Share

Chapter 2

Langit biru dengan awan putih membumbung tinggi menghiasi cakrawala siang ini. Di sana ada seorang pemuda tampan yang baru menginjakkan kakinya di Bandara Incheon Korea Selatan. Dia sangat merindukan negara tempat di mana ia dilahirkan. Seulas senyum terpancar dari wajahnya. Rasanya sudah lama dia tidak berkunjung ke negara tercintanya ini. Masih 2 tahun saja sudah banyak yang berubah.

"Selamat datang Korea. Semoga hari-hariku cerah dari sekarang," ucap Harry Borison dengan senyuman yang begitu menawan khas pria dingin dan angkuh namun terlihat wibawa.

Harry Borison adalah pria blasteran Korea Inggris, sehingga dia mempunya wajah setengah bule setengahnya khas wajah orang asia membuat wajahnya dikagumi oleh banyak orang. Dia putra semata wayang dari tuan Park Jerry dan nyonya Fiona Angeline. Setelah kepulangannya dari Amerika, Harry langsung diberi tanggung jawab oleh papanya untuk menggantikan posisinya sebagai direktur utama di Rank Group perusahaan milik keluarga mereka yang begitu berpengaruh di Asia.

***

Waktu sudah menunjukkan pukul 17.00 di mana para pegawai sudah boleh pulang ke tempat tinggal mereka masing-masing. "Yaakk Han Yura, kenapa kamu sore-sore gini malah mau beranjak tidur? Ini masih jam lima sore, Nak. Cepat bangun dan berdandanlah yang cantik! Ayo cepat banguunnn!!!" teriak nyonya Han Hyemi yang sedikit kesulitan membangunkan putrinya Han Yura.

"Eohh, mamaa. Aku capeekk ... banget, setelah seharian bekerja. Aku ingin istirahat aja. Lagian, aku sering tidur sore-sore begini tapi gak pernah ada yang melarang. Kenapa sekarang mama mempermasalahkannya? Dan apa tadi? Kenapa aku disuruh dandan yang cantik segala?" rengek Yura terhadap mamanya.

"Nggak bisa. Pokoknya kamu harus bangun sekarang juga! Nanti kita akan kedatangan tamu sahabat lama keluarga kita. Jadi, kamu harus berpenampilan secantik mungkin dan jangan sampai memalukan orang tuamu ini. Ayo sana cepat bersihkan tubuhmu itu!" ujar nyonya Han Hyemi sambil menarik tangan Yura agar bangun dan segera menyeretnya ke kamar mandi.

"Aduuhhh ... kenapa mama jadi menyebalkan gini, sih?" Sambil mengacak rambutnya kesal. Segala omelan dilontarkan Yura di dalam kamar mandi.

Beberapa menit telah berlalu, akhirnya Yura keluar juga dari kamar mandi setelah selesai membersihkan tubuhnya. Yura melangkahkan kakinya ke sebuah almari yang cukup besar dengan desain Eropa yang klasik tempat di mana ia menaruh semua pakaiannya. Dia mempertimbangkan pakaian mana yang akan ia kenakan sekarang, sehingga dia mencoba satu persatu semua pakaiannya dan pada akhirnya pilihannya jatuh pada pakaian berwarna peach. Setelah dirasanya semua sudah cukup, Yura berdiri di depan cermin besar yang memperlihatkan semua lekuk tubuh indahnya.

Yura terpesona dengan tampilannya sendiri. Dia memakai pakaian pilihannya tadi dengan balutan make up ditambah berbagai aksesori yang telah melekat pada tubuhnya seperti anting, kalung, dan rambut yang dibiarkan terurai. Sehingga membuat semakin mempercantik tampilannya malam ini. 

"Apakah ini benar diriku? Tumben sekali aku terlihat cantik seperti ini. Tapi tunggu dulu, kenapa aku jadi antusias seperti ini? Lagian, nggak jelas juga siapa tamunya. Terus kenapa aku harus repot-repot berias seribet ini? Haahhh ... sungguh membuang-buang waktu aja." Yura menanyakan kepada dirinya sendiri seolah tidak percaya akan apa yang dilihatnya sekarang di depan cermin. Rasanya antara senang dan juga malas karena waktu istirahatnya terganggu.

Keluarga Han menyiapkan semuanya dengan begitu antusias dan senyuman selalu terpancar di wajah mereka terutama kedua orang tua Yura. "Mamaa, papa. Memangnya mau ada acara apa, sih? Kenapa kita harus menyiapkan begitu banyak makanan? Pakaian mama papa juga terlihat formal begini," tanya Han Daniel (adik Yura) dengan raut muka yang kebingungan.

"Kamu sudah datang ternyata putra andalanku. Kita bentar lagi mau kedatangan tamu istimewa. Jadi, cepat sana ganti pakaianmu! Aku beri waktu lima menit untuk kamu ganti pakaian," ujar tuan Han Baek.

"Yaakk ... Papaa ... Kenapa waktu yang diberikan kepadaku cuma lima menit? Waktu segitu hanya cukup buat masukkan celana aja itu pun hanya separuh kaki ...," rengek Daniel kepada papanya yang dibalas dengan tatapan tajam dari Tuan Han. Akhirnya mau tak mau, Daniel menuruti apa kata papanya sebelum hal yang tidak dia inginkan terjadi.

Tuan Han Baek dan Nyonya Han Hyemi masih sibuk mempersiapkan semuanya sambil dibantu oleh para pelayan rumah mereka. Tak berkunjung lama bel rumah mereka berbunyi.

"Ahh, itu pasti mereka. Aku coba lihat dulu." Tuan Han dengan antusias pergi ke depan membukakan pintu rumah mereka yang cukup besar.

"Waahh, benar ternyata dugaanku. Ini benar-benar kalian yang datang. Aku merindukanmu teman. Rasanya sudah lama sekali kita nggak bertemu," ujar tuan Han sambil memeluk sahabat lamanya tuan Park Jerry.

"Aku juga sangat merindukanmu teman lamaku." Membalas pelukan tuan Han. "Apa aku dan keluargaku nggak boleh masuk ke dalam rumahmu?" tanya tuan Park Jerry dengan wajah yang berbinar.

"Aduuhh, maaf Jerry. Aku sampai lupa. Ayo silakan masuk! Kami sudah menyiapkan banyak makanan buat kalian," ujar tuan Han sambil mengajak keluarga Park Jerry masuk dan mengantarnya menuju ruang keluarga. Di sana beberapa makanan sudah tertata rapi di meja yang telah disiapkan oleh keluarga Han.

"Waahh, akhirnya kita bertemu lagi. Ayo silakan duduk!" ujar nyonya Han Hyemi yang dijawab anggukan oleh keluarga Park Jerry.

"Oh, baik, terima kasih," jawab Nyonya Fiona dengan senyum berbinar.

"Apakah ini putra kalian?" tanya tuan Han.

"Iya betul, dia putra semata wayangku. Tadi siang, dia baru datang dari Amerika. Kebetulan dia telah menyelesaikan study-nya di sana selama dua tahun. Rasanya sudah lama sekali dia pergi meninggalkanku. Lihat saja wajahnya sudah seperti bule," jawab tuan Park Jerry dengan senyum lebarnya mencoba menggoda Harry.

Sedangkan orang yang sedang dibicarakan hanya mengulas sebuah senyuman tanpa berkata apa pun. "Ternyata kamu bisa juga manja sama anakmu, ya? Jelas saja putramu ini kayak orang bule. Dia, 'kan, lebih mirip sama ibunya," goda tuan Han kepada sahabatnya itu. "Oh iya, siapa namamu, Nak?" tanya tuan Han Baek kepada Harry.

"Nama saya Harry Borison." Sambil memberikan hormat kepada tuan Han dan nyonya Han. "Senang bisa bertemu paman dan bibi." Harry menjawab dengan sopan serta memberikan senyum hangatnya yang semakin membuatnya tampan dengan berbalut kemeja putih dan celana hitam yang terlihat pas ditubuhnya. Tak lupa mata coklat mudanya yang sangat berkilau membuat ketampanannya semakin terlihat sempurna. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status