Hai sudah update lagi nih....
Andra dan kawan-kawannya terlihat bersenang-senang di salah satu bar paling terkenal di kota. Muda mudi itu nampakanya telah berbaur dalam hingar bingar gemerlap pesta dunia malam di kota metropolitan. Menari, minum, hingga bahkan saling bercumbu mesra semua aktifitas itu terekam jelas disana tanpa sekat. Tentu saja Andra sendiri yang malam ini menjadi rajanya disana. Lelaki yang mengenakan jaket hitam kulit itu tampak duduk di depan meja bar menikmati minuman racikan bartender yang sangat disukainya. "Bro!" Ogy menepuk pundak Andra dan ikut duduk disebelahnya. "Gy, lu mau minum apa? Pesen aja sesuka lu bebas!" Ogy pun langsung memesan segelas cocktail pada bartender. Sambil menunggu pesanan minumannya jadi, Ogy yang sejatinya masih penasaran dengan Andra yang terlihat begitu senang hari ini pun kembali bertanya. "Andra, lu sebenernya habis menang apa sih? 
Andra mengajak Ogy keluar bar, mereka memilih basement sebagai tempat untuk bicara. "So, sebenernya ada apa?" Tanpa basa-basi Ogy langsungto the pointmenanyakan apa yang ingin ia tanyakan. Andra tampak menarik napas lalu menghembuskannya. Lelaki itu memasukkan kedua tangannya kedalam saku celanannya dan berdiri bersandar pada sisi kap mobil. "Lu bener mau denger?" Tanya Andra memastikan. "Kayak bukan elu banget bertele-tele gitu Ndra!" Andra tersenyum miring. "Oke! Kalau gitu gue tanya sama lu. Lu masih ingetkan sama cewek SMA yang kita lihat di kafe beberapa hari lalu?" "Cewek, di kafe?" Ogy mengerutkan keningnya mencoba mengingat. "Oh... maksud lu cewek yang nyiram lu pake kopi tempo hari? Oke, oke gue inget. Emangnya ada apa sama dia, lu masih dendam sama tuh cewek?"
Rizal akhirnya tiba di depan gerbang sekolah Lara. Setelah yakin telah mengangkut semua buku-buku dan perlengkapan sekolahnya, Lara pun bergegas untuk turun dari mobil. "Ayah, Lara sekolah dulu ya." Lara mengulurkan tangan lalu salim dengan ayahnya. "Uhm, Nak!" "Iya?" Lara yang baru saja mau membuka pintu mobil jadi urung melakukannya. Rizal tiba-tiba saja membelai rambut putrinya itu lalu tersenyum padanya. "Ada apa Yah? Kok tiba-tiba?" Tanya Lara heran. "Nggak ada apa-apa, Ayah cuma mau berpesan aja sama kamu, kalau kamu lagi ada masalah atau apapun itu yang membuat hati serta pikiran kamu nggak tenang, jangan sungkan buat cerita sama Ayah ya!" Mata bening itu langsung tampak berkaca-kaca karena terharu dan seketika Lara memeluk ayahnya. "Makasih ya Ayah, mak
Tiba di kediamannya, Andra yang baru saja kembali setelah dua hari tidak pulang ke rumah, langsung memarkirkan mobil porsche mewah miliknya itu di halaman rumahnya yang cukup luas. Keluarga Alvarez memang keluarga yang sangat terpandang, yang mana keluarganya adalah memilik dari Adante Group, sebuah perusahaan yang bergerak dibidang perhotelan, dan tempat hiburan. Andra yang dengan santainya memasuki pintu rumah, tiba-tiba langsung dikejutkan oleh suara keras seorang lelaki yakni Amran Alvarez, lelaki yang kini menduduki jabatan sebagai CEO di Adante Group sekaligus ayah kandung Andra. "Andra!" Andra pun berhenti dan menoleh singkat ke arahsang ayah yang kini tengah berjalan menghampirinya. Raut wajah laki-laki 22 tahun itu tampak datar, ia seolah tidak peduli dengan apa yang akan Amran lakukan padanya. Sang ayah sudah berdiri di sebelah Andra, dari tempatnya itu Amran dapat menghidu dengan
Jam sekolah telah usai, Lara yang bersiap pulang tiba-tiba langsung menanyakan pada Chika apakah dirinya bisa pulang bersamanya hari ini? Tentu saja dengan senang hati Chika mengiyakan sekaligus heran. "Tunggu, tumben banget lo mau bareng sama gue Ra, biasanya kan lo pulang bareng Gilang?" "Iya Ra, biasanya lo bucin banget maunya dianter pulang sama Gilang, sekarang kok tiba-tiba minta bareng pulang sama Chika?" Timpal Tara yang juga penasaran. "Soal itu..." Lara tampak bingung memikirkan bagaimana cara menjelaskan pada kedua sahabatnya itu. Selang beberapa saat datanglah Gilang dengan tergesa-gesa ke kelas Lara untuk mengajaknya pulang. Chika dan Tara yang ada disana seketika dibuat merasa kikuk melihat Lara dan Gilang yang sepertinya butuh bicara berdua saja. Akhirnya kedua sahabat Lara itu pun sepakat untuk memberikan waktu Lara dan Gilang untuk bicara berdua.
Malam harinya Andra kembali ke rumah dalam keadaan sedikit mabuk. Untungnya kali ini kedua orang tua Andra, sedang tidak berada dirumah karena tengah ke luar kota untuk peresmian proyek sehingga tidak akan memunculkan perdebatan. Andra yang sedikit agak sempoyongan menaiki anak tangga menuju ke kamarnya. Tanpa sengaja Tasya yang tengah membuat segelas susu di dapur lewat dan melihat sang kakak yang jalan gontai. "Kakak!" Seru Tasya kemudian menghampiri Andra. Andra pun menoleh ke arah dimana suara Tasya berasal. "Kakak mabok lagi ya?" Tasya meletakan segelas susunya dimeja lalu melangkah menghampiri Andra yang sudah naik beberapa anak lantai. "Kakak abis darimana sih!" Agaknya Tasya mengkhawatirkan sang kakak namun Andra justru malah memberikan senyum miring dan lanjut naik ke atas menuju kamarnya di lantai dua. "Kakak tadi nyetir sendiri?" Tanya Tasya memastikan. "Yoi!" Ujar Andra singkat.
Di kampus Andra yang harusnya mengikuti mata kuliah malah terlihat berbaring diatas rooftop kampus sambil memandangi langit ditemani sekaleng soft drink yang nampak disebelahnya. Pria itu masih teringat akan mimpinya buruknya tentang gadis yang telah diperkosanya itu. "Anjir! Kenapa gua jadi kepikiran terus sama mimpi sialan itu!" Andra tampaknya sangat kesal karena membuatnya jadi tidak tenang.Beberapa saat kemudian terdengar suara langkah kaki seseorang, langkah kaki itu berjalan mendekatinya."Woi ngapain lu malah tiduran disini bukannya ikut mata kuliah!" Tegur seseorang yang suaranya sudah sangat familiar bagi Andra. Andra pun menoleh kesebelah kirinnya, ia melihat sepasang sepatu merek jordan tengah berdiri disebelahnya. Ah itu sepatu milik Ogy, besitnya. Andra pun lekas bangun dan duduk sambil memandang kedepan. "Gua nggak semangat masuk kelas," ujarnya."Ah elu kan dari dulu emang ngga pern
Setelah mendengar pengaduan dari Cindy, Gilang langsung berjalan menuju ke kelas Lara untuk menemuinya."Eh Ra itu Gilang," ucap Chika yang melihat Gilang tiba-tiba masuk ke kelasnya dengan raut wajah serius. Lara pun menoleh dan menatap Gilang yang kini menghampirinya."Ada apa Gilang?""Ikut aku, aku mau ngomong sesuatu sama kamu," Gilang agak menarik tangan Lara seolah memaksa."Mau ngomong apa, tapi bentar lagi jam istirahat selesai loh.""Udah ikut aja ayok!" Gilang terus memaksa dan menarik lengan Lara hingga membuatnya sedikit kesakitan. Alhasil Lara pun tak bisa menolaknya dan terpaksa ikuti mau Gilang, Chika dan Tara yang merasa cemas melihat hal yang tidak beres pun memutuskan untuk mengikuti mereka.Di depan pintu kelasnya Lara malah kembali menolak karena merasa sebentar lagi mau masuk, dan meminta Gilang agar menunda bicaranya nanti setelah pulang sekolah saja. Namun Gilang kekeh tidak mau dan memaksa. Karena kesal dengan