Manusia aneh! Enggak mungkin dan nggak akan pernah terjadi,'' jelas Alya kemudian menggoes sepedanya lebih kencang dan masuk ke gang kecil.

Nino berusaha mengejar Alya yang sudah terlebih dahulu masuk ke gang. Nino berusaha mengejar, tapi karena jalanan gang yang kecil, Nino kesulitan melajukan motornya. Al hasil, Alya menghilang di celah-celah rumah-rumah warga.

'' Hahaha!'' Nino tertawa terbahak saat melihat sepeda Alya tersungkur keselokan, sedang Alya sedang terduduk di sampingnya sambil meringis kesakitan saat kakinya terluka.

'' Lo kurang ajar banget sih! bukannya bantuin malah ngetawain,'' gerutu Alya, wajahnya terlihat kesal.

'' Lo mau gue bantuin?''

'' Terserah!!'' jawab Alya ketus, sambil berusaha berdiri tapi kemudian ia meringis kembali saat kakinya terasa sakit.

'' Lo jangan so kuat.''

'' Lo mau ngapain?''

Alya membelalakan matanya terkejut saat Nino berusaha menggandeng tangannya.

'' Loh, ko mau ngapain? ya mau bantuin lo lah,'' jawab Nino,'' Udah lo sekarang diam, lo naik ke motor gue, gue anterin lo pulang.''

Alya terdiam sejenak, ia memikirkan ajakan dari Nino, ada rasa gengsi yang muncul di benaknya.

'' Mau enggak?''

Alya masih terdiam, Alya mencoba memijakan kakinya yang terluka dan sedikit terkilir. Alya meringis, benar adanya, ia masih kesulitan untuk berjalan apalagi naik sepeda.

'' Iya gue mau. Tapi lo jangan kegeeran, gue terpaksa.''

Tereserah apapun alasan lo, yang penting lo mau gue anterin lo pulang, batin Nino.

'' Kenapa lo diam?'' tanya Alya saat Nino terdiam .'' Lo jangan mikir ngeres yah?''

'' Enggak! kenapa si lo suudzan mulu sama gue?''

'' Ya ... muka lo, muka mesum.''

'' Heuh? Ya Tuhan. Tega banget lo ngomong kaya gitu.'' Nino menatap tajam Alya.'' Lo mau gue anterin nggak?''

'' Iya gue mau,'' jawab Alya pelan.'' Maaf.''

'' Gitu dong. Masa wajah tampan kaya gini di bilang muka mesum,'' kata Nino menggerutu, sambil membantu Alya naik ke motor. Sedang Alya yang mendengar Nino menggerutu, tersenyum tipis.

'' Sepeda gue gimana?'' tanya Alya, saat ia bingung bagaimana membawa sepedanya.

Nino berpikir sejenak, ia sedang memikirkan bagaimana caranya mengantarkan Alya pulang, tanpa harus meninggalkan sepedanya.

'' Mas,'' panggil Nino saat ada seseorang lewat di hadapannya.

'' Ada apa Mas manggil saya?''

'' Mas mau uang enggak?''

'' Ya ... mau, masa mau di kasih uang nggak mau.'' jawab pria itu sambil cengengesan.

'' Kalau Mas mau uang, Mas bawa sepeda ini, nanti Mas ikuti saya dari belakang.'' pinta Nino yang kemudian di ikuti oleh pria itu.

Alya masih sungkan saat di bonceng oleh Nino. Alya masih menjaga jarak saat di bonceng oleh Nino.

'' Stop!'' teriak Alya,'' Ini rumah gue.''

Nino reflek berhenti di sebuah rumah yang cukup sederhana, tapi terlihat modern dan nyaman.

'' Ini rumah lo?'' tanya Nino, Alya mengangguk kemudian turun dari motor sambil meringis. '' Gue bantuin.''

Dengan sigap Nino turun dari motornya, kemudian memampah Alya sampai keteras rumah. Nino sekali lagi memperhatikan kesetiap sudut halaman rumah Alya, terlihat nyaman dengan tanaman yang hampir menghiasi setiap sudut rumahnya.

'' Mas, ini sepedanya,'' kata pria tadi yang mengalihkan perhatian Nino dan Alya.

'' Mas, taruh di situ aja nggak apa-apa. Oyah mas, ini uangnya,'' ucap Nino sambil mengeluarkan satu lembar uang lima puluh ribu, sedang pria tadi wajahnya terlihat berseri saat menatap uang itu.

'' Terima kasih ya Mas. Kalau begitu saya permisi,'' kata pria itu kemudian pergi.

'' Alya kamu kenapa?'' tanya Bu Sania saat melihat Alya meringis kesakitan.

'' Alya jatuh dari sepeda Bunda.''

'' Ko bisa. Kamu pasti nggak hati-hati, sebentar Bunda mau ambil obatnya,'' ujar Bu Sania sambil berdiri, bersiap meninggalkan Alya yang masih meringis.

Sedang Nino masih tetap berdiri mematung di dekat sepeda Alya. Nino memperhatikan percakapan antara Alya dan Ibunya.

'' Loh, kamu temannya Alya?''

'' Iya Tante,'' jawab Nino kemudian menghampiri.'' Saya Nino Tante, saya yang mengantarkan Alya pulang.''

'' Oh gitu ... terima kasih yah kamu mau mengantarkan Alya pulang.'' kata Bu Sania,'' kamu duduk di sini, Tante mau mengambil obat sama minuman buat kalian.''

Nino tersenyum, sedang Bu Sania berjalan ke dalam rumah. Nino duduk kursi di samping Alya, Nino tersenyum bersamaan dengan ide jahil yang muncul di kepalanya.

'' Nyokap lo baik juga yah. Nggak Kaya ....''

Alya melupakan sejenak rasa sakitnya saat Nino berkata seperti itu. Wajah yang tadinya meringis, sekarang berubah lebih tegang.

'' Maksud lo apa? Nggak kaya gue maksudnya. Emang gue kenapa?'' tanya Alya menghunus tepat di netra mata Nino.

'' Ya nggak ... lo sensi banget jadi orang.''

Alya kembali menghela napas, entah kenapa saat ini ia mudah sekali terpancing emosinya oleh Nino.

'' Maaf yah, Tante buat minumnya lama,'' tutur Bu Sania, kemudian menaruh dua gelas minuman di atas meja. Bu Sania berjongkok di depan Alya kemudian secara perlahan mengobati lukanya.

'' Nggak apa-apa Tante santai aja,'' sahut Nino sambil menatap Alya, sedang kedua alisnya ia taikan secara bersamaan.

'' Padahal Nino sudah nasihatin Alya Tante. Nino bilang, kalau naik sepeda jangan cepat-cepat, tapi Alyanya malah nggak mau dengar.''

''Heuh?''

Alya reflek mantap Nino tajam saat Nino berkata seperti itu.

'' Apa yang di katakan Nino benar Alya?'' tanya Bu Sania ke Alya.

'' Enggak Bunda, kapan dia ngomong kaya gitu, jus-''

'' Tadi Alya marah sama Nino Tante,'' ucap Nino yang memotong perkataan Alya.

'' Marah kenapa?''

'' Alya minta di antar jemput sama Nino. Nino sih sebenarnya nggak masalah, tapi Nino nggak enak kalau belum dapat ijin dari Tante. Eh, pas Nino bilang gitu Alyanya ngambek.''

'' Heuh?''

Wajah Alya mengernyit, Alya tidak mengerti maksud Nino berkata seperti itu.

'' Ya sebenarnya sih nggak apa-apa. Asalkan jangan sampai membolos,'' ujar Bu Sania kepada Nino, sedang Nino yang mendengarnya tersenyum penuh kemenangan.

''Nggak ko Tante Nino nggak pernah bolos. Nino beberapa kali dapat penghargaan sebagai siswa teladan.''

Heuh? siswa teladan dari hongkong. Benar-benar ni anak, muka tembok, bisa-bisanya dia mencari perhatian Bunda. Kalau bisa gue ikat, gue ikat sekalian terus gue lempar kekandang singa ,biar mulutnya yang manis itu di cakar, di cabik-cabik sama tu singa, batin Alya.

'' Alya?'' panggil Bu Sania saat Alya terdiam beberapa saat.

'' Iya Bunda ada apa?''

'' Kamu ko malah melamun. Nino mau pulang tuh.''

Alya menatap Nino yang sudah berdiri di hadapanya, wajah Nino terlihat berseri, seolah meledek Alya kalau ia sudah berhasil mengambil hati sang Bunda.

'' Oh ... ya sudah tinggal pulang saja,'' sahut Alya malas.

'' Loh ko cuman Oh?''

'' Terus Alya harus gimana Bunda?''

Bu Laras tersenyum, sambil sesekali menghela napas.

'' Ya kamu ucapkan terima kasih dong. Kan Nino sudah mengantar kamu pulang.''

'' Nggak apa-apa Tante. Mungkin Alyanya masih kesal sama Nino.''

Bisa aja manusia rese, batin Alya.

'' Terima kasih,'' ucap Alya sambil menunjukan senyum semanis mungkin.

'' Sama-sama, lo nggak usah sungkan.''

'' cepet pulang ke,'' gumam Alya.

'' Heuh? kamu bilang apa?'' tanya Bu Sania.

'' Enggak Bund, nggak bilang apa-apa.''

Alya memberi isyarat Nino dengan matanya kalau Nino harus segera pergi, tapi Nino malah membalasnya dengan gelengan kepala.

'' Kalau begitu Nino pamit ya Tante,'' ucap Nino dengan senyum miring penuh kemenangan sambil menatap Alya.

'' Iyah, terima kasih yah Nino.''

Nino berjalan pelan meninggalkan Alya dan Bu Sania setelah berpamitan. Sedang Alya masuk kerumahnya bersama Bu Sania.

'' Kenapa tu anak beda banget yah sama di dunia nyata sama di dunia maya. Di dunia maya kayanya hidupnya sedih banget gitu, tapi kalau di dunia nyata malah nyebelin banget.'' gumam Alya saat di kamar.

Tring.

Alya membelalakan matanya terkejut, saat Nino mengirim sebuah Video yang akan membuatnya mati kutu.

'' Ninooo!!!''

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Love Nino   Hari Yang Baru

    '' Tolong keluarin gue,'' teriak Alya, matanya mulai berkaca-kaca.'' Buka pintunya ... gue takuut'' rengek Alya sambil memukul-mukulkan tangannya ke pintu. Di luar sana, rupanya perbuatan Lola dan kedua temannya di ketahui oleh anak ospek yang lainnya. '' Eh, tadi ada anak perempuan yang di kurung di gudang sama kaka senior,'' bisik anak itu, dan kedengeran oleh Tristan yang sedang berdiri tidak jauh dari mereka. Tristan langsung bergegas menuju tempat yang di sebutkan oleh anak tadi. Secara bersamaan Nino yang juga kuliah di kampus ini, tidak sengaja mendengar teriakan Alya, saat Nino lewat di dekat gudang itu. '' Alya,'' bisik Nino, Nino paham dengan suara kekasihnya itu. Nino langsung berlari dan mencari sumber suara itu. Setelah menemukannya Nino mencoba membuka pintu itu, tapi tidak bisa karena pintunya di kunci. '' Tolong buka ... !! tolongin ...,'' teriak Alya dari dalam. Nino berusaha mencari kuncinya, sampai akhirn

  • Love Nino   Ospek

    Setelah ijazah di dapat, Alya dan ketiga sahabatnya sepakat untuk kuliah di tempat yang sama, walau mengembil jurusan yang berbeda. Hari ini Alya sudah mulai melaksanakan Ospek di Kampus Bina Sarana.Di kamarnya, Alya memandangi penampilannya yang tampak aneh. Alya memakai kemeja putih dan Rok hitam selutut, tidak lupa pula rambutnya di kepang dua dengan pita berwarna biru'' Malas banget gue pake beginian. Memang apa manfaatnya si ada acara beginian, aneh banget dunia pendidikan di Indonesia ini.'' gerutu Alya sambil memandangi penampilannya.'' Haaah ...'' Alya menghela nafasnya, kemudian mengambil tas dan keluar kamar.'' Bunda Alya berangkat yah ....''Bu Mia yang sedang membereskan meja makan, terlihat menahan tawa saat Alya keluar dengan penampilan seperti itu.'' Bunda jangan ngetawain Alya'' omel Alya ke Bundanya.'' Maaf sayang ...,'' Bu Mia mendekati Alya, kemudian ia genggam wajah anaknya itu dengan kedua tangannya,'' Kamu te

  • Love Nino   Kembalinya Nino Ke Jakarta

    Lidya berfikir sejenak, memikirkan apa yang di inginkan oleh Nino.'' Nino kalo kamu tinggal di Jakarta kamu mau tinggal sama siapa?'' tanya Lidya ke Nino.'' Nino bisa ngekos Tante, sekalian Nino juga mau belajar mandiri,'' jawab Nino serius.Lidya menarik nafas dalam, Lidya berkata.'' Ya sudah nanti Tante pikirkan terlebih dahulu ya Nino,'' Lidya menaruh majalah di tangannya di atas meja. Lidya berdiri.'' Kalo gitu Tante ke kamar dulu yah, tante mau istirahat.''Nino mengangguk,'' Iya Tante,'' jawab Nino singkat.Lidya berjalan meninggalakan Nino, dan masuk ke kamaranya. Di dalam kamar, Liday duduk di atas tempat tidurnya Lidya memikirkan apa yang menjadi keinginan Nino.Walau Nino bukan anak kandungnya, tapi Lidya sudah menganggap Nino seperti anak kandungnya sendiri. Lidya menganggap Nino adalah amanah dari Almarhum suaminya yang harus ia jaga.Lidya berdiri, wanita itu mengambil pas Foto Papanya Nino yang di taruh di atas meja rias

  • Love Nino   Hari-hari Terakhir Sekolah

    Alya dan kedua temannya berjalan keluar dari bandara. Alya masih berat meninggalkan tempat itu, bayang-bayang kepergian Nino masih melintas di kepalanya.'' Sudah Al lo jangan sedih. Lo pasti bisa bertemu lagi sama Nino,'' kata Syiffa sambil merangkul Alya, yang terlihat beberapa kali menengok ke dalam bandara.'' Iya Fa gue tau, suatu saat Nanti gue bakal merindukan gombalan Nino, ketengilan Nino. Gue pasti merindukan momen-momen itu Fa.''Ketiga sahabatnya kembali merangkul dan mengusap pundak Alya pelan. Alya kembali terlihat bersedih, saat mengingat moment bersama Nino.'' Al ... lo tau enggak? sebelum Nino kenal sama lo, Nino itu bandeeel banget, susah di atur, tengil, tukang bolos, tauran, tapi semenjak Nino kenal sama lo, Nino berubah drastis. Itu sebabnya gue yakin, Nino enggak bakalan ninggalin lo, karena lo orang yang bejasa merubah hidup dia jadi lebih baik Al,'' tutur syiffa menasihati.Amel yang ada di samping Alya menyeka air mata Aly

  • Love Nino   Perpisahan Alya dan Nino

    Alya kembali akur dengan Rara, mereka kembali utuh sebagai sahabat . Setelah mereka pulang sekolah, Alya, Syiffa, Rara dan Amel berkumpul di rumah Rara.Mereka berkumpul di taman belakang rumah Rara.'' Eh kalo nanti kita kuliah kita kuliahnya di tempat yang sama yah,'' kata Amel mengawali pembicaraan.'' Ya boleh tapikan kita ngambil jurusannya beda,'' sahut Rara,'' lo mau ngambil jurusan apa Al?'' tanya Syiffa ke Alya.'' Gue mau ngambil ekonomi,'' sahut Alya.'' Gue juga,'' celetuk Amel menimpali ucapan Syiffa.'' Kalo gue hukum,'' sahut Rara.'' Kalo gue si dari dulu mau ngambil sikologi'' kata Syiffa.'' Makanya kita nyari kampusnya yang ada ketiga jurusan itu, supaya kita bersama terus. Paling tidak kalo kita mau janjian kita masih satu kampus.'' pinta Syiffa.Alya berbaring di kursi panjang sendirian, matanya memandang langit yang terlihat cerah siang itu.'' Cepet banget ya waktu, enggak kerasa kita udah mau lulus aja,'

  • Love Nino   Cinta Tulus Nino

    Alya pulang kerumahnya bersama Syiffa, Amel dan Rara. Di kamar Alya mereka berkumpul untuk melepas rindu.'' Syukurdeh Al, lo enggak apa-apa. Kita khawatir tau lo kenapa-napa!'' ucap Syiffa sambil tersenyum.'' Iyah kita panik banget tau, pas lo ngilang kemarin siang," celetuk Amel yang menimpali ucapan Syiffa.'' Gue minta maaf yah, gara-gara gue kalian jadi ikut susah,'' sahut Alya kepada teman-temannya.'' Seharusnya gue yang minta maaf. Gara-gara gue kita semua jadi enggak waspada, makanya Haikal punya ruang buat nyulik lo.''Alya tersenyum, kemudian Alya mengusap tangan Rara yang duduk di hadapannya, '' Kalian sahabat terbaik gue, kita mungkin pernah saling jengkel. Tapi seorang sahabat yang baik, dia akan kembali memeluk sahabatnya, saat sahabatnya meminta maaf dan dalam keadaan susah.''Ucapan dari Alya membuat Rara, Syiffa dan Amel ikut terharu, mereka kemudian saling berpelukan.'' Kaya gue nih, walau gue sering teraniyaya sa

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status