"Astaghfirullahaladzhiim. Ya Allah."
"Ya, Ya. Aku harus menghubungi dokter Indra," ucapnya yang kemudian berlari untuk menghubungi sang dokter.
Rumah Bunda Sania
Malam itu Bunda Sania meminta Doni makan malam di rumah. Sejak pernikahannya dengan Fani, Doni terlihat dingin. Itulah mengapa Sania berusaha keras agar Fani dan Doni menjadi dekat layaknya pasangan suami istri.
"Mau ku tambahin, Mas?" tanya Fani yang duduk di samping suaminya.
"Ini semua Fani yang masak lo," sahut sang Bunda.
"Makanan kesukaan kamu. Bunda sampai lupa bilang," ujar Sania tertawa.
"Makasih ya, Fan. Kamu mau pulang cepat untuk mengurus semua ini," puji Fani.
"Ah, nggak, Mas. Ini sudah kewajiban aku sebagai seorang istri," jawab Fani santun.
"Hm, Bunda mau tinggalin kalian berdua ya. Bunda sudah janji mau menelepon Bu Rahmini ya," pamit Sani
"Sabrina, kamu mengalami kecelakaan mobil yang begitu hebat dan akhirnya kamu koma selama berbulan-bulan," terang Fani.Sabrina yang masih merasakan sakit kepala, kembali mengingat bagaimana peristiwa malam itu."Astaghfirullahaladzhiim ...."Sabrina pun menangis pilu. Menahan getirnya. Fani pun mencoba menenangkan sahabatnya itu. Airmatanya pun tidak dapat ia tahan lagi."Kamu cukup lama koma, Sabrina,"ujar Fani mengenggam tangan Sabrina."Kamu koma sangat lama, Sabrina. Kami selalu berdoa buat kamu agar kamu bisa segera cepat sembuh. Tidak terkecuali dokter Indra yang selalu menjaga kamu," ucap Fani menahan getir.Tangis Fani dan Sabrina pun pecah. Dua sahabat sejak di bangku kuliah itu akhirnya berpelukan." Tetapi, kamu juga pasti merawat aku selama di sini. Kamu adalah sahabat terbaik yang pernah aku punya," ucap Sabrina memuji kebaikan sahabatn
Ya Allah, kuatkan aku. Kuatkan aku melihat kemesraan Mas Doni dengan wanita lain ...."Tidak ada kebahagiaan yang jauh lebih berharga ketika dapat memeluk Sabrina lagi. Wanita yang sangat ditunggu kesembuhannya oleh Doni.Fani yang tidak kuat melihat kemesraan Doni dan Sabrina akhirnya memilih perlahan mundur dan keluar dari ruangan SabrinaAirmata Fani pun luruh. Ia tidak sanggup lagi menahan bulir bening itu membasahi pipinya. Hatinya perih saat mendapati Sabrina kembali. Ia tahu, sebagai istri kedua, dirinya tak bisa menuntut banyak.Di dalam kamarnya, Doni begitu bersyukur karena doanya kini dikabulkan. Sabrina telah kembali. Pelukan hangat seorang wanita yang selama ini dirindukannya.
Prita membawa Sisil malam itu ke rumah sakit. Sisil mengalami demam tinggi. Karena takut terjadi sesuatu, bersama baby sister, Prita membawa Sisil ke rumah sakit.Saat sedang menunggu dokter yang memeriksa keadaan Sisil, Aryo pun datang tergesa."Sisil ....""Kamu kenapa, Nak?" tanya Aryo mengusap kepala Sisil.Prita yang egois, tanpa basa-basi lagi langsung memaki Aryo di depan si baby sister anaknya itu."Aryo, tunjukkan rasa simpati kamu pada Sisil. Bagaimanapun juga, Sisil itu kan anak kamu," pekik Prita yang berdiri di depan Aryo dan seolah menantang lelaki yang masih sah menjadi suaminya itu."Katanya kamu sayang sama dia. Tetapi, di saat Sisil butuh, kamu nggak pernah ada buat dia," gerutu Prita.Aryo hanya diam. Ia tidak ingin meladeni Prita dan bertengkar di hadapan Sisil. Anak semata wayangnya."Aku ke sini bukan mau ribut sama k
Rumah MartinMalam ini Martin sedang duduk menikmati segelas kopi hangat di ruang tamunya yang mewah itu. Tiba-tiba gawainya yang tergeletak di meja pun berbunyi. Terlihat nama Doni memanggilnya.[ Assalamualaikum, Doni.][Wa'alaikumsalam, Pa][Pa, aku ada berita penting saat ini.][Saya hanya mau bicara sama kamu setelah kamu menyadari kesalahan kamu menduakan Sabrina.]Martin pun meradang pada menantunya. Sejak kedua orang tua Sabrina tahu jika Doni sudah menikah lagi dengan Fani, sahabatnya sendiri, hubungannya dengan sang mertua pun memburuk.,[Pa, Papa tolong tenang dulu. Aku tahu, kalian sangat membenci aku karena pernikahan kedua aku. Cuma saat ini aku punya kabar gembira tentang Sabrina.][Kabar gembira apa?]Martin membentak Doni dengan suara yang memekikkan telinga. Martin yang terlanjur emosi dan memben
"Ragamu bisa kau bagi, tetapi cinta yang tulus hanya akan mempunyai satu tempat yang tidak akan bisa dibagi ....""Lalu siapa yang mau menggugat Bunda?""Sabrina atau kamu sendiri?" pekik Sania.Doni pun terdiam."Bukan aku yang akan menggugat Bunda. Tetapi, Sabrina dan keluarganya tidak akan tinggal diam melihat aku menikah lagi dan ini akan menjadi malapetaka buat keluarga kita," ujat Doni membuat Sania terperangah."Doni, ya Allah. Malapetaka apa?" sahut Sania dengan wajah panik yang tidak bisa ditutupinya."Bunda juga harus siap-siap. Karena Fani akan minta cerai," lanjut Doni membuat sang Bunda semakin terpojok."Cerai?""Kenapa harus cerai? Nggak perlu kan harus cerai," timpal Sania."Karena ketika Sabrina sembuh. Fani akan merasa ber
"Fani, maaf ya, Bunda harus masuk," ucap Sania saat membuka pintu kamar Fani.Sania terus memanggil, menyusuri tiap sudut kamar itu tetapi tidak ada jawaban apapun dari Fani."Bun, jangan-jangan Fani sudah pergi," celetuk Prita.Saat sedang mencari, Sania menemukan sebuah surat yang tergeletak di ranjang. Ia pun membacanya."Ya Allah, Fani ....""Sia-sia dong Bunda mempersatukan mereka dalam ikatan pernikahan," gumam Sania.......Nyonya Renny pun mencoba menenangkan sang putri."Langkah kamu sudah tepat kembali ke rumah ini. Bagaimanapun juga kamu masih terikat pernikahan dengan Doni. Kamu harus menjaga setiap langkah kamu di depan suami dan di mata Allah Subhana wa taala," ujar Renny."Nak, sabar, Sayang ya," tutur Renny menenangkan sang putri."Ma, saya nggak mau kembali sama Doni. Saya nggak mau. Saya nggak mau jadi orang ketiga dalam pernikahan sahabat saya sendiri," ucap Fani menangis.
Sebelum lanjut membaca, jangan lupa tinggalkan jejak di like dan komentar ya. Jangan lupa kasih ulasan dan gudangkan cerita ini biar kalian tidak ketinggalan update terbarunya.Terimakasih ❤️......Sinta dan Martin seperti biasanya duduk santai menonton acara favoritnya sambil menikmati secangkir kopi hangat."Ini ... Fani istri keduaku."Tiba-tiba Sinta kembali terngiang kata-kata Doni saat hari itu ia memperkenalkan Fani sebagai istri keduanya.Tanpa sadar, cangkir berisi kopi itu terlepas dari genggamannya."Ya ampun, Ma. Kamu kenapa?" tegur Martin yang bingung ada apa dengan istrinya itu.
"Dalam hidup, kita diharuskan memilih. Tidak semua yang kita inginkan, bisa kita raih. Terkadang, hidup memaksa kita untuk menerima sesuatu yang tidak kita inginkan ...."Sebelum lanjut baca, jangan lupa subscribe ya biar kamu nggak ketinggalan update ceritanya."Menceraikan Sabrina?" gumam Doni."Kamu tidak diterima lagi di rumah ini. Jadi sekarang kamu keluar!" bentak Martin menarik paksa Doni.Doni pun berusaha menolak dengan cara halus. Namun, akhirnya dia mengalah."Pa, oke, Pa. Aku akan pergi dari sini. Tetapi, aku akan