Share

Lantai Pengayaan

Mereka sudah mendarat kembali di lapangan yang sama dengan saat mereka pertama ke Balorop. Bangunan gedung berkelap-kelip memantulkan cahaya dari balik air di bawahnya. Di aula utama tersebut sudah berdiri Edvard dengan langkah kikuk. Dia terus menunduk tak berani menatap Fibrela.

“Prof….” Edvard tak diacuhkan seperti biasanya.

Dia tak menyerah. Dia kembali mengikuti langkah Fibrela.

“Sungguh maafkan saya, Profesor Greinthlen.”

“Kau tahu apa yang sudah diperbuat oleh benda rongsokan rekomendasimu, Edvard?” Wajah Fibrela membara. Dia memelotot ke arah Edvard penuh kekesalan.

“Maafkan, saya, Profesor,” ucap Edvard berulang kali. “Sungguh maafkan saya.”

“Jadi, hukuman apa yang bisa kujatuhkan padamu?” tanya Fibrela kembali tenang.

Langkah mereka terhenti ke kuntum bunga terakhir di aula tadi.

“Saya… saya akan membuat rokern baru untuk Anda.” Edvard tersenyum tipis setengah memelas.

“Oh ya? Kau kira rokern buatanmu bisa menyaingi Louie?”

“Tidak, Profesor Greinthlen. Tentu saja tidak. Rokern ini bisa membantu Anda mengerjakan pekerjaan rumah. Sementara Louie tetap akan menjadi pengawalmu,” timpal Edvard dengan cepat.

Fibrela menghela napasnya. “Kau tidak akan lepas dariku, Edvard. Enyahlah. Jangan membuatku makin kesal.”

Edvard melangkah mundur. Nod melirik seraya mengangguk kecil. Walau dia orang yang paling dirugikan dari ransel terbang pemberiannya, melihatnya dimaki oleh Fibrela sedemikian keras membuatnya jadi kasihan pada anak itu.

“Mengapa kau memarahinya begitu keras?”

“Louie, antar Nod ke ruang kerjaku. Aku harus menghadiri rapat.” Fibrela masuk ke salah satu kuntum bunga dan tubuhnya hilang dalam dua detik dari hadapan Nod. Dia tidak berminat menjawab teguran Nod barusan.

Louie mengantar Nod memasuki kuntum bunga yang lain di samping kuntum bunga yang dimasuki Fibrela. Nod menggaruk daun telinganya saat mendengar suara Louie yang nyaris membengkokkan garis khatulistiwa itu. Walau begitu, pintunya segera terbuka.

Ruang kerja Fibrela berada di lantai paling atas dari bangunan tersebut. Ada lapangan dan taman yang sangat luas di bagian paling atas bangunan tersebut. Nod tak bisa ke sana karena tidak ada pintu yang mengarah ke sana.

“Silakan Tuan Nod.” Louie membuka ruang kerja Fibrela yang nyaris tak berisi apa pun. Hanya sofa putih dengan batang bambu di pot kacanya. Ini terlihat seperti penjara ketimbang ruang kerja.

“Anda bisa mandi dengan menekan tombol di samping pintu ini. Selamat bersenang-senang, Tuan Nod.”

“Tunggu, Louie,” cegat Nod saat Louie terlihat hendak menutup pintu ruangan tersebut.

“Ada yang bisa dibantu lagi, Tuan Nod?”

“Bisakah kau mengatur airnya menjadi berbusa?” Hanya itu permintaan yang diajukan Nod walau dia sendiri tidak yakin apakah mandi busa salah satu kebiasaan di tempat ini.

Louie menaikkan alisnya yang tebal. Dia memiliki fitur angkat alis yang justru membuat semua orang yang melihatnya semakin yakin dia bukan sebuah rokern.

“Ayolah, masak di tempat serba canggih seperti ini tidak ada busa?” desak Nod.

“Baiklah, Tuan Nod.”

Louie berjalan masuk mendekati tombol yang ada tak jauh dari pintu ruang kerja tersebut. Sebelum Louie sempat menekannya, Nod sudah memelesat keluar dan menutup pintu tadi.

Dia berlari mendekati kuntum bunga yang ada di ujung jalan. Dengan cepat dia melompat ke dalamnya. Dari balik kelopak bunga yang bergerak, Nod bisa melihat Louie yang berlari mengejarnya.

Kelopak bunga tadi mengatub dan mulai bergerak sedikit memutar. Nod terdiam pasrah. Dia lupa dengan kata sandinya. Dia ingat nyanyian aneh tersebut, tapi tidak bisa mengingat liriknya. Berulang kali dia mencoba mendengungkan lagu tersebut, tetap saja tidak bisa diterima benda itu.

“Sial, bagaimana aku bisa ingat nyanyian jelek robot tua bangka itu?” umpat Nod.

Nod berdiri di dalam mahkota bunga itu membisu. Jika suara umpatannya bermakna, dia tidak tahu benda ini akan membawanya ke mana. Kelopaknya merekah. Sinar cahaya terang menerobos masuk melalui celah kuntum bunga. Nod tak bisa menebak apa yang akan muncul di depannya.

Sedetik… dua detik… tiga detik… Nod memberanikan matanya untuk tetap terbuka melawan cahaya terang di tempat tersebut. Ada pembatas kaca yang melingkupi dua elevator tersebut. Di balik kaca ada ruangan dengan deretan meja dan mesin-mesin pengolah bibit tanaman. Setiap kisi mesin terdapat tabung-tabung yang berisi segunduk tanah. Sebagian sudah berbibit dan tumbuh daun kecil.

Para pekerja berdiri di masing-masing kisi mesin. Mengamati setiap tabung dan mengatur mesin tadi bekerja sesuai dengan perintah. Tidak ada yang dikenal Nod di tempat ini. Tempat ini seperti sebuah laboratorium. Hanya ada satu hal yang aneh. Seluruh petugas yang bekerja di tempat ini bukanlah anak-anak, orang dewasa, atau robot. Mereka adalah makhluk berukuran lebih kecil dari manusia, berbulu, tak berdagu, dan hampir seluruhnya memiliki ekor. Mereka adalah para kera!

Semuanya mengenakan seragam yang sama. Nod sendiri termangu saat mengamati makhluk yang seharusnya hanya bisa memanjat pohon itu kini tengah sibuk mengutak-atik cawan yang berisi bibit tanaman. Nod menoleh sambil menggaruk kepalanya canggung. Tempat ini sangat asing dengan makhluk yang juga asing.

“Kau juga terjebak di sini?”

Seseorang menyapanya dari samping. Penampakan anak berusia sekitar delapan tahun muncul dari kuntum bunga yang lain di lantai ini. Rambutnya yang berwarna merah dan terlihat selalu basah itu sempat dimaki oleh Fibrela di herboriumnya tadi.

“Kau pasti salah mengucapkan kata kuncinya,” terkanya seraya menyusuri jalan yang terbentuk oleh dinding kaca itu.

“Di mana ini?” tanya Nod.

Anak tadi mendengus, “Ini Lantai Pengayaan. Kalau kau terjatuh ke sini kau tidak akan keluar kecuali melalui nemish itu.”

“Nemish?”

“Kenapa terkejut? Kau tidak tahu itu sebutan baru untuk mereka. Lebih mudah merayu mereka dengan sebutan itu.”

Atlic tadi mengiring Nod melewati jalan yang dibatasi dinding kaca tersebut. Ada pintu yang terarah ke ujung lab. Mereka berhenti untuk membaca jenis pelanggaran serta sanksi yang harus mereka jalankan di tempat ini.

RUFUS ORTOSTA

Maklumat 31.1

Jenis pelanggaran : Kesalahan kombinasi kode hibrida 

Ujian pengayaan : Tes Genomika Agronomi Terapan

“Fuhh… untung saja,” desah atlic bernama Rufus itu riang. Dia masuk ke pintu kaca dan segera mengambil material yang dibutuhkannya untuk melakukan ujian.

Nod melangkah mengikuti atlic tadi kebingungan.

NOD PENDER

Maklumat 09.30

Jenis pelanggaran : Gagal mengucapkan kata sandi

Ujian Pengayaan : Tes Verbal 37 kitab pseudonim

Kedua alis Nod terangkat tinggi. Dia masih belum bisa menerka peraturan apa yang tengah dihadapinya di sini.

“Rufus,” panggilnya. “Aku tidak melanggarnya. Mereka tidak bisa menghukumku.”

Rufus terlihat acuh tak acuh. “Sebaiknya kau tanyakan pada Paerovy. Dia yang akan memutuskan hukumanmu.”

“Hukuman?” Nod kembali mengernyit bingung. “Peraturan macam apa ini?”

Anak laki-laki kecil tadi mengangkat kedua bahunya. “Sebaiknya kau cepat mencari tahu karena kau akan terjebak di sini seumur hidupmu jika gagal melewati tes tersebut.”

“Siapa itu Paerovy? Kenapa semua orang membicarakannya?”

Kali ini anak tadi berkacak pinggang. Tabung-tabung yang baru separuh diisinya tergeletak di meja. Dia menatap Nod dalam-dalam. Walau dia tidak pernah menyangka asal-usul manusia daratan itu, perlahan-lahan dia curiga Nod bukanlah atlic seperti yang dikatakan Profesor Greinthlen.

“Maksudku, Fibrela terus menyebutkan dia. Kau tahu, aku sudah lama tidak ke tempat ini, sudah banyak hal berubah di Balorop,” timpal Nod.

Anak tadi kembali mengerjakan aktivitasnya dengan tabung-tabung tersebut. Dengan perlahan dia menuang sejumput pasir dan setetes cairan kecokelatan dari salah satu wadah di rak bagian bawah.

“Ah… tentu saja kau tidak tahu. Profesor Greinthlen sering menyembunyikan atlic senior di xeflenya. Kurasa dia penyuka pria yang berusia lanjut sepertimu.”

“Hei, aku tidak setua itu.” Nod bersungut tak rela. Dia nyaris menggertak bocah tadi kalau saja dia tidak segera menyadari statusnya di tempat asing ini. Semua terdengar sangat absurd di sini.

 “Kau tidak tahu kan? Greinthlen juga suka melakukan eksperimen terhadap mereka. Aku rasa sebentar lagi kau jadi salah satu objek penelitiannya.”

Nod menelan ludahnya terdiam. Anak tadi segera kembali mengaduk spesimen yang ada berlabel ‘Humus’ di depannya. Seseorang, atau lebih tepatnya seekor nemish, melangkah mendekati mereka. Makhluk itu tidak semenyeramkan yang terlihat. Malah sedikit lebih manis dari hewan sejenisnya. Ekornya terjuntai lemah di belakangnya. Warna kuning keemasan memenuhi sebagian wajah dan kepalanya. Bulu matanya dibuat lebih lentik dari para nemish yang lain.

Nod diam saat dia melangkah ke arah Nod. Menyelidikinya dengan saksama dan menyipitkan kedua matanya yang lentik itu ke arah Nod.

Oh, bangunlah, jangan lanjutkan mimpi ini! Nod berdesah dalam hati. Dia sadar bahwa tempat ini sama sekali tidak menyenangkan seperti yang dia sangka.

“Kau Tuan Pender?” tanya kera perempuan tersebut.

“Aku? Ya,” jawab Nod terbata.

“Perkenalkan, aku Engliver.” Kera tadi menjulurkan salah satu tangannya. Nod menyambutnya bingung. Rufus yang berdiri di sampingnya tersenyum nakal padanya.

“Engliver salah satu murid kesayangan Paerovy,” bisiknya.

“Bisa ikut denganku, Tuan Nod,” kata Engliver.

Dia menyikut Nod untuk segera ikut dengan arahan Engliver. Nod mengabaikan hal aneh tersebut dan segera mengangguk.

“Selamat bersenang-senang.” Rufus melambaikan tangannya, menyoraki tanpa suara.

Nod mengikuti langkah Engliver yang mengarah ke ruangan yang berbeda di lantai itu.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status