Share

Nafsu

Penulis: Cindy Chen
last update Terakhir Diperbarui: 2021-05-27 08:20:07

“Aphrodite bisa terbang,” bisik Claire ke telinga Leon.

“Lalu?” tanya Leon bingung.

Claire dengan cepat mengeluarkan layar digital dari tangannya, membuat suara yang menarik perhatian Minotaur itu.

“Claire! Apa yang kamu lakukan?” tanya Leon panik.

Minotaur itu berlari cepat dengan langkah-langkahnya yang berat berdebam di tanah. Napasnya yang terdengar mendengus itu terdengar semakin keras. Leon panik, sementara Claire malah memilih-milih tombol yang menampilkan gambar-gambar berbeda. Entah apa yang Claire cari.

“Cepat, kita pergi sekarang, Claire!” seru Leon. Kini ia tidak repot-repot lagi untuk mengecilkan suaranya. Minotaur itu sudah tahu dimana mereka berada. Leon hampir saja menyeret Claire pergi dari situ, namun tiba-tiba Claire berseru dengan keras.

“Ini dia!” seru Claire. Di saat yang sama, Minotaur itu terdengar di belakang mereka, tanduknya menyeruduk ke arah mereka.

“Tukar karakter ke Aphrodite!” seru Claire. Dalam sekejap, ia sudah berubah menjadi Aphrodite yang cantik. Dengan cepat, Claire mengambil lengan Leon dan mereka pun terbang ke angkasa. Minotaur itu hampir saja mengenai kaki Leon yang masih menggantung, beruntung Aphrodite bisa terbang dengan cepat.

“Leon, kamu tidak apa-apa?” tanya Claire.

“Aku baik-baik saja,” jawab Leon.

“Apakah kamu bisa membawa kita langsung keluar dari labirin ini?” tanya lagi.

“Sayangnya, sepertinya tidak,” jawab Claire.

“Apa maksudmu?”

“Lihat sekelilingmu! Kabut tebal dimana-mana, kita tidak bisa melihat kemana jalan keluar dari labirin ini,” jawab Claire lagi.

Leon melihat ke sekelilingnya dan melihat kabut tebal benar-benar menutupi pandangan mereka.

“Mereka mendesignnya agar tidak seorangpun bisa keluar dari sini, meskipun bisa terbang,” gumam Leon.

Claire kemudian terbang rendah hingga kaki-kaki mereka hampir menyentuh tanaman yang menjadi pagar pembatas dalam labirin. Serendah ini, mereka baru bisa melihat tanpa tertutupi kabut. Claire melihat ke sekeliling, sepertinya di sini aman dari Minotaur itu untuk sementara waktu. Claire kemudian memilih satu tempat untuk mendarat.

“Aku rasa di sini aman untuk sementara waktu,” kata Claire sambil menghela napas panjang.

“Hei, kamu bisa berubah menjadi Aphrodite, tentu aku juga bisa memilih karakter Theseus!” seru Leon bersemangat. Itu harapan mereka satu-satunya. Leon segera membuka layar digital dengan cara menjulurkan tangannya ke depan.

“Tombol apa yang tadi kau pilih?” tanya Leon pada Claire.

“Entahlah, aku lupa. Tadi aku sembarang memilih,” jawab Claire.

“Coba ingat-ingat!” seru Leon lagi.

“Coba saja satu per satu. Entah kenapa otak Aphrodite sangat susah diajak berpikir,” jawab Claire.

“Astaga! Dewi kecantikan memang benar-benar...” gumam Leon kesal. Ia kemudian mencoba satu per satu tombol yang tersedia pada layar digital di hadapannya. Claire memutar bola matanya lalu memutuskan untuk duduk dan beristirahat sebentar.

“Ini dia!” seru Leon tiba-tiba.

“Ssshhh!! Kecilkan suaramu. Minotaur itu masih di sekitar sini,” seru Claire dengan suara berbisik. Leon seketika menutup mulutnya.

“Aku menemukannya,” katanya dengan suara berbisik.

Leon kemudian menggeser-geser layar untuk melihat karakter-karakter yang tersedia. Ia menemukan Theseus, namun entah kenapa ia tidak bisa memilih karakter itu. Berkali-kali Leon mencoba, tetapi karakter Theseus benar-benar tidak bisa dipilihnya.

“Ada apa?” tanya Claire.

“Aku tidak bisa memilih karakter Theseus,” jawab Leon.

“Itu karakter yang masih terkunci. Apakah ada keterangan bagaimana cara membuka kuncinya?” tanya Claire.

“Kita coba mengklik gambar gembok ini,” kata Leon sambil mencobanya.

Sebuah layar kecil terbuka di hadapan mereka dengan tiba-tiba.

Untuk membuka kunci karakter ini, temukan benang merah Ariadne. Petunjuk: Benang itu berada di suatu tempat yang ditempa oleh api.

”Apa maksudnya ini?” tanya Leon gusar.

“Jika kamu tidak tahu apa lagi aku!” seru Claire. Pengetahuannya tentang mitologi Yunani semuanya menghilang. Memang Claire tidak tahu apa-apa soal mitologi Yunani, semua yang ia ketahui berasal dari karakter Athena sebelumnya. Dan kini otak Aphrodite benar-benar kosong.

“Tunggu! Rasanya aku pernah dengar soal Ariadne... Ariadne... Ariadne... Oh aku ingat! Theseus menggoda Ariadne, ia memberikan benang merah padanya untuk bisa keluar dari labirin ini. Theseus menggunakannya untuk mengetahui jalan mana yang sudah ia lewati,” kata Leon.

“Tempat yang ditempa oleh api...” gumam Claire.

“Aku tidak tahu apa maksudnya itu,” jawab Leon.

“Game ini sejak awal menyuruhmu menjadi Ares. Bukankah dia dewa perang dan api?” tanya Claire. Mata Leon membesar, Claire benar.

“Dan game ini juga merekomendasikan karakter Aphrodite di awal tadi untukmu!” seru Leon.

“Kurasa kamu harus memilih Ares,” jawab Claire.

Leon mengangguk, ia segera memilih karakter Ares. Dewa perang dan api yang pemarah dan menurut Leon sangat bodoh. Dalam sekejap, Leon berubah. Kini ia menggunakan baju zirah berwarna hitam dengan beberapa aksen berwarna merah. Ia juga mengenakan jubah berwarna merah. Sangat mencolok. Layar digital itu kemudian hilang dari hadapannya.

Leon kemudian berbalik ke arah Claire. Entah kenapa kini ia menatap Claire dengan cara yang berbeda, jantungnya berdegup lebih kencang dan darahnya berdesir. Wanita itu terlihat sangat menggoda, membuat Leon menelan ludah. Claire juga menatapnya dengan tatapan yang menggoda, penuh hasrat.

“Sial!” umpat Leon. Ia akhirnya mengingat sesuatu dalam legenda mitologi Yunani.

“Kenapa?” tanya Claire.

“Aku melupakan sesuatu yang penting,” jawab Leon.

“Apa?” tanya Claire sambil berjalan mendekat dengan anggun. Menampakkan kakinya yang jenjang dan mulus.

“Ares dan Aphrodite adalah pasangan paling melegenda. Aphrodite memang berselingkuh dengan banyak pria, termasuk Adonis anak angkatnya sendiri. Tapi Ares, adalah favoritnya,” jawab Leon. Di saat ia menyelesaikan kalimatnya, Claire sudah ada tepat di hadapannya, mereka hanya berjarak beberapa centimeter saja. Tangan lembutnya menyentuh lembut pipi Leon.

“Claire, kamu akan menyesali ini,” gumam Leon.

“Persetan dengan itu. Aku menginginkanmu sekarang,” jawab Claire. Ia tidak bisa menahan gairah yang bergejolak dalam dirinya. Dia menempelkan tubuhnya ke dada Leon, lalu dengan perlahan bibirnya meraih bibir Leon dengan lembut. Ia mencumbu bibir Leon dengan penuh gairah.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Love in The Game (INDONESIA)   The End

    “Lepaskan aku! Aku ini calon presiden kalian! Lepaskan aku sekarang juga!” seru Boston Hopkins pada para polisi yang memborgol tangannya.“Anda berhak untuk diam. Semuanya bisa Anda jelaskan di pengadilan. Anda juga bisa menyewa pengacara untuk membela Anda,” jawab polisi itu.“Pengawal! Pengawal!” teriak Boston Hopkins dengan panik. Tetapi tidak ada satupun pengawal yang mendekat. Sebab Leon sudah menyuruh mereka pergi sejauh mungkin.Boston Hopkins terpaksa menyerah kepada para polisi. Ia masuk ke dalam mobil polisi dan dibawa pergi. Sepanjang perjalanan, orang-orang melemparinya dengan telur busuk. Polisi harus menertibkan masyarakat agar tidak melempari Boston dengan telur dan benda-benda lainnya. Boston tidak percaya ini benar-benar menimpa dirinya. Padahal selangkah lagi saj

  • Love in The Game (INDONESIA)   Chasing Boston

    Fox kembali berbaring di sofa meluruskan kakinya yang sakit. Claire membantu Fox dengan mengganjal kakinya dengan bantal agar bengkaknya tidak semakin parah.“Aku bisa membantu Leon,” katanya.“Kamu tidak akan bisa membantu kalau kamu belum sehat. Istirahatlah dulu, kamu membutuhkannya,” jawab Claire.Claire pergi ke dapur dan ia pun memanaskan air untuk membuatkan teh hangat untuk Leon. Masih ada teh yang belum basi di apartemen itu. Ia pun membawakannya untuk Leon. Pria itu bahkan belum beristirahat sejak tadi. Tubuhnya masih basah kuyup.“Terima kasih,” kata Leon sambil tersenyum. Senyuman yang selalu membuat jantung Claire berdegup dua kali lebih cepat.“Apakah kamu tidak bisa ber

  • Love in The Game (INDONESIA)   Nearly

    Claire berlari menuju ke arah jendela yang mulai terbakar itu, sementara Fox merangkak mengikuti Claire. Ia tidak mungkin diam saja, meskipun kini ia benar-benar tidak bisa melakukan apapun.“Leon!” seru Fox dengan suaranya yang parau. Rasa sakit di kepalanya semakin menjadi, sedikit lagi, ia tidak ingin pingsan sekarang. Ia harus membantu Claire dan Leon! Fox berusaha tetap sadar lebih lama, tetapi percuma saja. Sekejap kemudian segalanya menjadi gelap dan telinganya mulai berdenging. Fox jatuh dan tidak bisa mendengar atau melihat apapun lagi.“Leon!!” seru Claire.Ia hampir saja masuk ke dalam ketika tiba-tiba tangan Leon menggapai jendela. Saking terkejutnya, Claire hampir saja terjatuh.“Leon!” serunya lagi ketika ia sadar bahwa L

  • Love in The Game (INDONESIA)   Revealed

    Claire berlari menuju ke arah jendela yang mulai terbakar itu, sementara Fox merangkak mengikuti Claire. Ia tidak mungkin diam saja, meskipun kini ia benar-benar tidak bisa melakukan apapun.“Leon!” seru Fox dengan suaranya yang parau. Rasa sakit di kepalanya semakin menjadi, sedikit lagi, ia tidak ingin pingsan sekarang. Ia harus membantu Claire dan Leon! Fox berusaha tetap sadar lebih lama, tetapi percuma saja. Sekejap kemudian segalanya menjadi gelap dan telinganya mulai berdenging. Fox jatuh dan tidak bisa mendengar atau melihat apapun lagi.“Leon!!” seru Claire.Ia hampir saja masuk ke dalam ketika tiba-tiba tangan Leon menggapai jendela. Saking terkejutnya, Claire hampir saja terjatuh.“Leon!” serunya lagi ketika ia sadar bahwa L

  • Love in The Game (INDONESIA)   Saving Fox

    “Hey bro, kamu sudah lihat berita di televisi?” tanya salah seorang bodyguard yang sedang berjaga di markas tempat Fox menjalani hukumannya.“Sudah. Aku berpikir kita sebaiknya pergi sebelum polisi menangkap kita juga,” jawab bodyguard yang satunya.“Ssst!! Pelankan suaramu. Jika yang lain mendengar kita bisa dibunuh,” jawabnya.“Hey... let me go, please...” kata Fox mengiba pada kedua orang yang sedang berbisik-bisik itu.Dua orang itu berpandang-pandangan lalu melihat ke arah Fox.“Sorry, kid. Kalau kami melepaskanmu, kami pasti akan mati. Sekarang kecilkan suaramu atau kita akan dapat masalah!” seru orang itu dengan suara berbisik.

  • Love in The Game (INDONESIA)   Hypnotized

    Tidak butuh waktu lama, Claire dan Leon sudah sampai ke apartemen lama Leon. Mereka berlari menuju ke elevator setelah memarkirkan mobil di garasi pribadi Leon. Elevator pribadi itu langsung mengantarkan mereka ke apartemen Leon yang ditinggal dalam keadaan berantakan. Bekas-bekas peluru masih ada di tembok, kaca jendela yang pecah, bahkan bantal sofa yang berlubang.Leon tidak menunggu waktu lama, ia langsung berlari ke ruang kerja lamanya lalu mengeluarkan laptop milik Claire dan segala peralatan yang ia bawa di dalam tas. Claire langsung menyalakan TV untuk mendengarkan ada berita apa di televisi. Begitu dinyalakan, berita di televisi langsung menayangkan hal yang sudah Claire dan Leon duga sebelumnya.“Sejumlah pejabat negara mendatangi kantor polisi secara tiba-tiba hari ini. Belum ada konfirmasi resmi dari pihak kepolisian tetapi informasi yang bere

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status