Share

07 . Merantau

last update Last Updated: 2021-08-17 11:00:29

"Timah akan seperti tanah, kalau berada di tempatnya. Kayu cendana pun hanya akan seperti kayu bakar, bila menetap di tanah."

                                         ***********

Merantaulah

Orang berilmu dan beradab tidak tinggal beristirahat di kampung halaman.

Tinggalkan negerimu dan hidup asing di negeri orang.

Merantaulah

Kau akan mendapatkan pengganti dari orang-orang yang ditinggalkan ( kerabat dan kawan )

Berlelah-lelahlah, manisnya hidup terasa setelah lelah berjuang.

Aku melihat udara menjadi rusak karena diam terputus

Jika mengalir menjadi jernih, jika tidak, akan menggenang menjadi keruh.

Singa jika tak keluar dari sarang , tak akan mendapat mangsa.

Anak panah jika tak ditinggalkan busur, tak akan kena sasaran.

Jika matahari di orbitnya tak bergherak dan terus terdiam.

Tentu manusia bosan dengan pemandangan memandang.

Bijih emas tad ada bedanya dengan tanah biasa ditempatnmya ( sebelumnya ditambang )

Kayu gaharu tak ubahnya seperti kayu biasa jika didalam hutan.

Jika gaharu itu keluar dari hutan, ia menjadi parfum yang nilainya tinggi.

Jika bikih memisahkan diri ( dari tanah ) barulah dihargai sebagai emas murni.

Merantaulah

Orang berilmu dan beradab tidak tinggal beristirahat di kampung halaman.

Tinggalkan negerimu dan hidup asing di negeri orang.

( sumber : Diwan al-Imam asy-Syafii, Set. Syirkah al-Arqam bin Abi al-Arqam, Beirut hal 39 )

Wei Fangying tampak menyimak sebuah syair indah yang di bacakan oleh seorang pria berwajah teduh yang sedang berkumpul dengan beberapa orang temannya di salah satu sudut Marina Bay. Mereka tampak asik dengan kelompoknya sendiri tanpa menghiraukan orang-orang yang berlalu lalang di sekitar mereka.

Syair yang didengarnya sangat menyentuh hati, syair tentang merantau meninggalkan tanah leluhur pergi kenegeri jauh yang belum pernah dia kunjungi.

Waktu memang berjalan sangat cepat tanpa ada jeda bagi orang yang benar-benar memanfaatkannya. Namun berbeda dengan si pemalas yang merasa waktu berjalan sangat lambat dan membosankan.

Tak terasa satu tahun dilewati tuan muda Wei dengan kerja keras, bisnis budidaya mangot dengan tuan Chen dan Derek pun berjalan dengan baik. Walau belum mendapat hasil yang besar tapi Wei Fangying yakin bisnis yang terlihat tak bernilai itu akan memperlihatkan angka-angka fantastis satu hari nanti.

Wei Fangying yang masih asik melamun, tiba-tiba tersadar dengan seseorang yang menepuk pelan bahunya. Wei Fangying menoleh dan mendapati paman Wong sudah duduk disebelahnya. Selama tinggal di Singapura, Fangying juga Wong Lu Yue belajar bahasa Indonesia dari para Tenaga Kerja Indonesia yang menjadi pelanggan kedai Laksa kakak sepupunya, Yupan.

Sehingga sedikit-sedikit pria itu bisa berbicara dengan menggunakan bahasa Indonesia dan mengerti artinya walau masih dalam tahap belajat, seperti halnya syair yang dibaca oleh pria berwajah teduh didepannya. Sepertinya pria itu pemimpin di kelompoknya.

"Saya pikir kamu sudah kembali ke flat, ternyata masih disini." Wong terus berceloteh sementara Fanbying masih memusatkan pandangannya ke arah kelompok pria berwajah teduh itu. Wong Lu Yue yang merasa tak ada respon dari pria teman duduknya ini pun menoleh."Apa yang kamu lihat?Apa dia seorang gadis cantik dan seksi?"

"Tidak ada gadis seksi yang bisa aku lihat. Karena kedua mataku kabur untuk melihat mereka."

Wong Lu Yue jelas saja tertawa, pria itu lalu melanjutkan perkataannya,"Lantas apa yang membuatmu duduk serius disini."

"Aku sedang mendengarkan syair indah yang dibaca oleh pria didepan itu." Tunjuk Fangying dengan dagunya dan Wong Lu Yue pun mengikuti arah yang ditunjuk oleh majikan mudanya ini.

"Lalu paman sendiri, ngapain kesini? bukannya paman harus pergi berbelanja dengan kak Mei mei."

Wong Lu Yue meringis mendengar kata paman dari mulut Fangying."Tuan muda, saya sudah pernah bilang. Jangan panggil aku paman, usia kita hanya selisih satu tahun. Aku merasa jadi lebih tua dengan sebutan paman."

Fangying menyebik mendengar perkataan Wong Lu Yue,"Aku hanya menghormatimu karena urutan. Kamu adalah putra bungsu dari kakek Wong, jadi wajar kalau aku memanggilmu paman."

"Tapi panggilan paman itu, hanya berlaku saat berada di dalam keluarga saja. Aku benar-benar merasa tua dengan sebutan itu."

Wei Fangying mendengus walau dalam hati dia membenarkan perkataan sahabatnya ini,"Lantas kamu mau dipanggil apa? Gege , Oppa atau sayang."

"Aku tak selebai itu. Panggil nama saja, itu lebih cocok buatku."

"Baik, aku akan memanggilmu nama. Tapi kamu juga membuang kata tuan muda saat memanggilku. Karena aku merasa seperti putra mahkota dari seorang tuan tanah."

"Tapi kenyataannya kamu itu memang putra mahkota keluarga Wei. Dan itu tak bisa di pungkiri."

"Biarlah itu jadi masa laluku. Masaku yang sekarang adalah kerja kerasku sendiri."

"Baik-baik, dan aku akan mengikutimu. Kemana kamu pergi."

"Ahh ... kamu memberatkan langkahku saja."

Wong Lu Yue merangkul bahu Fangying,"Hei bung percaya diri. Kamu tanpa aku itu seperti lilin tanpa api. Dia hanya berdiri dalam gelap tanpa bisa bersinar."

"Apa aku harus mengucap terima kasih?"

"Tidak perlu, karena aku baik hati."

Kembali Wong Fangying menyebik , tapi benar baginya sahabatnya ini memiliki arti tersendiri dalam perjuangan hidupnya. Wong dengan setia menemaninya baik ketika dia merana maupun tertawa.

"Ayo pulang. Kak Mei Mei memasak makan enak malam ini. Bebek Peking dan kue beras kesukaanmu." ajak Wong sembrai berdiri.

Dan mereka pun meninggalkan patung ikan berkepala singa yang menjadi icon dari Marina Bay.  Kembali ke flat milik Yupan untuk makan malam.

*******

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • MAS FAIMO BAKUL TEMPE   26 . Rencana Jodoh Fai Mo

    Sejak lamarannya di tolak dan sejak dirinya memantapkan diri untuk mengadu nasib di Surabaya. Fai Mo tidak ada terlihat menjalin hubungan dengan seorang wanita. Waktunya di habiskan untuk mencari uang melalui tempe buatannya. Dia ingin memiliki bisnis sendiri tanpa bayang-bayang bisnis keluarga Wei Jun yang sudah membesarkannya selama ini. "Aku titipkan dia. Lanjutkan perjuanganku 'tuknyaBahagiakan dia, kau sayangi dia. Seperti ku menyayanginya." "Kan kuikhlaskan dia. Tak pantas ku bersanding dengannya 'Kan kuterima dengan lapang dada. Aku bukan jodohnya." Suara bariton milik Buntario terdengar di iringi petikan gitar pria itu. Sementara Fai Mo tampak tengah mengobrol melalui sambungan jarak jauh dengan adiknya Wu Nian dengan posisi rebahan di atas tikar dan hanya memakai celana pendek tanpa atasan, karena cuaca hari ini memang cukup terik.

  • MAS FAIMO BAKUL TEMPE   25 . Loss Doll

    "Hasil tidaklah membohongi atas usaha yang di keluarkan. Karena setiap usaha pasti mengharapkan hasil yang baik bukan sebaliknya."***Wei Fang Ying alias Fai Mo bertekad akan memajukan usahanya sendiri. Pria itu tak mengenal kata menyerah. Menempati rumah berlantai dua yang tidak terlalu besar, Fai Mo ditemani Buntario memulai hidupnya di kota Pahlawan Surabaya.Tetap membuat dan menjual tempe, Fai Mo memulai perjalanan hidupnya di kota besar ini. Memiliki tetangga yang sangat baik di kampung biluh membuat Fai Mo kerasan dan bisa membaur dengan mereka."Mas Fai Mo! besok saya pesan tempe yang bundar sepuluh ya!"pesan Bu Sulastri tetangga kampung sebelah yang menjadi pelanggan tetapnya."Wehh ...! lagi banyak pesanan kripik tempenya, ya Bu!"tanya Fai Mo seraya menurunkan tempe pesanan bu Sulastri yang memiliki usaha kripik tempe."Alhamdulillah! lancar, mas. Mereka suka kripik tempenya karena bahan bakunya sendiri juga sudah enak. Sampeyan p

  • MAS FAIMO BAKUL TEMPE   24 . Bercocok Tanam

    "Tidak ada kesuksesan tanpa kerja keras dan tidak ada kesulitan tanpa adanya kemudahan. Karena Tuhan Maha Tahu akan apa yang terbaik untuk umatnya." ***** Wei Feng Ying alias Fai Mo semakin serius dengan usahanya untuk bisa menadiri dari bisnis di bidang kuliner yaitu membuat tempe. Jenis makanan yang sama sekali janggal ditelinga karena di negara asalnya, makanan ini tidak ada. Yang Fai Mo tahu hanya tauco, yaitu fermentasi kacang kedelai uang di gunakan untuk bahan campuran masakan. Dan Fai Mo yang merasa usianya semakin bertambah, dia pun berkeinginan untuk memiliki kekasih dan menikahinya satu hari nanti. Dan pilihannya jatuh pada Wulansari. Gadis berparas ayu dan berasal dari keluarga yang cukup berada. Pertemuan mereka bermula pada saat Fai Mo mengantar pesanan tempe di salah satu warung makan yang ternyata milik budenya Wulan. Dari hanya saling pandang, dan berkat bantuan Buntario yang ternyata teman sekelas Wulan sewaktu SMP. Fai Mo b

  • MAS FAIMO BAKUL TEMPE   23 . Khitan

    "Bila sudah cinta tak perlu kau bertanya lagi apa alasannya kenapa saling cinta, karena cinta tak butuh sebuah alasan tapi dia butuh sebuah tindakan."******Fai Mo juga Buntario saling berpandangan seolah saling meminta pendapat atas permasalahan teman mereka ini. Sementara Karsan lebih tertarik dengan obrolan bisnis jamur merang dengan salah satu tetangga Sherly dan Wong Li Yue yang sudah bergerilya mengabsen menu jamuan tasyakuran ini."Apa hal ini sudah kamu bicarakan dengan Ardian?""Belum sih, Fai. Aku masih ragu.""Ragu kenapa? Soal status pernikahanmu?"Sherly mengangguk dan kembali berkata dengan lirih,"Iya, itu rasanya kok mengganjal sekali.""Setahu Aku, yo Mbak! Bila seorang pria sudah mencintai seorang wanita, dia tidak perduli dengan status apapun wanita itu. Dan Aku yakin, Ardian sudah memikirkan hal tersebut. Ada baiknya kamu bicarakan ini sama dia, biar enak ke depannya.""Bener itu, Aku setuju dengan pendapat

  • MAS FAIMO BAKUL TEMPE   22 . Sherly

    "Teman sejati itu akan selalu ada di hati bukan saja selalu ada di sisi. Tak pernah pergi walau disuruh pergi, tetap memberi tanpa pernah harap kembali."*******Sabtu ini Fai Mo beserta ketiga temennya berencana mengunjungi Sherly di Sumber Manjing, Malang. Memenuhi undangan wanita itu dalam tasyakuran anaknya yang baru saja di khitan.Dengan meminjam mobil milik kang Tarno kakak iparnya Karsan mereka pun pergi ke Malang dan berencana akan menginap di rumah mas Andri, anak bapak pemilik warung makan di stasiun Kota Baru Malang."Mbak Sherly ini beneran janda, Mo?"tanya Karsan penuh rasa penasaran saat mendengar cerita tentang Sely dari Buntario dan Wong Lu Yue.Fai Mo jelas menggeleng menjawab pertanyaan Karsa sembari tetap fokus menyetir."Saya ndak tahu pastinya, tapi kalau dari ceritanya mbak Sherly sendiri sih statusnya janda anak satu.""Kira-kira, dia mau ndak ya sama saya?"Fai Mo mengangkat kedua bahu

  • MAS FAIMO BAKUL TEMPE   21 . Kedelai Bukan Keledai

    "Tidak ada satu usaha pun yang tak memiliki hasil. Hanya seorang pemalas saja yang mengatakan setiap usaha itu hanya sia-sia karena dia tak pernah mengerjakannya."*********Hidup sederhana di desa, dengan peralatan yang apa adanya dijalani Wei Fangying yang sekarang memiliki nama baru pemberian simbok angkatnya yaitu Fai Mo. Jauh memang dari nama aslinya, tapi Fai Mo sangat menyukai nama pemberian dari orang-orang yang menerimanya dengan tulus. Mereka tak ada yang menanyakan asal usul keluarganya, tak juga bertanya status sosialnya. Mereka menerima Fai Mo dengan mereka yang terbuka lebar.Mengawali kehidupan penuh perjuangan membuat Fai Mo semakin menyadari bahwa selama ini dirinya terlalu terlena dengan kehidupan serba ada ala keluarga Wei yang terkenal sebagai pengusaha sangat sukses.Dan dirinya sangat bersyukur memiliki seorang kakek Wei Jun yang sangat tegas dalam mendidiknya. Sejak kecil sang kakek kerab memintanya untuk men

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status