Ada koneksi kuat, cinta dan kasih sayang saat berpelukan sembari menyandarkan kepala di meja seperti itu. Dengan Yura menindih tubuh Harry. Mungkin tidak ada obrolan berarti tetapi pelukan seperti ini cukup menggambarkan keinginan untuk bisa bersama. Ada rasa menghargai yang mendalam dan memuja satu sama lain. Mata itu terus menilisik ke tubuh wanita yang ia cintai mencari apakah ada luka yang tergoreskan di kulit putih itu.
"Yura kamu tidak apa-apa?" tanya Harry khawatir dengan memegang pipi Yura."Aku tidak apa-apa Harry," jawab Yura tersenyum sambil memegang tangan Harry yang ada di pipinya itu.
Sedangkan Yutu yang masih ada disana terseyum-senyum tak jelas melihat kemesraan sahabatnya itu. "Ekheemm, apa kalian akan mengumbar kemesraan di kantor?" goda Yutu menahan tawanya membuat mereka berdua salah tingkah.
Yura kembali ke ruangannya setelah berbaikan dengan sahabatnya itu di ruangan Harry. Kalau bukan karena Harry, mereka berdua pasti masih sali
Saat ini, Yura sedang berada di kantin sendirian sambil meminum juice orange disambi dengan pizza hot. Yura terlihat begitu tak bersemangat karena suaminya itu tidak ada waktu luang untuknya hari ini, karena ia harus meeting bersama kliennya yang tak lain adalah Yutu. Sehingga dia harus makan siang sendiri. Begitu juga dengan Naemi sahabatnya, akhir-akhir ini dia juga tidak ada waktu untuknya."Hei Yura-sshi. Apa kau tahu direktur Harry sudah punya kekasih apa belum, hmm? Aisshh, aku begitu penasaran siapa wanita yang beruntung mendapatkannya. Oh iya satu lagi, aku dengar-dengar kau sering ke ruangan direktur ya? Dasar cewek penggoda. Bisa-bisanya kamu mencari perhatian sama direktur. Awas saja kalau kau berani-beraninya dekatin dia," ucap Luna ketus. Dia tiba-tiba berada di samping Yura. Sedangkan Yura yang mendengar Luna mengatainya dengan sebutan cewek penggoda, merasa tidak terima karena telah menjatuhkan harga dirinya. Yura langsung menjambak rambut wanita itu hingga dia
Harry sedang berada di meja kerjanya. Dia menandatangani beberapa dokumen yang menumpuk di mejanya sambil menunggu Yura selesai ganti pakaian. Saat Harry masih fokus mengoreksi beberapa laporan, tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu.'Tok Tok'"Masukk!" perintah Harry.Wanita itu membuka pintu ruangan Harry dengan begitu percaya diri. Dia adalah Luna yang ingin mengambil hati direkturnya. Berpakaian yang terlalu mencolok membuat dirinya seperti hendak pergi ke sebuah perjamuan bukan bekerja. Pada hakikatnya, pakaian itu bagaikan kulit kedua. Sehingga gaya berbusana mampu mencerminkan kepribadian penggunanya."Selamat siang direktur, apa saya mengganggu anda?" sapa Luna memasuki ruangan Harry.Harry langsung memalingkan wajahnya dari tumpukkan dokumen ke arah Luna. "Ohh, Luna. Ada keperluan apa kau kemari?" tanya Harry terdengar sopan meskipun sebenarnya dia merasa sedikit risih dengan kemunculan Luna yang hampir setiap hari ke ruangan
"Pengumuman semuanya! Besok sekitar pukul 09.00 pagi, kalian semuanya harus sudah tiba di bandara tidak ada alasan apapun. Jika ada yang terlambat, maka akan ditinggal. Kalian mengerti?" ucap manager Jo dengan tampang serius. Semua pegawai yang ada di sana hanya menatapnya bingung tidak mengerti dengan apa yang diucapkan oleh managernya barusan. Hening tidak ada suara sama sekali. mereka hanya saling memandang satu sama lain. "Aiisshh, dasar menyebalkan sekali," menepuk jidatnya. "Kenapa kalian tidak ada inisiatif untuk menanyakan kemana kita akan pergi?" kesal manager Jo melihat anak buahnya hanya diam mematung. "Emang kita semua mau kemana?" tanya Jian dengan polosnya membuat orang di sekitarnya menahan tawa. "Telat kamu anak manja," menatap sinis Jian. "Oke. Aku akan perjelas lagi. Jadi, kita semua besok berangkat ke Jeju atas perintah direktur. Disana kita akan mengurus persiapan pembukaan cabang baru. Direktur Harry juga memberikan waktu liburan
Sebagian pegawai yang ikut serta dalam rangka pembukaan cabang baru perusahaan, sudah pada berkumpul di Bandara Gimpo Seoul. Kurang 20 menit lagi pesawat mereka take off. Tidak lama kemudian, Yura dan Myungso tiba dan bergabung dengan yang lainnya. Mereka semua akan menaiki pesawat Rank Air yaitu pesawat pribadi milik perusahaan Rank Group. Harry sudah menyiapkan semuanya dari jauh-jauh hari demi kenyamanan para pegawainya.Selama beberapa jam mereka menempuh perjalanan, akhirnya sampailah di Jeju island. Beberapa mobil sudah berjejeran di depan bandar udara Jeju untuk menjemput kedatangan mereka semua.Rombongan pegawai Rank Group menempuh perjalanan selama kurang lebih satu jam. Kini mobil mereka sudah berada di sebuah hotel berbintang dimana mereka akan tinggal selama ada di Jeju."Selamat datang semuanya. Gimana perjalanan kalian, apa menyenangkan?" sapa Yutu yang di jawab ramah oleh yang lainnya."Baiklah sekarang kalian boleh istirahat, saya sudah p
Cinta itu kebebasan, bukan untuk saling mengekang. Cinta itu kepercayaan, bukan cemburu tanpa alasan. Harry tidak ingin cemburu. Tapi, dia merasa tidak suka jika orang lain membuat istrinya tertawa lepas tanpa kehadirannya.Saat Harry membalikkan badannya, Yura melihat keberadaan suaminya disana dan itu mampu membuat Yura menegang seketika takut akan ada kesalah pahaman. Akhirnya Yura bepamitan ke Myungso untuk kembali ke kamarnya. Saat sudah ada di lantai 7 tempat semua kamar rekan dari perusahaannya berada, Yura langsung mencari no kamar 194 yaitu kamar Harry.Sekarang dia sudah ada di depan kamar Harry, dia langsung menekan nomer sandinya yaitu tanggal pernikahan mereka berdua. Sedangkan no sandi kamar Yura menggunakan tanggal dimana mereka pertama kali bertemu di rumah Yura waktu itu. Myungso yang juga ingin ke kamarnya, matanya tak sengaja melihat sosok Yura masuk ke kamar Harry. Pikiran Myungso langsung kalut, berbagai kesimpulan menyerang otaknya. Tapi, Myungso
Semua orang yang ada disana begitu terkejut melihat apa yang sedang terjadi di hadapan mereka. Mereka tak habis pikir, Yura berani memeluk bosnya sendiri. Begitu juga dengan Myungso, dia tidak menyangka kalau wanita yang dicintainya itu memiliki hubungan dekat dengan sepupunya.Yutu yang melihat keterkejutan semua orang mencoba untuk mengalihkan mereka."Yaakk, Yura. Kenapa kau malah memeluk Harry. Tidak sepantasnya kau berbuat begitu pada direkturmu sendiri." Alih Yutu agar semua orang disana tidak merasa curiga. Harry yang tahu dengan akal-akalan Yutu segera melepaskan pelukannya pada tubuh Yura. Namun, Yura tetap memeluk erat tubuh suaminya itu membuat Harry bingung."Aku takuuttt ... tolong temani aku ...," ucap Yura serak di dalam pelukan Harry."Aku pasti menjagamu princess. Aku tidak akan membiarkan seorangpun menyakitimu." Bisik Harry pada Yura."Yutu, tolong urus semua dan hubungi Dongsun juga untuk menangani kasus ini! Yura biar ber
Malam semakin pekat. Menjelang dini hari, rembulan tiba-tiba muncul di angkasa, menyeruak dari balik awan-awan hitam yang telah menyelimuti langit sejak sore hari. Rembulan itu kuning benar meski bukan saat purnama. Di sekelilingnya berbinar cahaya putih yang mengikuti ke mana pun dia pergi. Bulan itu seperti tersenyum, menawarkan sebuah keindahan malam setelah beberapa malam ini selalu tersembunyi.Semua pegawai yang direkomendasikan untuk pergi ke Jeju, malam ini mereka semua mengadakan makan malam bersama di taman belakang hotel. Semua orang sudah berkumpul. Akan tetapi, Harry dan Yura belum menongolkan batang hidung mereka dan itu membuat semua orang tambah yakin jika ada hubungan spesial diantara mereka berdua.Selang beberapa menit, akhirnya sosok yang ditunggu-tunggu muncul juga. Namun, yang terlihat hanyalah Harry seorang. Tidak ada tanda-tanda sosok Yura disana."Maaf semuanya sudah menunggu kami terlalu lama. Oh iya soal Yura, dia tidak bisa ikut acara
Harry menatap kepergian Myungso dengan penuh rasa iba. Dia sebenarnya merasa bersalah dengan membentak Myungso seperti itu. Namun, Dia kesal dengan sikap Myungso yang terlihat memaksa Han Yura seperti yang ia lihat tadi."Harry, apa kamu tidak keterlaluan bilang seperti itu pada Myungso?" ucap Yura yang merasa iba pada Myungso."Owwghh ... kamu sekarang merasa simpati padanya? Atau jangan-jangan kau mulai menaruh hati padanya, hmmm?" Harry mulai tersulut emosi.Yura yang mendengar perkataan Harry merasa harga dirinya begitu rendah, karena secara tidak langsung Harry menuduhnya selingkuh. "Apa yang kau katakan Harry? Kau sekarang menuduhku selingkuh dibelakangmu, begitu? Apa kau tidak berpikir? Seharusnya aku yang marah karena ulah masa lalumu itu yang selalu membuat rumah tangga kita tidak tenang." Yura tidak kalah emosinya dengan Harry."Aku tidak pernah bilang kalau kau selingkuh. Aku hanya menanyakan, apa kau memiliki rasa pada sepupuku? Apa aku