Beranda / Rumah Tangga / MENANTU MUSUHKU / Istri di Rumah Musuhku

Share

Istri di Rumah Musuhku

Penulis: Beegumi
last update Terakhir Diperbarui: 2025-11-12 19:05:22

“Seharusnya kau tidak membuat Arga naik darah di hari pertama,” katanya dingin. Tatapannya tajam, penuh penilaian. “Kau pikir kau bisa tinggal di rumah ini tanpa membayar harga?”

Delia buru-buru bangkit. “Aku tidak bermaksud...”

“Terserah.” Maya memotong. “Tapi satu hal: keluarga Mahendra bukan tempat untuk perempuan rapuh.”

Pintu ditutup lagi.

Delia berdiri diam, menahan napas. Ia sadar satu hal: semua orang di rumah ini siap menelannya hidup-hidup.

Ia kembali ke jendela. Hujan mulai reda, menyisakan udara yang dingin dan menusuk tulang.

“Ayah…” suaranya retak. “Kalau ini balasan dari masa lalu… tolong beri aku kekuatan untuk melewatinya.”

Delia menyentuh cincin di jarinya. Bukan karena cinta, bukan karena pernikahan, tapi sebagai pengingat bahwa mulai hari ini… setiap langkahnya diperhitungkan.

Ia harus lebih kuat dari yang siapa pun kira.

Karena di rumah ini, dia bukan hanya istri yang tidak diinginkan.

Ia adalah saksi, ancaman, dan mungkin satu-satunya kunci yang bisa membuka rahasia paling gelap keluarga Mahendra.

Dan malam itu, di tengah sisa hujan, Delia bersumpah satu hal:

Jika Arga menganggapnya musuh… maka ia akan belajar bertahan seperti musuh.

Bukan dengan kekerasan.

Tapi dengan ketenangan yang mematikan.

***

Pagi datang tanpa permisi.

Delia membuka mata dengan kepala berat, seolah malam sebelumnya masih menempel seperti mimpi buruk yang tidak mau hilang. Gaun putih, tatapan dingin, berkas cokelat yang dilempar Arga, dan kalimat yang menghantam dadanya, “Mulai malam ini, kau bukan istri. Kau kunci.”

Tenggorokannya kering saat ia menarik napas panjang. Ini benar-benar awal dari perang.

Dan perang itu dimulai di rumah musuh.

Tirai kamar bergoyang lembut diterpa angin. Aroma kopi hitam dan sisa hujan dini hari mengambang di udara, memberikan rasa damai yang ironisnya justru menyakitkan.

Ia menoleh ke sisi ranjang.

Kosong.

Seprai di sebelahnya dingin, seolah menegaskan bahwa jarak antara mereka bukan cuma soal ruangan—tapi jurang.

Delia duduk di tepi ranjang, menatap cincin yang masih melingkar di jarinya. Cincin itu berkilau pelan, mengingatkannya bahwa ia sekarang menjadi bagian dari keluarga yang telah menghancurkan hidup ayahnya.

“Selamat pagi, Nyonya Mahendra,” sapa seorang pelayan yang masuk dengan baki sarapan.

Delia memaksakan senyum. “Terima kasih. Di mana Tuan Arga?”

“Beliau sudah di ruang kerja, Nyonya. Seperti biasa.”

“Seperti biasa?”

Nada pelayan itu berubah gugup. “Maaf… maksud saya, Tuan Arga memang selalu bangun sebelum semua orang.”

Delia hanya mengangguk. Tidak heran jika lelaki itu selalu punya waktu untuk membenci lebih dulu sebelum matahari terbit.

Ia mencoba menelan sarapan tapi rasanya hambar. Hatinya masih sesak oleh ancaman semalam. Namun justru karena itu, Delia tahu ia tidak bisa menyerah.

Jika Arga menikahinya untuk menjadikannya kunci…

maka ia akan memastikan dirinya jadi kunci yang tidak mudah dipatahkan.

Ketukan kecil di pintu ruang kerja membuat Arga menoleh sebentar sebelum kembali menatap laptop.

“Masuk.”

Delia melangkah masuk, kini sudah mengganti gaunnya dengan kemeja putih dan celana hitam sederhana. Penampilannya bersih, tenang, tapi matanya tajam.

“Ada perlu?” Arga bertanya tanpa mengangkat kepala.

Delia maju dua langkah. “Tidak. Aku hanya ingin mengenal suamiku.”

Arga berhenti mengetik. Tatapannya terangkat, tajam tapi penuh tanda tanya.

“Kita tidak menikah karena cinta. Jangan bertingkah seolah kita pasangan sungguhan.”

Delia tersenyum tipis. “Aku tidak pernah meminta cinta. Tapi aku juga tidak mau jadi kunci yang buta.”

Arga memicingkan mata. “Hati-hati, Delia. Kau sedang menginjak wilayah yang bukan milikmu.”

“Bukankah seluruh hidupku diambil oleh keluargamu?” balas Delia halus, tapi suaranya menusuk. “Aku hanya ingin tahu alasan sebenarnya.”

Arga menatapnya lama, lalu menutup laptopnya. “Pernikahan ini tetap seperti kesepakatan awal. Kau tidak menyentuh urusanku, aku tidak menyentuh hidupmu.”

Delia menegakkan tubuhnya. “Dan ancaman semalam? Kau bilang aku ‘kunci’.”

Arga berdiri, mendekat. “Itu bukan ancaman. Itu kenyataan. Dan kau harus membiasakan diri dengannya.”

Jantung Delia berdetak lebih cepat, tapi ia tidak mundur.

“Mungkin kau salah menilai aku.”

“Justru itu,” balas Arga, dingin. “Aku tidak pernah percaya dengan perempuan yang wajahnya penuh rahasia.”

Beberapa jam kemudian, Delia berjalan-jalan di taman belakang. Ia butuh udara.

Di sana, seorang wanita paruh baya sedang duduk memandangi kolam ikan. Aura anggunnya kontras dengan tatapan tajam yang ia arahkan pada Delia saat menyapa.

“Oh, jadi ini istri Arga yang baru.”

Nada bicaranya seolah menilai barang dagangan.

Delia menunduk sopan. “Selamat pagi, Tante.”

“Aku Maya, ibu tirinya Arga,” jawabnya tanpa senyum. “Rumah ini tidak cocok untuk orang yang lemah.”

Delia menahan napas. “Maaf, Tante?”

Maya berdiri, merapikan selendangnya. “Rumah ini penuh rahasia. Dan setiap rahasia punya harga.”

Ia berjalan pergi tanpa menoleh.

Kalimat itu menggantung seperti peringatan.

Sore harinya, Delia memasuki ruang tamu dan langsung terpaku pada sebuah lukisan besar.

Ayahnya.

Berdiri berdampingan dengan ayah Arga.

Proyek Perdana Mahendra, Adinegara, 2008.

Tangannya gemetar.

Kehancuran keluarganya… dimulai dari sini.

“Lukisan itu sudah lama,” suara Arga tiba-tiba terdengar.

Delia menoleh cepat. “Kau tahu siapa pria di sebelah ayahmu?”

Arga menatap lukisan itu lama. “Ayah pernah bilang… partner-nya bunuh diri.”

Delia merasa napasnya terputus.

Bunuh diri?

Tidak. Ayahnya tidak pernah bunuh diri. Ia dihabisi oleh fitnah.

“Kau percaya begitu?” Delia bertanya dengan suara bergetar.

“Aku…” Arga menghela napas. “Aku percaya ayahku, tapi rumah ini… tidak selalu jujur.”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • MENANTU MUSUHKU   Pecah

    Pagi itu rumah Mahendra seperti kuburan. Tidak ada suara, tidak ada pelayan yang berani menyapa, bahkan derap langkah pun terasa seperti ancaman.Delia turun tangga dengan pipi yang masih memar. Ia tidak mau menunjukkan lemah, meski semalaman ia tidak tidur. Arga sudah menunggu di ruang makan, wajah keras dan mata merah. Tidak ada sisa sikap dinginnya yang biasa. Yang tersisa hanya amarah dan tekad.Delia duduk tanpa bicara. Ia mengoleskan selai di roti, gerakan tangannya datar.Arga menatapnya. Kau yakin masih mau berada di rumah iniDelia mengunyah pelan. Sampai semua selesai.Arga mendengus, lalu berkata pelan, Ayah memanggilku subuh tadi. Dia ingin kita berhenti menggali masa lalu. Atau…Delia menatapnya. Atau apaArga menelan napas. Atau ia akan menyingkirkanmu.Delia menekuk bibirnya, setengah mengejek. Dia sudah mencoba semalam. Tapi aku masih hidup.Arga memijat pelipis. Delia, kau tidak paham. Kalau Ayah mulai mengancam, artinya dia sudah melakukan sesuatu saat kita tidak sad

  • MENANTU MUSUHKU   Permainan Dimulai

    Delia tak menjawab, tapi dalam sorot matanya ada sesuatu yang berubah—bukan hanya dendam, tapi rasa percaya kecil yang baru tumbuh. Untuk pertama kalinya sejak datang ke rumah Mahendra, ia tidak merasa sendirian. Namun ketika mereka keluar dari vila itu, sebuah mobil hitam sudah menunggu di kejauhan. Dari balik kaca gelap, seseorang sedang memotret mereka. Satu pesan dikirim ke ponsel Rendra Mahendra malam itu: “Anakmu dan menantumu menemukan ruang rahasia.” Dan permainan sesungguhnya baru saja dimulai. *** Malam itu, Delia duduk di tepi ranjang dengan kepala penuh gejolak. Ia masih bisa merasakan suara hujan di luar vila, gema argumen mereka, dan wajah Arga yang berubah ketika kebenaran terungkap. “Aku anak Arman Adinegara.” Kalimat itu akhirnya keluar dari bibirnya sendiri dan ia masih sulit percaya sudah mengatakannya. Kini, rahasia terbesar yang ia simpan tak lagi tersembunyi. Namun anehnya, justru setelah semuanya terbuka, beban di dadanya terasa lebih ringa

  • MENANTU MUSUHKU   Kunci Adinegara

    Delia hampir tidak tidur semalaman. Setelah pertengkaran di ruang kerja Arga dan peringatan dari Maya, pikirannya penuh dengan satu hal: kunci kecil bertuliskan Adinegara 2 yang ia simpan rapat-rapat di saku. Dia tidak tahu apa isi ruangan itu atau kenapa ayahnya begitu melindunginya. Tapi ia yakin, jika ada jawaban tentang kehancuran keluarganya, jawabannya pasti terkait kunci itu. Pagi harinya, rumah Mahendra kembali terasa dingin. Para pelayan bekerja seperti biasa, namun Delia bisa merasakan tatapan waspada mereka. Seolah semua orang di rumah itu sudah punya alasan masing-masing untuk memperhatikannya. Delia turun ke ruang makan. Arga sudah duduk di sana, makan sambil membaca laporan kerja. Tidak ada sapa. Tidak ada basa-basi. Hanya suara sendok dan denting piring. “Pagi,” kata Delia datar. Arga tidak langsung menjawab. Ia menutup berkasnya dan menatap Delia singkat. “Aku dengar kau keliling rumah sampai malam.” Delia duduk. “Aku hanya melihat-lihat.” “Rumah ini tidak aman

  • MENANTU MUSUHKU   Rumah Ini Tidak Ramah

    “Mas Arga,” ujar Delia mencoba tetap tenang. “Tentang ayahku… aku ingin tahu apa yang sebenarnya keluarga Mahendra sembunyikan.”Arga tidak langsung menjawab. Ia membuka sebuah map di depannya, menandai beberapa bagian dengan pena. Laki-laki itu seolah mengabaikan keberadaan Delia sepenuhnya.“Sebelum bertanya tentang ayahmu,” Arga akhirnya berkata, “kau harus tahu dulu siapa yang paling dirugikan dari proyek itu.”Delia mengerutkan kening. “Ayahku kehilangan segalanya. Itu sudah cukup jelas.”Arga menatapnya tajam. “Kau pikir hanya keluargamu yang hancur?”Delia terdiam.Arga berdiri dan membuka laci meja. Dari sana, ia mengambil sebuah berkas tipis dan melemparkannya ke meja di depan Delia. Kertas-kertas itu jatuh berserakan.“Baca.”Delia mengambil salah satu halaman dengan hati berdebar. Semakin ia membaca, semakin udara di ruangan itu terasa menipis.Data korban. Nama seseorang. Tahun kejadian. Lokasi proyek.Korban: 1. Luka berat. Identitas: A. M. Mahendra.Delia menutup mulutny

  • MENANTU MUSUHKU   Istri di Rumah Musuhku

    “Seharusnya kau tidak membuat Arga naik darah di hari pertama,” katanya dingin. Tatapannya tajam, penuh penilaian. “Kau pikir kau bisa tinggal di rumah ini tanpa membayar harga?”Delia buru-buru bangkit. “Aku tidak bermaksud...”“Terserah.” Maya memotong. “Tapi satu hal: keluarga Mahendra bukan tempat untuk perempuan rapuh.”Pintu ditutup lagi.Delia berdiri diam, menahan napas. Ia sadar satu hal: semua orang di rumah ini siap menelannya hidup-hidup.Ia kembali ke jendela. Hujan mulai reda, menyisakan udara yang dingin dan menusuk tulang.“Ayah…” suaranya retak. “Kalau ini balasan dari masa lalu… tolong beri aku kekuatan untuk melewatinya.”Delia menyentuh cincin di jarinya. Bukan karena cinta, bukan karena pernikahan, tapi sebagai pengingat bahwa mulai hari ini… setiap langkahnya diperhitungkan.Ia harus lebih kuat dari yang siapa pun kira.Karena di rumah ini, dia bukan hanya istri yang tidak diinginkan.Ia adalah saksi, ancaman, dan mungkin satu-satunya kunci yang bisa membuka raha

  • MENANTU MUSUHKU   Pernikahan Tak Diinginkan

    “Delia, jangan membuat masalah,” bisik pamannya dari belakang, mendorong punggungnya pelan namun tegas.Hujan turun deras pagi itu, seolah ingin menampar wajah Delia yang kini berdiri kaku di depan gerbang rumah keluarga Mahendra, rumah megah yang tidak pernah ia bayangkan akan menjadi “rumah” pertamanya sebagai pengantin.Ini bukan pernikahan yang ia pilih. Gaun putihnya basah, kedua tangannya gemetar.Delia menelan ludah. Pagi itu rasanya seperti mimpi buruk yang berjalan terlalu lambat dan terlalu jelas. Begitu pintu besar dibuka, puluhan mata menoleh. Tidak ada senyum. Tidak ada ucapan selamat. Hanya bisik-bisik menusuk: “Itu dia perempuan itu…” “Bagaimana keluarga Mahendra bisa menerima?” “Kasihan Arga…” Delia menunduk, menahan air mata. Ia berusaha mengatur napas ketika melihat orang yang akan menjadi suaminya berdiri di ujung ruangan. Arga Mahendra. Tegap, rapi, dan wajahnya… sedingin batu. Tidak ada simpati. Tidak ada keraguan. Tatapannya pada Delia lebih menyerupai p

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status