Share

4. ALEXANDER GUAN

"Ayah Tuan meminta Anda kembali ke rumah dan mengambil alih pekerjaan beliau."

Mendengar hal itu, Arsenio terkejut setangah mati. Meskipun dia memliki begitu banyak keraguan, dalam hati, Arsenio ingin percaya. Oleh karena itu, sekarang Arsenio hanya bisa menuruti apa yang dikatakan oleh pria yang menjemputnya barusan.

Saat ini, keduanya sedang menuju rumah sakit. Awalnya ia tidak mau, lantaran takut akan masuk ke hal-hal aneh, tetapi pria bernama Bastian itu, memaksa dan menceritakan sedikit kisah yang sama sekali tidak pernah Arsenio ketahui.

***

Sky Blue Hospital, Distrik S98.

Tring!

Notifikasi muncul sebelum Arsenio memasuki ruangan.

[Misi Baru: Kalahkan Organisasi Hitam.]

[Tingkatan Kesulitan: 10-12.]

[Hadiah: 20 Juta Dollar dan Mobil.]

[Keuntungan Tambahan: Mendapatkan 20 Poin Aksi dan 70 Poin Kemenangan.]

[Skill: 20%/100]

[Stamina: 40%/100]

Notifikasi pun menghilang sendiri, sesaat setelah Bastian mempersilahkan Arsenio untuk masuk ruangan lebih dulu karena sebagai mestinya, anak buah tunduk kepada Tuannya.

"Mengapa kau bertuduk padaku?" tanya Arsenio kebingungan. Merasa tidak pantas diperlakukan layaknya majikan.

Bastian mengerjapkan matanya, "Anda adalah Tuan Muda. Sudah sepantasnya saya menghormati Anda, dan saya berjalan mengikuti Anda di belakang." ucapnya dengan tenang. Tangan pria itu masih menempel di dadanya, menunjukkan rasa hormat. 

Arsenio semakin kebingungan dan tidak tahu harus berkata apa. Terlebih lagi, Bastian selalu memanggilnya dengan sebutan 'Tuan Muda' yang tidak bisa Arsenio artikan sepenuhnya.

"Baiklah." Arsenio melangkah dengan penuh kewaspadaan. Takut-takut, sudah disiapkan jebakan untuk menjeratnya di dalam sana.

Meskipun ini rumah sakit, tetapi ruangan tersebut lebih layak disebut kamar hotel, sebab tampilannya yang mewah dan tidak tercium aroma khas rumah sakit. Setidaknya itulah yang Arsenio lihat dan rasakan.

Arsenio melangkah lebih jauh. Di ruangan tersebut, sudah ada dua pria gagah berpakaian serba hitam dan mengenakan kacamata hitam sedang berdiri tegap, selang sedetik keduanya membungkukkan badan, memberi hormat setibanya Arsenio di sana.

Arsenio mengangguk ragu. Sungguh ia seakan dibawa masuk ke dunia novel, yang di dalamnya mengisahkan para konglomerat, yang dikawal oleh orang-orang khusus.

"Ayah Anda ada di sebelah sana, Tuan Muda." Bastian menunjuk ke arah pria yang seluruh rambutnya sudah memutih. Pria tua itu terbaring lemas tak berdaya. Alat medis pun terpasang di tangan serta hidungnya.

Dari kejauhan, Arsenio dapat melihat, sudah banyak kerutan di wajah pria itu.

"Apakah dia benar-benar ayahku? Aku tidak yakin." Arsenio bertanya dengan penuh keraguan. Langkahnya terhenti sejenak, kira-kira lima meter dari pria tua itu terbaring di tempatnya.

Bastian mengangguk dan berkata, "Betul, Tuan Muda. Dia adalah Tuan Alexander Guan. Sedangkan Anda, Arsenio Bagas Guan. Putra Tunggal Alexander Guan, yang akan mewarisi seluruh kekayaan keluarga Guan."

Arsenio menelan ludahnya pelan-pelan. Penjelasan dari Bastian, sungguh sulit dipercaya semudah itu. "Benarkah itu? Haruskah aku mempercayainya?"

"Bastian ..."

Sebelum Bastian dapat menjawab pertanyaan Arsenio, terdengar suara lirih memanggil.

"Iya, Tuanku." Bastian buru-buru menghampiri pria bernama lengkap Alexander Guan itu.

"Di mana putraku? Apa kau berhasil mengajaknya untuk menemuiku? Aku sungguh ingin bertemu dengannya," ungkap Alexander Guan berat karena suaranya terhalang selang yang terpasang di mulutnya.

"Tentu, Tuanku. Tuan Muda Arsenio, saat ini sudah ada di sini." Bastian menjatuhkan pandangnya ke arah Arsenio.

"Tuan Muda, Tuan Alex ingin bertemu dengan Anda," pintanya kemudian.

Arsenio lagi-lagi menelan ludahnya berat. Oh, sungguh, dirinya sangat gugup. Bahkan tangannya sampai berkeringat dingin.

Langkah demi langkah Arsenio ambil. Ragu dan takut, tetapi berselimut penasaran. Ia coba untuk mempercayai kenyataan yang ada di depan matanya sekarang.

"Ayah ..." Arsenio bersuara pelan. Percayalah! Dia ragu untuk menyebut Alexander Guan dengan sebutan 'Ayah' karena bagi Arsenio, ayahnya telah mati beberapa tahun yang lalu.

"Arsenio." Alexander mengarahkan pandangannya. Ditatapnya sangat dalam putra satu-satunya itu.

"Arsenio ... Anakku. Kemarilah." Alex mengangkat sebelah tangannya. Terasa lemas dan tak bertenaga. Namun, ia tetap berusaha demi menyentuh anaknya yang selama ini, tidak pernah tinggal satu atap dengannya.

Arsenio mendekatkan wajahnya. "Iya, Ayah. Aku di sini. Arsenio senang bertemu dengan Ayah. Bagaimana kabar Ayah?" tanyanya sebagai basa-basi belaka.

Lain di bibir, lain pula di hati. Arsenio mengakui Alexander sebagai ayahnya di bibir karena ia belum yakin sepenuhnya. Walau Arsenio akui, ia senang bertemu dengan ayah kandungnya.

Alexander mengusap kepala Arsenio dan berkata, "Setelah ini, seluruh kekayaan keluarga Guan, jatuh ke tanganmu. Termasuk beberapa perusahaan besar, Property dan organisasi. Bastian akan menjadi asistenmu. Dia yang bertanggung jawab untuk mengurus seluruh keperluanmu," beber Alex secara gamblang.

Arsenio melirik, sedangkan Bastian mengerjapkan matanya disertai anggukan kepala pelan, mengartikan bahwa ucapan Alexander benar adanya.

Arsenio, menghela napas panjang. "Baik, Ayah. Aku akan mengurus semuanya, seperti yang Ayah inginkan."

Arsenio pun mengulas senyum, dalam semalam kehidupannya berubah drastis, layaknya dalam sebuah novel.

'Tunggu, pembalasan dendamku ... Elisha, Felix, Hendry.' Arsenio tersenyum miring, mengingat orang-orang yang selama ini telah memperlakukannya dengan buruk.

***

Malam harinya. Arsenio pun diajak ke kediaman keluarga Guan. Mansion mewah yang memiliki halaman luas layaknya lapangan sepak bola.

Mobil mewah terparkir rapi di sana. Arsenio memandang takjub apa pun yang ada di depan matanya. Para pengawal pun sudah berbaris guna menyambut kedatangan Arsenio, seperti yang sudah diinformasikan sebelumnya.

Tepat sesaat mobil yang Arsenio naiki terparkir di sana. Mereka lantas memberi hormat, yang membuat Arsenio semakin merasa seperti orang berkuasa.

"Selamat datang, Tuan Muda Arsenio!" seru mereka serentak, sesaat setelah Arsenio keluar dari mobil.

"Mari, Tuan Muda!" ajak Bastian tanpa berbasa-basi lagi. Arsenio pun mengangguk.

Arsenio memasuki mansion. Menatap takjub seisi ruangan yang luar biasa. "Apakah aku sedang bermimpi?" ucapnya sampai tidak berkedip.

"Anda sedang tidak bermimpi, Tuanku. Ini adalah rumahmu. Tuan Axel, bahkan sudah memindahkan hak kepemilikan rumah ini, menjadi milik Anda."

Arsenio melotot dan melihat ke arah Bastian. "Apakah aku ini sungguh anak dari Alexander Guan?" tanyanya memastikan.

Bastian mengangguk dengan penuh keyakinan. "Tentu, Tuanku. Tuan Alex melakukan semua ini guna melindungi Anda, sebagai pewaris satu-satunya keluarga Guan."

Arsenio menyimak serius seraya mengikuti langkah Bastian, yang mengarah pada anak-anak tangga.

"Sesaat setelah Nyonya Clarissa melahirkan Anda, Nyonya tak sadarkan diri dan detak jantungnya seketika berhenti. Tuan Axel tidak percaya dengan kematian janggal itu. Setelah ditelusuri, ternyata ada seseorang yang telah menyusup ke rumah sakit dan menyamar sebagai perawat ... Perawat itu yang telah membunuh ibu Anda. Dirasa keselamatan Anda terancam, maka Tuan Axel menyerahkan Anda kepada Daren ..."

Keduanya melangkah bersama-sama, menaiki setiap anak tangga.

"Sebenarnya, sudah sejak lama Tuan Axel ingin mengajak Anda pulang. Terutama ketika mendengar Daren telah mati. Tuan Axel benar-benar berduka saat itu. Namun, dirinya tidak bisa berbuat banyak karena pertarungan di dunia bisnis sedang memanas," beber Bastian berterus terang.

"Lalu, mengapa, Ayah ingin aku pulang sekarang?" Arsenio menjatuhkan pertanyaannya, yang lantas dijawab Bastian dengan senyuman tipis.

"Saya melihat Anda, ketika di restoran, saat Tuan Muda berhasil menghajar pemilik restoran dan laki-laki itu ..."

"Maksudnya, Felix?" tebak Arsenio ragu.

Bastian mengangguk, "iya. Saya melihat semuanya, kejadian di restoran itu. Mendapati fakta bahwa Tuan Muda berhasil membuat mereka tidak berdaya, saya berpikir sudah waktunya Tuan Muda Arsenio untuk pulang. Maka dari itu, saya memberitahukannya kepada Tuan Axel."

"Apa selama ini, kau selalu mengikutiku?" Arsenio melebarkan matanya, sedangkan Bastian hanya tersenyum tipis disertai anggukan kepala. "Tuan Axel sendiri yang memerintahkan saya untuk terus mengawasi dan melaporkan seluruh kegiatan Tuan Muda."

Arsenio pun tersedak napasnya sendiri setelah mengakuan yang keluar dari mulut Bastian. Jadi, selama ini Bastian selalu mengawasinya atas perintah Alexander. Dengan kata lain, semua hinaan yang acap kali diterimanya, diketahui oleh Axel? Ada perasaan malu, tetapi Arsenio juga kesal karena baik Axel maupun Bastian tidak ada yang mau membantu disaat mendapatkan kesulitan.

Arsenio mengehentikan langkahnya, tepat di anak tangga terakhir. "Apakah kau bisa mencari informasi tentang, Organisasi Hitam?" 

Komen (5)
goodnovel comment avatar
cumicumi Kokobob
andai gw kayak si Arsenio,,, mungkin gw jd cowok paling keren, hahahaha
goodnovel comment avatar
Bojo Galak
seruuuuuuuuu,,,,
goodnovel comment avatar
Leo Sukma Atmaja
ok,, lumayan mulai seru
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status