Tampak sepasang suami istri kini sedang menikmati indahnya bentang laut di negara tetangga. Lebih tepatnya di mereka berada di Phuket, Thailand.
Sesuai apa yang Alvin bicarakan kemarin, jika hari ini dirinya akan pergi honeymoon bersama Nayla di Thailand dan sekarang mereka sudah menginjakkan kedua kaki mereka di tempat yang indah ini.
Setelah turun dari pesawat, Alvin langsung saja membawa Nayla menuju hotel yang akan mereka tinggali dalam beberapa hari. Senyum dari bibirnya tak henti- hentinya merekah di sepanjang jalan perjalanan mereka hari ini. Bahkan lengan panjangnya nyaris selalu menempel pada lekukan tubuh milik istri sahnya itu.
Hal itu tak berbeda jauh dengan apa yang Nayla rasanya, meskipun pada awalnya ia merasa ragu dengan perasaan Alvin. Namun kini hatinya benar- benar menghangat dengan segala perlakuan manis yang suaminya berikan untuknya. Ribuan kupu- kupu seakan terbang melayang dari rongga- rongga hatinya.
"Bagai
Setelah menghabiskan waktu selama beberapa hari di Phuket, Alvin dan Nayla memutuskan untuk pergi Bangkok. Jalan- jalan sekaligus ingin membelikan buah tangan pada keluarga mereka di Jakarta. Saat ini Alvin dan Nayla sedang berada di sebuah restoran di Bangkok, setelah mengunjungi beberapa tempat seperti Wat Arun (Wisata Kuil Fajar) dan Royal Grand Palace mereka memutuskan untuk mengisi perut mereka dengan makan siang.Kini sepasang suami istri itu tampak sedang menikmati hidangan yang tersaji dari salah satu restoran mewah di Bangkok ini. Mereka berdua tampak bahagia dimana Alvin selalu menaruh perhatian yang memabukkan pada istrinya itu. Tak jarang mereka saling menyuapi disertai dengan obrolan- obrolan ringan diantara keduanya."Sayang!" panggil Alvin pelan. Nayla pun langsung menolehkan kepalanya untuk menghadap sang suami."Ya," balas Nayla dan melihat raut wajah Alvin tampak gelisah."Aku ke kamar mand
Nayla sedari tadi memanggil Alvin untuk kesekaliam kalian. Namun suaminyanya itu masih tak menanggapinya sama sekali. Apa yang sedang dipikirkan oleh suaminya itu."Vin,""Vin,""Alvin!" gertak Nayla pada akhirnya. Hingga membuat Alvin terlonjak kaget dari duduknya.Alvin pun segera menoleh pada istrinya yang kini tampak menatapnya dengan kesal "Ahh yaa! Ada apa ? Kau baik- baik saja?" ujar Alvin menatap raut muka istrinya dengan gugup.Nayla berdecak kesal "Aku baik- baik saja, tapi kau yang terlihat tak baik- baik saja," ujar wanita itu dengan menaikkan salah satu alisnya."Aku?" beo Alvin, berpura- pura tak mengerti dengan apa yang dikatakan istrinya. Meskipun pada kenyataannya istrinya benar 100% adanya jika ia sedang tidak baik- baik saja termasuk hatinya yang kini terasa terbelah dua."Ya, kau!" tunjuk Nayla dengan menggunakan dagunya. Nayla menggeser dudukn
"Apa ini yang kau bilang menemui rekan kerjamu Tuan Alvin Edward Kim?" ujar Nayla dengan nada dinginnya.Layaknya dijatuhi sebuah bom nuklir, Alvin benar- benar terkejut melihat istri sahnya itu kini tengah berdiri disampingnya dan menatap dirinya dengan guratan mata penuh kekecewaan."Sa.. Sayang," suara Alvin terasa tercekat kali ini.Hatinya mendadak hancur ketika mata bulat miliknya melihat sebulir air mata jatuh dari mata cantik milik istrinya itu.Nayla mencengkram lengan Alvin dengan begitu kuat. Sungguh hatinya serasa remuk kali ini. Dibohongi oleh sang suami yang pada kenyataannya sedang berkencan dengan mantan kekasihnya di perjalanan bulan madu mereka. Sungguh miris sekali nasibnya kini.Nayla menghempaskan lengan Alvin dengan kasar, memutar balik tubuhnya untuk pergi. Meninggalkan manusia- manusia tak punya perasaan yang telah menghancurkan hatinya.Melihat istrinya melangkah
Kenapa anda bisa pulang sendiri Nyonya? Dimana Tuan Alvin," ujar Bibi Yu yang melihat Nayla turun dari mobil dan diantar oleh Sekretaris Han."Dia masih ada keperluan disana Bi, jadi aku pulang lebih dulu," ujar Nayla dengan masih mencoba tersenyum tipis meskipun hatinya teriris.Bibi Yun hanya mengangguk- anggukkan kepalanya paham, lalu segera membantu Nayla untuk membawa kopernya masuk. Meskipun ia merasa ada yang janggal karena Nyonya Mudanya tampak pucat bahkan tumben sekali memakai kacamata hitam.Setelah sampai dikamar, Nayla melepas kacamata hitam miliknya, ia menatap kearah cermin. Kedua matanya tampak bengkak, karna memang sepanjang perjalanan masih seringkali ia meneteskan air mata.Meletakkan kacamatanya lalu mulai merebahkan tubuhnya diatas ranjang. Mencoba memejamkan matanya sejenak untuk beristirahat karna tubuhnya terasa lelah, namun beberapa menit kemudian hal yang dilakukannya sia- sia. Bukannya b
Nayla saat ini tengah menyiapkan sarapan untuk suaminya itu. Memang beberapa hari yang lalu mereka masih terlihat canggung. Namun Nayla berusaha untuk kembali mempercayai suaminya.Dirinya hanya mencoba mempertahankan apa yang ia miliki saat ini, termasuk hati Alvin. Bukannya ia bodoh, tapi ia hanya mencoba bertahan dan memperbaiki rumah tangganya akibat sebuah goncangan. Bukahkah itu jauh lebih terlihat keren daripada terus menerus menangis dan menyerah pada keadaan?Nayla mulai membuka pintu kamarnya"Cepatlah turun, aku sudah menyiapkan sara-.." ucapannya terhenti ketika iris matanya melihat sang suami sedang berkaca di depan cermin dengan menggunakan setelan jas yang sangat familiar di matanya."Oh, kenapa kau bisa memakainya ?" ucap Nayla saat ia melihat Alvin tengah memakai setelan jas yang ia beli saat di Thailand waktu itu.Alvin yang istrinya sedang melihat dirinya di depan pintu pun segera m
"Apa yang kau lakukan Yenata!!!!" pekik Alvin dengan marah saat ia telah berhasil me merampas pisau yang akan digunakan Yenata untuk menggores pergelangan tangannya.Mendengar teriakan Alvin, Yenata pun tak kuasa menopang berat tubuhnya dan kini terduduk di lantai dengan terisak."Biarkan aku mati Alvin!! Toh apa gunanya aku hidup jika kau mengabaikanku!" ujar wanita itu terdengar pilu bahkan ia mengabaikan rasa sakit yang ada di pergelangan tangannya.Melihat Yenata yang begitu rapuh dan menangis pilu seperti itu membuat hati Alvin kembali melunak. Ia juga merasakan sakit ketika wanita yang dulu sempat mengisi hari- harinya kini sedang terisak hebat didepannya."Kumohon tenanglah Yenata!" ujar Alvin sambil membawa Yenata kedalam dekapannya. Mengusap punggung wanita itu dengan pelan mencoba menenangkan."Aku mencintaimu Alvin! Aku benar- benar mencintaimu," cicit Yenata berkali- kali mengutarakan perasaannya. 
Sepasang suami istri kini sedang duduk berdampingan di sebuah rumah mewah sembari menikmati sarapan mereka.Pasangan itu tampak harmonis, karna sesekali sang pria memberikan perhatian- perhatian manis hingga membuat semburat merah dari pipi wanita cantik yang duduk disebelahnya itu."Vin, antarkan aku ke rumah ayah ya. Aku rindu," ujar Nayla disertai dengan puppy eyesnya yang begitu menggemaskan dan sengaja dikedip- kedip kan, membuat sang suami pun tak kuasa untuk sekedar menjawab tidak."Siap istriku tersayang, aku pasti akan mengantarmu kemanapun kau pergi," balas Alvin dengan senyum tipisnya.Nayla yang mendengarnya pun tentu saja tersenyum senang, tanpa sadar mengaitkan lengannya pada sang suami dan mengecup pipi milik prianya.CupNaylamengecup sekilas pipi Alvin dan kembali berucap "Baiklah aku akan bersiap- siap dulu dan membawakan ayah beberapa bekal," ujar wanita cantik it
"Kau itu meeting apa pergi berkencan, perlu waktu selama itu Presdir Alvin!!" ucap Nayla dengan begitu kesal pada suaminya.DEGSerasa tertangkap basah perbuatan brengseknya, mendadak hati Alvin mulai diliputi kegelisahan. Meskipun Nayla hanya sekedar asal bicara namun itu sudah bagaikan ranjau untuknya.Alvin melangkah berjalan mendekat pada istrinya yang kini sedang memberengut kesal sambil melipat tangan di depan dada.Alvin mengikis jarak diantara mereka. Dan merangkul istrinya itu membawanya dalam dekapannya."Maafkan aku sayang, memang ada beberapa hal yang benar- benar perlu kita bahas," ujar pria itu setenang mungkin meskipun jantungnya berdetak tak karuan rasanya.Nayla memutar bola matanya malas, mendorong tubuh suaminya itu menjauh."Aku meneleponmu berkali- kali Vin!" kesal Nayla dan mulai berjalan meninggalkan suaminya yang kini menatapnya denga