Kurasaa saat ini tubuh wanita berumur 22 tahun itu tak mampu menahan beban bobotnya, dia boleh jadi akan tumbang mendengar ucapanku. Wanita bekulit putih bersih dengan wajah bak model Pakistani itu pasti linglung mendapat pukulan jawaban seperti tadi. Terbukti ia diam saja kemudian.Aku tahu, aku tidaklah lebih cantik darinya, dalam hal penampilan dia unggul, tapi, pelayanan, tentu akulah yang pertama dan paling paham tentang kemauan Mas hamdan. "Oke, Maura, jika ini akan membuatmu senang, maka mari akhiri saja," ucapku."Caranya bagaimana?" jawabnya parau. Kurasa kini tenggorokan wanita itu tersendat kering."Kita bertemu besok, di kediamanmu, aku akan membawa apa yang kau inginkan.""Tidak usah repot repot!" ucapnya."Cukup tunggu saja aku!" tegasku.Setelah mematikan ponsel, kutarik napas dalam lalu aku beralih ke kamar. Kususul segala sesuatu yang akan kuprrlukam besok untuk menemui wanita itu.Sebenarnya, tak pula harus payah terlalu jauh menjerumuskan diri, tapi karena ini be
Sejak terakhir kali bertemu Maura bayangan wanita itu seolah terus menghantui, membuat diri ini tidak nyaman, perasaanku jadi tidak aman dan was was akan hati suamiku dan bagaimana tingkah lakunya di kemudian hari.Harusnya ketika pasangan sudah berpisah dan memilih untuk menjalani kehidupan masing-masing maka tidak ada alasan lagi untuk menghubungi apalagi sampai meminta uang, terlebih saat sang mantan suami sudah punya istri dan bahagia dengan kehidupannya, tidak ada alasan untuk meminta bantuan kecuali benar-benar terdesak atau memang tidak punya malu."Astaga, aku banyak membuang waktu dengan memikirkan Maura," gumamku sambil bangkit dari sofa ruang tv lalu membereskannya. Kulanjutkan tugas membersihkan rumah dan dapur sambil menunggu cucianku kering di dalam mesin cuci otomatis.*Usai melipat pakaian, aku langsung mandi dan ganti baju, rencananya aku akan menuju kebun untuk memeriksa pekerja yang sedang menggali kolam ikan yang baru. Aku harus mengantarkan makanan dan minuman a
"Kau itu hanya mantan dan tetaplah bersikap seperti mantan, jangan coba-coba untuk merayu atau memanfaatkan kebaikan Hamdan lagi!""Aku juga tak Sudi!" balasnya sambil membuang muka.Sebenarnya aku gemas sekali ingin menjambaknya namun aku menahan diri untuk tidak mengotori tanganku.Semua orang yang ada di tempat itu membeku dan tidak bisa memberikan komentar apapun atas percakapan dan kejadian yang baru saja lewat. Semua orang terpana, lalu memandang kepada Maura yang pergi begitu saja."Ayo pergi." Mas Hamdan menarik tanganku sambil berbisik."Iya, ayo, tidak ada gunanya tetap di sini," jawabku. Kami berjalan beriringan meninggalkan kafe, dan meski di sana ada beberapa karyawan dan satpam, mereka tidak memberikan komentar apapun atau berusaha hendak mengusir kami. Mereka semua terdiam membisu.*"Aku tidak mengira bahwa kau membaca pesan yang dikirimkan Maura ke ponselku,"ucap Mas Hamdan saat kami berada di dalam mobil."Maafkan Aku, aku tidak sengaja melihatnya sekelebatan lalu se
"Mas kau ada waktu sore nanti tidak?""Aku selalu punya waktu untukmu memangnya kenapa?""Uhm, begini, aku punya janji dengan seorang teman, dan Aku ingin kau mengenalnya agar kita menjalin bisnis. Bisakah kau menemaniku bertemu dengannya?""Laki-laki atau perempuan?"tanya Mas Hamdan dengan alis yang terangkat sebelah seakan-akan dia ingin menunjukkan kecemburuan jika itu memang adalah laki-laki."Perempuan Mas ...""Alhamdulillah kalau begitu," jawab Mas Hamdan puas.Usai menandaskan kopi di dalam cangkirnya, suamiku lantas bangkit dan menciumi pipi ini lalu berpamitan untuk pergi bekerja."Aku harus ke ruko pagi sekali karena ada beberapa paket kargo penting yang harus diawasi pengirimannya.""Iya, hati hati di jalan," jawabku. Karena waktu bergulir begitu cepat dan tidak terasa Ini sudah musim hujan lagi aku selalu tidak lupa untuk mengingatkan suami agar selalu membawa payung di dalam mobilnya."Bawa payung, aku tahu bahwa kau sangat sensitif terhadap cuaca dingin, jadi jangan bia
Usai membahas semua beban dan hal-hal yang selama ini menjadi usikan dalam pikiran Mas hamdan, akhirnya kami memilih untuk rehat membahas hal yang tidak diperlukan dan bersepakat untuk membuka lembaran baru di mana lembaran itu adalah lembaran yang benar-benar bersih dari segala noda masa lalu dan prasangka."Baiklah aku paham, lagi pula hal itu sudah terjadi di masa lalu dan tidak bisa diubah-ubah lagi. Masa depan adalah hal yang harus kita rancang dan usahakan agar lebih baik dari masa lalu. Lagi pula kita sudah begitu dewasa dan banyak belajar, kuharap semua kesalahan di masa lalu tidak terulang lagi.""Entah sudah berapa kali kamu mengatakan itu dan bodoh kalau aku terus menyia-nyiakan kesempatan," jawabnya sambil menyentuh punggung tanganku dengan penuh perasaan."Yang penting sekarang, berjanjilah padaku bahwa kau tidak akan melakukan kesalahan yang sama.""Aku berjanji,"balasnya sambil menatap mataku dengan penuh kesungguhan.*Selalu ada perasaan tenang dan damai, serta rasa p
Jadi Apakah uang 5 juta yang dipinjam Mas Hamdan dariku barusan akan dia berikan kepada adiknya bukan untuk menggaji karyawannya? Mengapa dia tidak jujur saja dia tidak perlu malu atau canggung karena aku juga sudah menganggap Ira seperti adik sendiri.Apakah hal ini adalah sesuatu yang pantas dirahasiakan dan tidak boleh diketahui orang lain? Namun Apa alasannya hingga mereka diam-diam saling membantu seperti ini. Mestinya mereka melakukannya dengan terang-terangan sehingga aku bisa memberi bantuan lebih banyak dan itupun dengan hati yang ikhlas."Baiklah akan ku tanyakan kepada Mas Hamdan begitu dia selesai dari kamar mandi," pikirku sambil mengembalikan ponsel ke atas meja lagi.*"Mas boleh aku bertanya?""Setiap kali kau ingin bertanya atau mengatakan sesuatu aku selalu berdebar karena kupikir itu akan jadi masalah yang serius," ujar Mas hamdan sambil membaringkan diri di sisiku, di sisi tumpukan uang yang sudah kupisahkan."Kenapa Ira harus meminjam uang darimu sebanyak 5 juta A