Bagaimana ini? apa yang harus Lucas lakukan. datang bersama Bella tapi ia di haruskan pulang bersama Lisa. Lantas apa yang akan Bella pikirkan? Bella pasti akan sangat kecewa padanya. sedari awal, Bella terus melipat wajahnya ketika Lisa mengajak pria itu untuk pulang bersama."Bella, apa kau ingin pulang bersamaku? maksudku... aku dan Lisa bisa mengantarmu," Lucas mencoba mencari cara, agar Bella masih tetap bisa bersamanya."Tidak, aku bisa pulang sendiri!" cetus Bella dingin. gadis itu berlalu begitu saja tanpa menatap Lucas lebih lama lagi. atau bahkan, Bella menjawabnya begitu saja tanpa memandang wajah Lucas walau hanya sekilas saja.Haruskah Lucas mencegahnya? Lisa bahkan terus memperhatikan mereka dengan sorot curiga. pandangan Lucas sama sekali tak lepas dari Bella. ketika Bella menghentikan taksi dan memasukinya sekalipun, Bella sama sekali tak menolah ke belakang. Bahkan kekesalan Bel
Benar yang Rendi katakan pada Felix. Entah sesibuk apa hari yang ia jalani, sampai harus mengabaikan pekerjaannya sendiri.Di dalam butik, Bella memandang tumpukan sketsa yang berserakan di atas meja kerjanya. Gadis itu mulai merasakan sesuatu, Sesal, Amarah dan kekhawatiran seolah menjadi satu. Tak sadar air mata Bella pun menetes. dengan nafas yang sesak Bella terisak menjatuhkan tubuh lemahnya di atas kursi."Sebenarnya aku ini kenapa? kenapa aku merasa sangat sedih? Apa sebenarnya yang sedang aku khawatirkan? kenapa aku menangis?" rintih Bella menyedihkan.Bagaimana seseorang bisa mengerti dirinya sendiri, saat orang tersebut sama sekali tidak mengetahui apa yang dia inginkan. Bella tiba-tiba merasa sangat lelah, suasana hatinya berubah menjadi berantakan."Astaga," Rendi terperangah, pria yang selalu meletakan pengukur badan di atas bahunya pun melangkah mendeka
Butik sudah sepi, Bella melirik kearah arloji yang melingkar di pergelangan tangannya. Sudah pukul satu pagi, tepat di waktu tersebut Bella bisa menyelesaikan sketsa yang akan ia gunakan besok untuk membuat gaun rancangan.Dua gelas kopi sudah Bella habiskan. hal itu membuat sampai detik ini gadis itu sama sekali tak mengantuk. yang Bella rasakan hanya pegal dengan kepala sedikit berdenyut."Haruskah aku membangunkannya?" Bella mengembangkan senyumnya, ia mendekati Lucas yang sedari tadi sudah terlelap di atas sofa. padahal, sebelumnya Bella audah menyuruh Lucas untuk pulang. Namun, pria itu menolak dengan alasan ingin menunggu Bella dan mengantarnya pulang sampai Bella menyelesaikan pekerjaan. "Tampan," gumam Bella dengan sorot menilai, tatapan gadis itu begitu intens. Bella tak menyangka jika pria yang sedang tertidur di hadapannya sekarang sangatlah menggoda."Gadis nakal!" Lucas langsung men
"Aku tidak perduli, Mama harus segera menekan Lucas dan keluarganya agar mereka mempercepat pernikahan!" Lisa melempar gelas kosong yang tergeletak di atas meja kearah tembok. ucapan Lucas berhasil membuat api kemarahan Lisa bekerja, saat pria itu mengatakan jika wanita simpanan Felix yang tak lain adalah dirinya hanya akan mendapat kesengsaraan."Astaga Lisa, apa kau bodoh? kemarin kau memaksaku untuk menekan mereka agar pertunangan kalian di laksanakan. setelah itu kau ingin aku menekan mereka lagi untuk mempercepat pernikahan!" Anne mengerjap, ia memijat perlahan pelipisnya setiap kali mendengar Lisa terus-terusan meminta sesuatu kepadanya.Anne adalah wanita berusia lanjut yang berpenampilan modis. sebagai pemilik bar yang cukup terkenal, Anne memang di haruskan untuk tetap menjaga penampilan."Biarkan aku menikmati hidupku, pulanglah. jangan ganggu aku!" titah Anne pada Lisa.&nb
"Mmm..." Bella membuka matanya perlahan. suara alarm yang nyaring sukses membuatnya tersadar.Pelukan Lucas yang hangat masih terasa kurang. Bella merasa tubuhnya sangat kedinginan."Apa kita akan pulang sekarang?" tanya Lucas ikut tersadar."Kau saja, aku merasa sangat kedinginan. cepatlah cuci wajahmu, Jangan sampai para pekerja tahu jika kau menginap di sini semalaman.""Bella kau..." Lucas meletakan punggung telapak tangannya di dahi sang empu, "Kau demam, suhu tubuhmu tinggi sekali.""Tinggi apa? aku sangat kedinginan." lirih Bella mengeratkan selimut yang terpasang."Tidak, ini tidak benar. kita ke rumah sakit sekarang. Ayo bangun." titah Lucas penuh kekhawatiran."Berhentilah mencemaskan ku Lucas, aku baik-baik saja. cepat pergi sebelum para pegawai datang!" 
Kedua orang tua terus menatap Bella dengan sorot tak biasa. begitu Bella datang, sebuah sambutan berupa cecaran pun Bella dapatkan."Kami memang bangga padamu, karena kerja kerasmu." Nick menghela nafas panjang, melipat tangannya dengan tatapan mematikan. "Jangan besar kepala, Mama dan Papa membebaskan mu, bukan berarti kau bisa seenaknya, Bella.""Hah?" Bella tersenyum kikuk, "A... apa maksud Papa? aku tidak mengerti. seenaknya apa?" sahut Bella sedikit takut."Dimana kau setiap malam? kenapa setiap Mama mengirimkan pesan kau hanya membacanya saja, lalu setelah itu kau langsung menonaktifkan ponselmu?""Ohhh itu..." Bella melebarkan senyumnya, bola matanya bergerak ke kiri dan ke kanan seolah sedang mencari jawaban. "Itu... aku... aku sengaja mematikan ponselku, karena aku lelah dan tidur setelah mengerjakan sketsa."Rina melirik penampi
"Lucas, Ayo dimakan." titah Rina kembali menyerukan.Lucas melirik kearah Rina dan Nick secara bergantian. Ia menjadi semakin gugup, bertujuan hanya untuk mengantar ponsel tetapi malah berakhir di sebuah meja makan."A... apa ini tidak merepotkan?" tanya Lucas kaku."Merepotkan apa? kita semua lebih suka jika ada seseorang yang membantu kami menghabiskan makanan. Bella tak pernah mau setiap kali kamu mengajaknya makan bersama, justru sekarang kami bingung kenapa Bella menjadi sangat rakus. padahal ia sangat menjaga penampilan." seloroh Rina menahan tawa."Astaga, apa di dunia ini hanya Mama-lah satu-satunya ibu yang merasa aneh begitu melihat putrinya mengunyah?"Nick berdecih, ia mencoba menenangkan Bella dengan cara merangkul bahu kemudian mengelus rambut panjangnya. "Papa juga merasa begitu sayang, karena kau memang selalu mengabaikan
"Sedang apa kalian?" tanya Nick melangkah menghampiri.Glek... Lucas menelan salivanya dengan bersusah payah, tenggorokannya terasa tercekat. "Aku... kami, sebenarnya aku...""Ini..." Bella menunjukan sebungkus obat yang Lucas berikan, "Dia memberiku ini, bukankah dia sangat perhatian?" imbuh Bella mengalihkan pembicaraan.Nick terperangah, ia langsung meraih wajah Bella dan dahinya. "Kau sakit?"Bella menggelengkan kepalanya, melirik Lucas singkat. "Aku hanya kelelahan, reaksi Lucas sangat berlebihan. padahal Papa juga tahu bukan, jika ini sering terjadi padaku.""Ehem..." Lucas berdehem, ia menatap Bella kemudian mengalihkan pandangannya kearah Nick, "Sepertinya aku harus pulang sekarang.""Pulang?" Nick mengerutkan dahinya. "Kenapa buru-buru sekali?" imbuhnya bertanya, memperdalam tatapan.