Share

Kejutan

Author: AlvinaMawar
last update Last Updated: 2022-02-24 13:41:08

Degh. 

Dzakira meminta uang empat puluh juta yang aku janjikan. Bagaimana ini? Aku sama sekali tidak bisa membayarnya. Untuk makan saja pastinya aku sangat tak mampu karena sekarang aku bukan lagi suami Amira. Untuk membayar hutang kepadanya, rasanya aku tidak mampu.

''Nanti ya, Sayang, aku janji akan membayarnya, kamu tenang saja,'' ungkapku sembari tersenyum.

 

''Kapan mau membayarnya? Aku tidak mau sampai kamu berlama-lama menunggu tak membayarnya. Apa jangan-jangan kamu diusir lagi oleh Amira?'' sangka Dzakira membuat dadaku berdebar. 

 

''Aku sama sekali tidak diusir oleh Amira, kebetulan tadi sesaat aku pulang ke rumah Amira meminta aku untuk menjaga rumah karena ia dan kedua orang tuanya akan berangkat ke luar negeri menjalankan bisnis. Daripada aku hanya berdiam diri di rumah lebih baik aku tinggal bersama kamu saja di apartemen, boleh 'kan? Dan untuk uang empat puluh juta, kamu tenang saja Dzakira aku pasti akan segera menggantinya. Kamu tidak usah khawatir, kapan juga aku berbohong kepadamu,'' jelasku berkata, untuk kali ini aku terpaksa berbohong kepadanya. Jika tidak, Dzakira tidak akan percaya dengan ucapanku.

 

''Oke, aku percaya kamu. Tapi awas saja jika kamu berbohong, aku tidak mau lagi bersama kamu,'' ucapnya mengancam. 

 

''Iya, Sayang.'' Aku tersenyum, lalu memegang pergelangan tangannya.

 

Dzakira kembali fokus menyetir, nampaknya ia percaya dengan ucapanku. Walaupun pastinya dari hati kecil ia terpaksa mempercayai tapi aku yakin, Dzakira masih memiliki hati tak mau melihatku sengsera. Namun, entah kenapa aku merasa kesal dengan ucapannya barusan, Dzakira mengungkapan perjanjian yang sebelumnya sudah kami sepakati, hatiku merasa tak tenang, jika ia mengetahui bahwa aku sudah tak lagi memiliki harta berlimpah, ia pasti akan mengusir dan tak mau lagi berhubungan denganku.

 

Aku menghela nafas dan melupakan fikiran yang sedang terlintas di benak. Aku tak mau kekhawatiranku malah menjadi nyata. 

 

Tanpa terasa, pada akhirnya mobil yang dikendarai oleh Dzakira telah tiba dan sudah mendarat di halaman apartemen. Dengan perlahan, wanita yang tengah duduk di sampingku memarkirkan mobilnya, setelah itu ia keluar begitu pun denganku.

 

Kami berdua langsung melangkah, Dzakira memeluk lenganku seakan-akan kami adalah pasangan halal yang barusaja menikah. Dia melempar senyum kepada siapapun yang lewat dihadapan kami. Perlahan, kami menaiki lift dan menekan nomer di angka 50. Betul saja, ternyata apartemen Dzakira ada di paling atas. Ini untuk pertama kalinya aku datang ke tempat tinggalnya saat ini.

 

Sesaat sampai, Dzakira langsung mendekatkan kartu ke arah pintu. Lalu tak lama kemudian, pintu pun terbuka. Benar-benar canggih, hanya dengan kartu, pintu bisa terbuka secara otomatis. Kami berdua pun langsung masuk. Suasana kamar terlihat mewah, udara dingin menyerap ke setiap penjuru ruangan. Dengan cepat, aku duduk di ranjang tempat tidurnya dan merebahkan tubuhku di sana. 

 

''Sayang, sekarang kita lakukan lagi yuk, tadi 'kan kita belum sampai tuntas, apakah kamu mau?'' tanya Dzakira menggoda. Dia duduk bersebelahan denganku.

 

[Ini perempuan kok gatel ya, gampang sekali gairah. Padahal kedatanganku ke sini hanya untuk beristirahat dan tinggal bersamanya. Belum juga beristirahat sudah diganggu.] Aku menggerutu kesal di dalam hati melihat aksi ganas Dzakira.

 

''Nanti malam saja ya, aku capek sekarang. Pengen istirahat.'' Aku menolak secara halus. Dzakira terlihat memendam kekesalan.

 

''Ah, kamu aneh. Ya sudah, jika mau beristirahat boleh saja. Kalau begitu, aku mau shopping untuk membeli perlengkapan aksesorisku dan pengen beli pakaian baru. Sekarang aku minta dua puluh juta,'' ucapnya tersenyum sembari meminta mengulurkan tangan. Aku heran sekali dengannya, Dzakira sangat matrealistis sekali. Bisa-bisanya aku memiliki wanita seperti dirinya.

 

''Kamu ini kenapa sih hobi shopping terus padahal pakaian sama tasmu itu sangat banyak dan mahal-mahal apa belum puas membeli barang-barang yang tak berguna seperti itu?'' sentakku padanya.

 

''Aku sudah bosen memakai barang-barang itu, Sayang. Mengerti dong aku ingin membeli barang baru. Kamu kenapa jadi pelit seperti ini, aku tidak suka ah,'' rengek Dzakira kembali. Rasanya aku ingin sekali menyumpil mulutnya supaya tidak terus-terusan meminta barang branded. Lebih baik, nanti aku jual satu persatu barang yang Dzakira miliki untuk menghidupiku.

 

''Iya, nanti ya, aku mau istirahat dulu. Setelah bangun tidur aku janji akan langsung memberikan uangnya padamu. Jadi sekarang kamu jangan ganggu dan biarkan aku beristirahat sejenak,'' ucapku berjanji. Padahal aku hanya berbohong, lagipula aku tidak akan memberinya.

 

''Ah, kamu kebangetan. Malas aku, lebih baik jangan beristirahat di sini. Kamu berbohong.'' Dzakira mengusirku dan menyangka aku berbohong. 

 

''Sayang, aku hanya minta kamu bersabar. Aku ingin istirahat terlebih dahulu. Setelah itu, kamu boleh sepuasnya berbelanja. Jangan mengusir aku.'' Aku berucap dengan nada marah, kecewa atas sikaf yang dilakukan olehnya. Sama sekali tidak menyangka, sejak dahulu Dzakira selalu seperti itu.

 

Dzakira menarik nafas kasar, ia mengerutkan dahi dan menatapku dengan tatapan tajam seakan-akan hendak menerkamku hidup-hidup. Tak lama kemudian, Dzakira berlalu pergi keluar dari kamar. Dia pergi menahan penuh amarah karena permintaannya sama sekali tak aku turuti.  Biarlah, biar ia tahu kalau uang sebetulnya bukan segalanya. Dzakira harus merasakan apa yang aku rasakan. Dia sama sekali wanita pelacur yang lemah, hanya bisa meminta tanpa perduli apa yang saat ini aku rasakan.

 

Tiba-tiba, tanpa terduga, perutku berbunyi menandakan bahwa sangat ini lambungku butuh asupan nutrisi. Aku sangat lapar sekali dan haus. Sejak tadi pagi, aku sama sekali belum makan apapun yang masuk ke mulut. Kemudian, aku bangkit bermaksud pergi ke dapur untuk mencari makanan yang tersimpan di lemari kulkas. Namun, ketika lemari es terbuka rasa kesal terasa hingga ke ubun. Dzakira sangat keterlaluan, ia sama sekali tidak meletakan beberapa makanan di dalamnya. Padahal setiap bulan tak pernah sekalipun aku tak memberi uang jatah untuknya. Tapi kenapa makanan pun tidak ada di dalam lemari es miliknya?

 

[Dia benar-benar keterlaluan, bisa-bisanya di kulkas tidak ada makanan apapun.] Lagi-lagi aku menggerutu kesal di dalam hati.

 

Aku menutup pintu lemari es dengan kasar. Rasa lapar terus terasa seakan-akan aku tak mampu menahannya. Kemudian, aku membuka magic-com, semoga saja masih ada nasi yang tersisa, aku akan membuat nasi goreng. Namun, rasa kecewa kembali terasa. Di dalam magic-com sama sekali tidak ada nasi sedikit pun dan hanya beberapa plastik bekas yang berserakan di mana-mana. Sepertinya Dzakira sama sekali tidak pernah membersihkan sampah bekas makannya sendiri.

 

Lebih baik aku pergi dan mencari makanan sendiri. Aku tak mau tinggal di apartemen miliknya, karena Dzakira pemalas. Bisa-bisa aku kelaparan dibuatnya karena disetiap sudut pun sama sekali tidak ada makanan apapun yang bisa dimakan. Sekarang, aku harus memakai pakaian karena tidak akan mungkin pergi dalam kondisi memakai kaos oblong dan celana pendek. Aku pun langsung meraih dan mengangkat koper yang tersimpan di samping pintu utama. Perlahan, aku membuka resleting. Seketika, raut wajahku berubah 180° ketika memandang isi dalam koper. Ternyata isinya bukan semua pakaianmu, melainkan ....

 

"Aaaahhhhhhh ....!'' 

 

 

Bersambung

 

 

Teman-teman ada yang tahu isi yang di dalam koper Bagas? Kira-kira isinya apa ya? Dari pada penasaran, lebih baik langsung meluncur ke bab berikutnya karena sudah terupdate dengan banyak kata yang pastinya akan membuat jantung jadi berdebar.

 

Komentarnya ditunggu ya, biar aku tahu kalian ada. 💖

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
laode aliazi
lanjut.. kenapa harus ribet?
goodnovel comment avatar
Ci Ba Wel
lanjuuuuut
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMIKU   Ending

    Aku terdiam beberapa saat. Suasana seperti ini membuatku merasa bimbang. Aku harus jawab apa sekarang. Apa aku tolak saja? “Maaf, Mas, bukannya aku enggak mau, tapi aku sudah nggak mau menjalani hidup dengan laki-laki mana pun, aku masih ingin sendiri menikmati kehidupan seperti sekarang. Jadi, mohon maap kalau misalkan aku menolak permintaan kamu,” ucapku pada Mas Bagas dengan hati-hati. Aku takut ucapanku malah menyakiti perasaan dia. Mas Bagas menanggapi ucapanku dengan tersenyum, tatapan dia seolah-olah tidak menyimpan amarah. Namun, aku merasa nggak enak pada dirinya. “Nggak papa, Amira. Aku tahu jawaban kamu pasti akan seperti itu. Dan, aku juga sama sekali nggak marah apalagi sampai kesal hanya karena masalah ini. Aku tahu sakit yang sudah kamu rasakan kemarin, mungkin oleh karena itu kamu memilih ingin menyendiri tak ingin dengan siapa pun lagi,” ujar dia masih dengan senyumnya. Aku tahu, Mas Bagas sudah berubah tak lagi seperti dulu, tetapi bagaimana pun juga sudah keputu

  • MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMIKU   Bimbang dengan pilihan

    “Mama juga bingung harus gimana, tapi yang jelas sekarang lebih baik kamu fokus sama anak kamu, jangan dulu memikirkan laki-laki. Nanti, jika anak kamu sudah beranjak dewasa dan ada laki-laki baik yang mau menerima kamu dan juga Bintang Mama nggak jadi masalah. Takutnya kalau kamu mengambil keputusan dan menerima dia, Mama takut nasib kamu akan sama seperti kemarin, dan Mama nggak mau melihat kamu menderita lagi,” ujar Mama menasihati. Aku mengangguk paham saat Mama mengatakan hal itu, lebih baik menyendiri dulu dan bahagiakan anak tanpa lebih dulu memikirkan laki-laki. Kegagalan membuatku trauma, aku merasa lebih nyaman seperti ini tanpa merasa ada beban. “Iya, Ma. Keputusan aku menolak Pak Devan sepertinya sudah tepat. Aku ingin sendiri dulu membahagiakan anakku Satu-satunya, aku nggak mau Bintang kembali menjadi korban hanya karena salah memilih ayah untuk dia.”Mama mengangguk. Aku merasa lebih lega sekarang karena sudah mencurahkan isi hatiku. Mungkin jika memang hanya karena

  • MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMIKU   Diajak nikah

    Ya Allah ... bagaimana ini ...“Kamu kenapa, Amira?”Tiba-tiba terdengar suara dari belakang, dengan cepat aku memutar tubuh dan menatap ke arahnya. Ternyata dia ....“Mas Devan?”Aku terkejut setelah tahu ternyata itu adalah Mas Devan. Tatapannya seakan bingung, mungkin dia heran melihat aksiku yang seperti anak kecil. Aku juga seakan merasa malu pada dirinya, bisa-bisanya aku bertingkah seperti itu. “Kamu kenapa, Amira?” tanya Mas Devan mengulang pertanyaan yang sama. “Nggak papa, kok, Pak.” Aku tersenyum, kemudian berniat ingin menjauhinya karena merasa malu. “Permisi, Pak.” Aku pamit dan melangkah pergi. “Tunggu sebentar, Amira,” ujarnya menghentikan langkah kakiku. Perasaanku seakan menggebu saat dia memanggilku. Aku pun lantas berbalik arah dan menatapnya lagi. “Iya, kenapa, Pak?” tanyaku menatap mata elangnya. Jujur, Mas Devan memang begitu sangat tampan sekali. Matanya pun nampak indah. Dia manis. 'Astagfirullah. Apa-apaan sih Amira. Inget, kamu itu janda. Nggak boleh

  • MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMIKU   53

    “Saya enggak membutuhkan pekerja untuk menjadi asisten pribadi saya. Memang kemarin iya, tapi jika dipikir-pikir saya nggak butuh asisten pribadi,” ucap Mas Devan menjelaskan. “Jika tidak membutuhkan asisten pribadi, saya tidak akan jadi melamar di perusahaan ini, karena dengan pengalaman saya sebelumnya pernah memimpin perusahaan dan mungkin saya juga bisa mengatur segala urusan apapun sebagai asisten pribadi,” sahutku berucap. Seketika itu dia menatapku seolah-olah penasaran. Kemudian dia meraih CV yang aku bawa dari rumah. Dia membaca secara seksama isi dari CV itu.“Waw, hebat sekali! Ternyata sebelumnya kamu pernah memiliki perusahaan besar. Saya sangat mengenal betul pemilik perusahaan itu. Apakah kamu putri dari Pak Handriana, directur utama perusahaan Aksara Pramudia?” “Betul, Mas. Itu Papa saya. Perusahaan yang sudah Papa saya bangun dan kelola selama ini mengalami masalah sehingga kami tidak memimpin kembali perusahaan itu. Oleh sebab itu, saya memutuskan mencari lowongan

  • MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMIKU   Ternyata

    “Ya mau bagaimana lagi, Ma. Amira sedang mencari. Mungkin nanti secepatnya dapat pekerjaan, yang penting Mama doakan selalu Amira,” “Mama doakan semoga kamu secepatnya mendapatkan pekerjaan Amira,” lirih Mama berucap. Aku merasa belum mampu membahagiaan Mama padahal hanya aku satu-satunya anak Mama. Ya Allah ... mudah-mudahan Engkau lancarkan agar aku bisa mendapatkan uang. Aku nggak tahu lagi bagaimana caranya mencari uang sedangkan anak aku pun masih kecil. Aku berharap ada keajaiban, Allah maha baik dia pasti menolongku. Setelah obrolan itu, pagi ini aku bersiap akan melakukan perjalanan ke kota untuk mencari pekerjaan. Aku menenteng map cokelat yang berisikan surat-surat yang dibutuhkan. Masuk ke dalam kendaraan roda empat, satu-satunya yang kumiliki saat ini. Dengan cepat aku mobilku melesat menyusuri jalanan raya yang lenggang. Saat ini tujuanku ingin melamar ke perusahaan digital yang bergerak dibidang pemasaran lokasinya tak jauh dari rumah. Aku begitu sangat percaya diri

  • MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMIKU   Nasib Yang Serupa

    Jam dipergelangan tanganku sudah menunjuk ke arah pukul 13:00 WIB, sudah hampir menjelang sore namun hujan hingga kini belum juga usai. Aku pun berniat ingin menerjang hujan karena takut Bintang menunggu kepulanganku di rumah. Saat hendak masuk ke mobil, tiba-tiba saja pandanganku teralih ke arah seorang laki-laki yang tengah duduk termenung di pinggir jalan. Wajahnya nampak mirip sekali dengan Mas Reyhan, dia terlihat sedih, berulang kali menatap jalan raya dengan perasaan cemas. Entah kenapa hatiku ingin sekali menghampirinya. Aku segera masuk ke dalam mobil bersiap menghidupkan mobil, lalu kendaraan roda empat yang tengah kukendaraipun berjalan tepat di depan laki-laki itu yang mirip sekali dengan Mas Reyhan.“Permisi, Mas. Sejak tadi saya lihat di tempat pemakaman umum Mas terlihat sedih. Ada apa?” tanyaku menghampirinya.“Anak saya sampai saat ini belum kunjung pulang, Mbak. Saya sangat khawatir dengan keadaannya.” Dia menjelaskan keresahan hatinya.“Memangnya anak Mas usia ber

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status