Sehari sebelum rapat penting itu, aku ingin mengajak Mama dan Adikku jalan-jalan ke tempat yang tidak pernah mereka datangi selama ini. Sesekali, sebagai anak dan kakak yang jahat ini, aku ingin membahagiakan keluarga kecilku.
"Kamu pulang jam berapa? Kakak nggak keluar kamar tadi malam, soalnya sibuk ngerjain beberapa dokumen penting," tanyaku pada adikku yang sedang menikmati sarapannya.
"Jam 10 kak! Seharusnya Stella sudah sampai jam setengah 9, tapi di jalan utama menuju rumah kita ada kecelakaan. Jadi pak supirnya ngambil jalur lain yang lumayan jauh," ujar Stella menjelaskan padaku.
"Hmm... kalau ada kelas malam lagi bilang ke Kakak. Biar Kakak aja nanti yang jemput kamu pulang. Jangan pulang pakai taksi dimalam hari! Kakak khawatir, kalau kamu kenapa-kenapa gimana? Kakak cuma punya kamu sama Mama, Stella!" Aku mengomelinya habis-habisan. Bagaimana aku tidak marah, mendengarnya pulang naik taksi jam 10 malam lewat jalan yang tidak biasa Adikku lewati.
"Iya kak maaf, tapi kalau kakak gabisa jemput gimana? Akhir-akhir ini kan kakak sibuk kerja," tanya Stella padaku tanpa berani menatap wajahku.
"Kakak punya banyak kenalan yang rumahnya dekat sekolah kamu. Kalau memang kakak gabisa jemput kamu, kakak bakal minta mereka ngantar kamu dengan jaminan selamat sampai ke rumah." Ku usap tangannya dengan lembut. Stella menatapku dengan tersenyum, lalu ku kedipkan sebelah mataku hingga membuatnya salah tingkah.
"Memakai baju rapi kayak gini mau kemana kak? Kudengar dari Mamah, bukannya kakak mulai masuk kerja besok?" tanya adikku dengan ekspresi kebingungan.
"Kakak mau ke kantor cabang sebentar. Mau ngambil dokumen yang ketinggalan kemaren," ujarku sambil berjalan menuju kamar. Langkahku terhenti sebentar, ada yang ingin kuberitahu pada adikku. "Oh iya, Stella. Kamu hari ini gausah sekolah, kakak udah minta izin ke guru kamu dan dia udah ngasih izinnya. Kakak pulang nanti jam 10, sebelum kakak datang kalian sudah harus siap. Jangan lupa pakai baju yang udah Kakak siapin dikamar kamu sama Mamah. KITA AKAN LIBURAN!" ucapku sambil menekan kalimat terakhir. Stella terlihat kaget, dia tersenyum dan langsung berlari memelukku. Setelah pelukan kami terlepas, aku ke kamar mengambil kunci mobil dan segera bergegas ke markas.
Aku sampai di Markas yang lumayan ramai dengan lalu-lalang oleh pekerja yang sedang bertugas. Sapaan dari para pekerja dan teman-teman membuatku lebih semangat untuk bekerja pagi ini.
"Pagi Nona, Olivia," sapa pekerja 1.
"Pagi Nona, semoga hari anda menyenangkan!" sapa pekerja 2.
Masih banyak lagi sapaan dari para pekerja lainnya. Mereka semua adalah orang kepercayaan Om Kevin, tapi mereka tidak bisa dipercayai begitu saja. Om Kevin menanam Bom Micro yang siap diledakkan kapan saja. Kata Om Kevin, penanaman tersebut dimaksudkan untuk meminimalisir para pekerja yang akan berkhianat. Jadi jika ada di antara mereka yang berkhianat, Om Kevin tinggal menekan tombol KLIK dan langsung BOOMMM.
Dari kejauhan, aku melihat dua orang yang sangat familiar bagiku. Mereka berdua adalah teman dekatku. Nama mereka adalah Julius Vincent dan Angelina Holist. Kami bertiga bekerja dalam satu tim, Julius bekerja sebagai hacker muda yang hebat dan jenius, sedangkan Angelina memiliki kemampuan memanipulasi lawan dengan kata-kata manisnya yang mempunyai unsur hipnotis.
"OLIVIAAAA...!" teriak mereka berdua. Aku melambai dan berlari kecil mendekati mereka.
"OLIVIA!" Julius berteriak padaku. "Kenapa nggak ngajak-ngajak? Kita bekerja dalam 1 tim, tapi kamu pergi sendiri ke Markas Utama Secret Scarlett! Padahal aku pengen banget lihat isi gedung mewah itu," keluh Julius padaku, aku menepuk bahunya dan terkekeh pelan.
"Selamat ya, Oliv! Jangan lupa bawa oleh-olehnya," ujar Angelina tersenyum sambil memperlihatkan giginya yang rapi dan bersih. Manusia yang satu ini memang tidak pernah lepas dari makanan, tapi bentuk badannya selalu terlihat ideal dan cantik.
Kami berjalan melewati lorong markas menuju ruangan rapat kami. Di sana kami berdiskusi tentang dokumen penting yang diberitahu Angelina satu minggu yang lalu.
"Tugas apa yang diberikan Om Kevin pada kita?" tanya ku serius pada kedua temanku. Julius menunjukkan beberapa foto padaku. Di layar monitor terlihat foto Dokumen, Flashdisk, dan Laptop dengan tulisan SECRET JC di atasnya.
"MHS Company, adalah perusahaan yang lumayan terkenal di Korea Selatan. Mr. Lee Kwang membayar kita untuk mengambil ketiga barang penting ini dari Perusahaan lawan, yaitu JC GROUP." Aku mengangguk memahami ucapan Angel. Lalu berpikir sejenak, yang kutahu perusahaan JC GROUP memiliki keamanan yang super ketat, sulit untuk masuk kesana tanpa bantuan orang dalam.
"Kapan Pemilik Perusahaan menginginkan ketiga barang ini ada ditangannya? Kalau dalam waktu singkat, aku rasa sulit untuk mengabulkan keinginan Mr. Lee!" ucapku sambil mengotak-atik keyboard laptop yang ada di hadapanku untuk mencari info tentang kedua perusahaan ini.
"Tidak! tidak! Kita punya waktu 2 bulan untuk memberikan ketiga barang ini padanya," jawab Julius dengan cepat.
"Hmm... Yang ku tahu, perusahaan JC GROUP memiliki keamanan sangat ketat dan berbahaya. Tanpa orang dalam kita akan sulit untuk memasuki wilayah perusahaan tersebut." ucapku menjelaskan pada Angel dan Julius. "Julius! Cari tahu tentang orang-orang yang dekat dengan CEO dari perusahaan JC, kalau bisa utamakan wanita muda!" pintaku pada Julius.
"Rencana apa yang ada di otak jeniusmu ini huh ?" tanya Angel sedikit tertawa. Aku memberikan senyuman licik padanya.
"Tugas kali ini tidak terlalu sulit. Julius dengan wajah tampannya ini akan menghubungi wanita yang akan jadi target kita, mereka akan berkencan ditempat yang lumayan ramai." Aku mengacak-acak wajah Julius sampai dia meringis.
"HEI HENTIKAN! Bagaimana kalau wajah ini nanti menjadi jelek. Bayangkan saja, nanti keluar berita OLIVIA D'ROSSA YANG TERKENAL JENIUS MENGGAGALKAN RENCANANYA SENDIRI KARENA MENGHANCURKAN WAJAH REKAN KERJANYA," ujar Julius sambil menekankan kalimat berita yang dibuatnya. Refleks aku langsung memukul mulutnya itu.
"HENTIKANNN!" teriak Angelina, kami berdua langsung diam mematung. "Julius sudah mendapatkan tugasnya. Sekarang giliranku, apa yang harus aku lakukan?" tanya Angel serius.
"Tugas kamu seperti biasa, keluarkan semua kalimat manis yang kamu punya. Kamu bakal bekerja sebagai pelayan disana. aku akan memberitahu lokasinya dan pakaian apa yang harus kau gunakan nanti. Kita masih punya waktu 1 bulan lebih, berliburlah jika kalian lelah. Oh ya untuk kamu Julius, kirimkan info beberapa target yang aku minta besok malam. Aku akan menganalisisnya lebih lanjut." Kujelaskan semuanya pada mereka sebelum aku pulang.
"Siap Nona Oliv!" ucap Julius tegas. Setelah itu kami tertawa bersama.
"Aku pulang dulu, sudah hampir jam 10. Aku ada janji mau ngajak jalan-jalan Mama dan Stella," ujarku izin pamit pada mereka.
"Punggung kamu emang kuat banget Oliv, aku salut sama kerja kerasmu selama ini," ujar Angel sambil menepuk pundakku lalu memelukku sebentar.
"Semangat Oliv!" ujar Julius tersenyum sambil memberiku semangat.
Aku tersenyum haru, lalu berterima kasih pada mereka sudah mau menjadi teman baikku. Mau dalam tim ataupun di luar tim, mereka memang yang terbaik. Aku pulang menggunakan mobil yang dikasih Om Kevin 1 tahun yang lalu. Sampai di rumah, aku segera mengajak mereka jalan-jalan.
Jika ada kesalah dalam penulisan, Author minta maaf yah ;) Have Fun ketika membaca :D IG : rdhrmy_027
Aku berjalan gelisah di dalam apartemen. Pagi itu terasa sangat berat setelah malam yang penuh ketegangan. Panggilan misterius, ancaman yang belum jelas, dan kenyataan bahwa seseorang mengawasi setiap gerakanku membuat dadaku sesak.Julius masih duduk di sofa dengan ekspresi serius, sedangkan Angel sedang menyeduh kopi di dapur. Aku tahu mereka berusaha tetap tenang, tetapi aku bisa merasakan ketegangan yang menggantung di antara kami."Julius, apakah kamu yakin bahwa ini ada hubungannya dengan Om Kevin? " tanyaku pelan, duduk di seberang Julius, suaraku penuh kegelisahan.Ia menghela napas panjang sebelum menjawab, "Aku tidak tahu dengan pasti, Oliv. Tetapi yang jelas, seseorang ingin membuatmu takut. Mereka ingin kamu menyadari bahwa kamu sedang diawasi," katanya dengan nada yang waspada.Aku meremas jemariku sendiri, mencoba menenangkan diri. "Jadi, apa langkah kita selanjutnya? " tanyaku dengan nada penuh harap.Angel meletakkan tiga cangkir kopi di meja dan duduk di sampingku. "Ji
Di sebuah malam yang gelap di kota New York, Aku sedang duduk sendiri di kamar yang tenangnya sesak oleh kesunyian. Om Kevin, yang biasanya selalu ada di sampingku, tiba-tiba pergi lima hari yang lalu. Aku merasa rindu dan cemas, tetapi ada hal lain yang juga mengganjal hatinya.Setelah terror kotak makanan tadi siang, Aku dan kedua sahabatku saling menguatkan satu sama lain. Julius yang menyadari kejanggalan ini menyimpan banyak pertanyaan di kepalanya. Tentang apa yang terjadi padaku dan ada urusan apa yang dilakukan Om kevin sampai mengabaikan pesan darikuKetika malam semakin larut, Aku mendengar suara lonceng ponselku berdering. Ketegangan menaungi ruangan saat Aku melihat layar ponselku menunjukkan panggilan masuk tanpa nomor pengenal. Perasaan waspada memenuhi pikirannya, tapi penasaran dengan kemungkinan pesan dari Om Kevin membuatku menekan tombol untuk mengangkat panggilan tersebut."Hello," sapaku dengan suara ragu.Namun, jawaban yang diterima hanya suara bising yang tak je
Hari ini tepat lima hari Om Kevin meninggalkan aku bersama dua orang yang semakin hari semakin menyebalkan. Udara pagi New York yang sangat dingin membuatku enggan untuk keluar kamar dan menemui kedua sahabatku. Tapi entah kenapa satu malam ini perasaanku benar-benar tak karuan. Penyebabnya bukan hanya aku rindu Om Kevin, tapi ada hal lain juga yang mengganjal hatiku.*Ting Tong* bell berbunyi, aku yang mendengar bell di tekan hanya diam dan tidak peduli tentang siapa yang menekan tombol tersebut. Aku ingat pesan Om Kevin, tentang jangan membukakan pintu untuk siapapun kecuali untuk dirinya."Oliv! apa kamu memesan makanan Online?" tanya Angel dari balik pintu kamar."Aku tidak memesan makanan apapun, Angel! Stok makanan kita saja masih banyak di dalam kulkas, mana mungkin aku begitu boros untuk memesan makanan Online," jawabku yang berjalan ke arah pintu kamar dan membukakannya untuk Angel.Aku dan angel yang sibuk bertanya-tanya siapa yang memesan makanan Online sama-sama melirik ke
*POV Kevin Pranata Agraha*Empat hari setelah pergi meninggalkan Oliv. Pagi itu bertepatan di kediaman Kevin, sebuah keributan besar terjadi di rumah itu."Tak akan kubiarkan hak asuh Jessi jatuh ke tanganmu!" teriak seorang Pria yang terkenal dengan sifat dinginnya. Ia memeluk erat anak perempuan semata wayangnya itu."Aku mohon, Kevin! Tolong berikan hak asuk Jessi padaku. Aku berjanji padamu akan merawat Jessi dengan sebaik mungkin," ucap wanita yang sudah tidak punya urat malu itu."Plak." Satu pukulan melayang ke pipi yang sudah mengkhianati laki-laki itu."Sadar dengan ucapan mu Grace! Atas dengan alasan apa aku harus memberikan hak asuh Jessi kepadamu? Selama lima tahun aku merawat Jessi sendirian tanpa ada sedikitpun kontribusi dari Ibunya! Sekarang, kamu datang dengan muka busukmu itu untuk meminta hak asuk Jessi? Dimana rasa malumu Grace?" cercah Kevin habis-habisan menghantam Grace dengan kata-kata tajamnya."Aku mohon padamu Kevin, berikan aku satu kali kesempatan untuk mer
"Prankkk!" sebuah barang jatuh dari dapur. "Juliuss!" teriak Angelina bersamaan dengan barang jatuh itu. Jam sudah menunjukkan pukul 10 pagi. Dua orang tamu yang baru datang tadi malam sedang membuat keributan di dapur. Aku yang masih menikmati waktu tidurku ikut terganggu mendengar keributan itu. "Mereka kenapa sih?" tanyaku sambil berusaha membuka mata yang kini terasa berat. Setelah mengumpulkan nyawa, aku berjalan ke arah cermin untuk melihat wajahku terutama di area mata. "Benar-benar sembab, apa mereka melihatnya?" gumamku dengan perasaan takut. Aku segera ke kamar mandi untuk membersihkan badan dan merelaksasikan tubuhku yang mulai kelelahan. Selesai mandi aku memakai beberapa rangkaian perawatan kulit untuk menutrisi kulit dan juga mengurangi sembab yang ada di mataku. Kamar hotel yang aku tempati lumayan luas, aku tinggal di lantai 20 yang bertema VVIP yang hanya berisi enam kamar. Satu kamar sudah memiliki fasilitas lengkap, seperti ruang tamu dengan kursi yang bisa
Setelah di tinggal oleh Om Kevin, aku menghabiskan kesendirianku hanya dengan main game, menonton film, makan-makan dan masih banyak lagi. "Sekarang apa yang harus aku lakukan?" Bertanya pada diriku sendiri. Aku kembali duduk di balkon sambil menikmati angin dan matahari sore. Pemandangan yang indah jika dinikmati bersama orang yang menyayangimu. "Sekarang aku benar-benar kesepian," ucapku dengan kembali membuka game buatan Stella. Sebelum login game, seseorang tanpa nama mengirim pesan private kepadaku. "Aku akan balas dendam padamu!" "Tak akan kubiarkan kamu hidup tenang!" "Kamu akan mati di tanganku!" Tulisnya dalam pesan terkunci itu. Aku yang lebih mementingkan kesepianku hanya tersenyum tipis melihat pesan itu. "Mau aku mati di tanganmu atau di tangan orang lain, siapa yang akan peduli tentang kematianku!" gumamku dalam hati sambil meneruskan permainan yang sejak tadi menunggu dimainkan. ***Dua hari kemudian*** *Ting, ting, ting* bel pintu terus berbunyi. Aku yang s