Share

Fire

Penulis: Cindy Chen
last update Terakhir Diperbarui: 2021-05-28 07:28:15

Claire tidak bisa berhenti. Entah dirinya yang benar-benar menginginkan Leon, entah karakter Aphrodite yang membuatnya begini. Yang jelas, gairahnya tak terbendung lagi. Ia tahu akan menyesali ini setelahnya, tapi saat ini ia benar-benar tidak peduli. Medkipun otaknya menuruhnya berhenti, tapi Claire lebih mendengarkan nada tubuhnya yang menginginkan Leon.

“C-Claire... Minotaur itu hmmm... Claire... hmmm...” Leon mencoba berbicara namun Claire terus melumat bibirnya dengan penuh gairah. Leon menyerah. Dalam tubuh Aresnya, Leon tidak bisa menolak Aphrodite. Meskipun ia tahu, jauh di dalam lubuk hatinya yang terdalam Leon memang menyukai Claire sejak pertama mereka bertemu. Untuk itu, Leon tidak merasa ragu. Gadis itu gadis pertama yang menggetarkan hati Leon selama sepuluh tahun terakhir ini.

Hal berikutnya yang mereka tahu adalah mereka sudah melucuti pakaian masing-masing, bercumbu seolah di dunia ini hanya ada mereka berdua. Leon mencumbui leher Claire dengan penuh nafsu. Nafasnya memburu dan ciumannya penuh gairah hingga meninggalkan bekas-bekas memerah di leher hingga ke bagian dada Claire.

Kali ini, mereka melakukannya bukan untuk melanjutkan ke permainan selanjutnya, tetapi karena gairah yang memuncak. Leon menghisap lembut puncak dada Claire hingga tubuh wanita itu menegang karena nikmatnya. Hisapan itu semakin kuat terasa di dada Claire hingga ia melenguh panjang.

Leon tahu, ia perlu menyelesaikan ini dengan cepat. Ini bukan waktu yang tepat untuk bermesraan. Ia kini berada di atas tubuh Claire. Leon menggenggam kedua tangan Claire yang mungil dan menekannya di atas rerumputan kering itu. Dengan penuh gairah, Leon menembus masuk ke dalam tubuh Claire, membuat wanita itu memekik tertahan. Claire bergerak mengikuti irama gerakan tubuh Leon. Napas dan desahannya, membuat Leon semakin bernafsu.

“Ah! Leon...” pekik Claire di sela-sela desahannya yang begitu menggoda di telinga Leon. Mereka mencapai puncak kenikmatannya bersama-sama.

***

“Claire ...” panggil Leon lembut saat mereka sudah berpakaian. Claire hanya diam saja, seperti dugaannya, ia menyesali semuanya sedetik setelah mencapai puncak kenikmatan itu. Namun, kali ini Claire yang memulainya, ia tidak bisa menyalahkan Leon atas nafsu yang tiba-tiba menguasai dirinya itu.

“Di mana kita harus mencari tempat yang ditempa api itu?” tanya Leon.

“Mana kutahu?”

“Claire... jangan marah lagi,” kata Leon pada Claire.

“Aku sungguh tidak tahu harus merasa apa, Leon! Aku... Ah sudahlah!” seru Claire kesal sendiri. Permainan ini benar-benar membuat Claire gila.

“Kamu dengar itu?” tanya Leon.

“Apa?” tanya Claire.

Tiba-tiba Claire mendengar langkah-langkah kaki yang berat dari kejauhan. Leon menaruh satu jari di depan mulutnya, mereka tidak boleh bersuara sekarang. Tiba-tiba Claire merentangkan tangannya mengeluarkan layar digital yang berbunyi cukup keras.

“Claire!” seru Leon dengan suara berbisik. Namun Claire tidak peduli, ia segera menekan tombol untuk berganti karakter. Claire memilih kembali menjadi Athena. Namun layar yang berbunyi-bunyi itu telah menarik perhatian sang minotaur. Langkah kaki berlari sang Minotaur membuat tanah di sekitar mereka bergetar.

“Daedalus yang membuat labirin ini adalah seorang pandai besi juga,” bisik Claire tiba-tiba. Pengetahuan dan kebijaksanaan Athena mulai memenuhi otaknya kini.

“Lalu?” tanya Leon.

“Kabarnya ia membuat sebuah koin logam dengan gambar denah labirin ini. Ia pasti meletakkannya di bagian tengah labirin itu. Aku, maksudku Aphrodite pernah melihat gambaran koin itu. Di tengah labirin ini seperti ada api. Kamu pasti bisa menemukan api dimanapun itu berada. Kamu adalah Ares,” kata Claire.

“Kutemukan kalian!!” seru Minotaur itu. Kini suaranya sudah terdengar sangat dekat.

“Apakah Ares bisa terbang?” tanya Claire.

“Bagaimana kalau kita bakar saja dinding tanaman ini lalu berlari melaluinya?” tanya Leon. Tanpa menunggu jawaban dari Claire, Leon sudah membakar dinding tanaman itu dengan kekuatan Ares. Dinding itu terbakar dan berlubang. Namun hanya hitungan sepersekian detik ia tumbuh kembali dengan cepat dan kokoh. Sementara itu, suara langkah-langkah banteng itu terdengar semakin keras dan tanah bergetar semakin kencang.

“Tidak semudah itu, Leon. Cobalah untuk terbang! Seharusnya dewa api bisa terbang kan?” seru Claire. Leon kemudian memeluk pinggang Claire dan sedetik kemudian mereka sudah berada di udara.

“Kembali!!” seru Minotaur itu melihat Claire dan Leon sudah melayang di udara.

“Ares! Kembali!” serunya lagi dengan suara bergemuruh.

Leon masih berusaha menyeimbangkan dirinya di udara, di tengah kabut tebal yang menutupi sekeliling mereka.

“Berkonsentrasilah!” seru Claire.

Sementara itu, Minotaur itu sudah berada tepat di bawah mereka. Dengan lompatan-lompatannya yang tinggi, ia berusaha menangkap kaki Leon dan Claire. Bunyi berdebam terdengar setiap kali kakinya menyentuh tanah, membuat retakan-retakan di tanah.

“Sial!” seru Leon saat Minotaur itu berhasil menggapai pergelangan kakinya, membuat Leon dan Claire hampir jatuh ke tanah. Minotaur bertubuh berat itu bergelantungan di kaki Leon. Ia tertawa menggelegar sambil berusaha membawa Leon dan Claire turun.

“Turun, Ares! Aku akan membuat kalian menjadi makananku!” serunya.

“Lepaskan, banteng jelek!” seru Leon kesal. Ia berusaha melepaskan pegangan tangan Minotaur dari pergelangan kakinya.

Leon berusaha menebas tangan Minotaur itu dengan pedangnya. Namun sulit saat ia bahkan tidak bisa menyeimbangkan dirinya sendiri di udara.

“Lepaskan!” seru Claire sambil menghujamkan tombaknya ke arah Minotaur. Serangan itu sama sekali tidak terbaca oleh Minotaur, sebab Claire sedikit tertutup kabut dari pandangan matanya. Tombak emas itu berhasil menggores tangan Minotaur cukup dalam dan membuatnya melepaskan pegangan tangannya dari pergelangan kaki Leon.

“Cepat!” seru Claire. Leon cepat-cepat melaju meskipun terbangnya oleng. Leon mengambang tak menentu di udara. Saat ia berusaha melaju, ia malah menukik ke arah bawah dengan cepat.

“Aaaaahhh!! Leooonnn!! Ke atas!!” teriak Claire saat tubuh mereka mulai menabrak dinding labirin berkali-kali.

“Aaaaaa!! Aku juga sedang berusaha!” seru Leon.  Ia kemudian memejamkan matanya dan mereka terbang ke atas dengan cepat, menembus kabut.

“Leon!! Berhenti!” teriak Claire. Saat Leon membuka matanya ternyata mereka sudah berada di kegelapan. Bagian yang tidak ada dalam game. Di atas mereka seperti kubah hitam besar yang nampak sangat keras. Leon terkejut dan berhenti terbang. Seketika itu juga mereka terjun bebas ke bawah.

“Aaaaa!! Leon!! Terbang! Terbang!” seru Claire panik.

“Aaaaa!! Bagaimana caranya?!!” teriak Leon saat mereka meluncur turun hingga menembus kabut tebal. Di hadapan mereka sudah terlihat jelas labirin hijau itu.

“Konsentrasi sekarang!” seru Claire.

Dalam beberapa detik mereka akan jatuh berdebam ke tanah dan kehilangan satu nyawa masing-masing.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Kikiw
keren sih ya.. aku yg gatau soal dewa dewi yunani jadi lebih ngerti
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Love in The Game (INDONESIA)   The End

    “Lepaskan aku! Aku ini calon presiden kalian! Lepaskan aku sekarang juga!” seru Boston Hopkins pada para polisi yang memborgol tangannya.“Anda berhak untuk diam. Semuanya bisa Anda jelaskan di pengadilan. Anda juga bisa menyewa pengacara untuk membela Anda,” jawab polisi itu.“Pengawal! Pengawal!” teriak Boston Hopkins dengan panik. Tetapi tidak ada satupun pengawal yang mendekat. Sebab Leon sudah menyuruh mereka pergi sejauh mungkin.Boston Hopkins terpaksa menyerah kepada para polisi. Ia masuk ke dalam mobil polisi dan dibawa pergi. Sepanjang perjalanan, orang-orang melemparinya dengan telur busuk. Polisi harus menertibkan masyarakat agar tidak melempari Boston dengan telur dan benda-benda lainnya. Boston tidak percaya ini benar-benar menimpa dirinya. Padahal selangkah lagi saj

  • Love in The Game (INDONESIA)   Chasing Boston

    Fox kembali berbaring di sofa meluruskan kakinya yang sakit. Claire membantu Fox dengan mengganjal kakinya dengan bantal agar bengkaknya tidak semakin parah.“Aku bisa membantu Leon,” katanya.“Kamu tidak akan bisa membantu kalau kamu belum sehat. Istirahatlah dulu, kamu membutuhkannya,” jawab Claire.Claire pergi ke dapur dan ia pun memanaskan air untuk membuatkan teh hangat untuk Leon. Masih ada teh yang belum basi di apartemen itu. Ia pun membawakannya untuk Leon. Pria itu bahkan belum beristirahat sejak tadi. Tubuhnya masih basah kuyup.“Terima kasih,” kata Leon sambil tersenyum. Senyuman yang selalu membuat jantung Claire berdegup dua kali lebih cepat.“Apakah kamu tidak bisa ber

  • Love in The Game (INDONESIA)   Nearly

    Claire berlari menuju ke arah jendela yang mulai terbakar itu, sementara Fox merangkak mengikuti Claire. Ia tidak mungkin diam saja, meskipun kini ia benar-benar tidak bisa melakukan apapun.“Leon!” seru Fox dengan suaranya yang parau. Rasa sakit di kepalanya semakin menjadi, sedikit lagi, ia tidak ingin pingsan sekarang. Ia harus membantu Claire dan Leon! Fox berusaha tetap sadar lebih lama, tetapi percuma saja. Sekejap kemudian segalanya menjadi gelap dan telinganya mulai berdenging. Fox jatuh dan tidak bisa mendengar atau melihat apapun lagi.“Leon!!” seru Claire.Ia hampir saja masuk ke dalam ketika tiba-tiba tangan Leon menggapai jendela. Saking terkejutnya, Claire hampir saja terjatuh.“Leon!” serunya lagi ketika ia sadar bahwa L

  • Love in The Game (INDONESIA)   Revealed

    Claire berlari menuju ke arah jendela yang mulai terbakar itu, sementara Fox merangkak mengikuti Claire. Ia tidak mungkin diam saja, meskipun kini ia benar-benar tidak bisa melakukan apapun.“Leon!” seru Fox dengan suaranya yang parau. Rasa sakit di kepalanya semakin menjadi, sedikit lagi, ia tidak ingin pingsan sekarang. Ia harus membantu Claire dan Leon! Fox berusaha tetap sadar lebih lama, tetapi percuma saja. Sekejap kemudian segalanya menjadi gelap dan telinganya mulai berdenging. Fox jatuh dan tidak bisa mendengar atau melihat apapun lagi.“Leon!!” seru Claire.Ia hampir saja masuk ke dalam ketika tiba-tiba tangan Leon menggapai jendela. Saking terkejutnya, Claire hampir saja terjatuh.“Leon!” serunya lagi ketika ia sadar bahwa L

  • Love in The Game (INDONESIA)   Saving Fox

    “Hey bro, kamu sudah lihat berita di televisi?” tanya salah seorang bodyguard yang sedang berjaga di markas tempat Fox menjalani hukumannya.“Sudah. Aku berpikir kita sebaiknya pergi sebelum polisi menangkap kita juga,” jawab bodyguard yang satunya.“Ssst!! Pelankan suaramu. Jika yang lain mendengar kita bisa dibunuh,” jawabnya.“Hey... let me go, please...” kata Fox mengiba pada kedua orang yang sedang berbisik-bisik itu.Dua orang itu berpandang-pandangan lalu melihat ke arah Fox.“Sorry, kid. Kalau kami melepaskanmu, kami pasti akan mati. Sekarang kecilkan suaramu atau kita akan dapat masalah!” seru orang itu dengan suara berbisik.

  • Love in The Game (INDONESIA)   Hypnotized

    Tidak butuh waktu lama, Claire dan Leon sudah sampai ke apartemen lama Leon. Mereka berlari menuju ke elevator setelah memarkirkan mobil di garasi pribadi Leon. Elevator pribadi itu langsung mengantarkan mereka ke apartemen Leon yang ditinggal dalam keadaan berantakan. Bekas-bekas peluru masih ada di tembok, kaca jendela yang pecah, bahkan bantal sofa yang berlubang.Leon tidak menunggu waktu lama, ia langsung berlari ke ruang kerja lamanya lalu mengeluarkan laptop milik Claire dan segala peralatan yang ia bawa di dalam tas. Claire langsung menyalakan TV untuk mendengarkan ada berita apa di televisi. Begitu dinyalakan, berita di televisi langsung menayangkan hal yang sudah Claire dan Leon duga sebelumnya.“Sejumlah pejabat negara mendatangi kantor polisi secara tiba-tiba hari ini. Belum ada konfirmasi resmi dari pihak kepolisian tetapi informasi yang bere

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status