Viktor Gusev Konstantin alias Viktor Czar Romanov, merupakan Putra Mahkota penerus keluarga Romanov yang hilang. Pria 29 tahun yang memiliki potongan masa lalu ini menyandang nama belakang Konstantin karena dia menjadi seorang menantu keluarga Konstantin yang kaya raya di St Petersburg, Rusia. Pria yang dianggap sebagai sampah di keluarga Konstantin ini tidak pernah tahu asal usul dirinya hingga takdir mempertemukannya dengan sang Kakek kandungnya sendiriーVladimir kovych Romanov. Xandrova Zoya Konstantin yang mendapatkan julukan Miss Pretty se-Rusia mengalami kecelakaan tepat di hari ulang tahunnya yang ke-19 tahun. Dia harus mendapatkan donor darah secepatnya atau nyawanya akan terancam. Maksim Smirnov Romanovーsang mantan tunangan Xandrovaーmerupakan dalang di balik kecelakaan Xandrova Zoya Konstantin. Pria 30 tahun ini memiliki ambisi besar untuk menguasai bisnis keluarga Konstantin. Tidak hanya itu, dia pun memiliki kaitan dengan masa lalu Viktor. Benarkah Viktor Gusev Konstantin adalah sang Putra Mahkota penerus keluarga Romanov yang dicari-cari oleh Vladimir selama ini? Jika ya, apakah hidupnya akan berubah? Namun jika tidak, dia akan dianggap sebagai sampah oleh keluarga Konstantin selamanya. Hy, Zoyaliciouz! Find me on IG @zoyaalicia_dmitrovka
Lihat lebih banyak"Bozhe!" Bozhe sendiri artinya, Astaga! Berasal dari bahasa Rusia.
Suara gaduh yang berasal dari ruang keluarga menyentakkan seorang remaja laki-laki berusia 14 tahun yang sedang tertidur. Dia membuka kedua matanya lebar-lebar, lalu duduk memeluk lututnya di atas ranjang. Netra biru miliknya pun mengisyaratkan ketakutan.
Belum sempat menenangkan dirinya, suara gaduh kembali terdengar seiring dengan suara seorang laki-laki tua yang si remaja yakini adalah sang kakek.
"Chto proiskhodit?" Memiliki arti, "Apa yang sedang terjadi?"
Remaja itu memelankan suaranya. Dia mencoba mengatur irama jantung yang berdegup semakin kencang.
Tubuhnya bergetar hebat sejak ia mendengar suara gaduh pertama.
"Bukankah itu adalah suara Kakek Vladimir?! Letak kamarku yang sangat dekat dengan ruang keluarga, kerap membuatku tersiksa mendengar pertengkaran orang dewasa!"
Usai berseru seorang diri, si remaja beranjak dari ranjang tanpa alas kaki. Dia membuka lemari pakaian dan mencari mantelnya seraya melirik jarum jam dinding yang tidak pernah berhenti berdetak.
"Pukul 02.00 dini hari dan mengapa Kakek belum tidur?! Lalu, siapa yang sedang bertengkar dengan Kakek?!"
Setelah mengenakan mantel dengan motif tim sepakbola nasional negaranya, Rusia, si remaja kembali tersentak. Namun kali ini bukan karena suara gaduh, melainkan karena suara pintu ruang tidurnya yang dibuka secara paksa oleh seseorang.
"Aaarrgghhh!"
Remaja tersebut pun histeris. Dia mengarahkan pandangannya kepada seorang pria dewasa yang membuka pintu tadi seraya mundur dengan teratur.
"Hei, Bocah! Rupanya kau belum tidur!"
Pria dewasa itu berteriak seraya menyeringai. Tindakannya sontak membuat si remaja laki-laki ketakutan hingga wajahnya memerah.
"Hei, cepat pakai alas kakimu!"
Pria berbadan kekar dengan tato naga merah di leher belakangnya berteriak untuk kali ke dua. Namun tentu saja, si remaja laki-laki berambut hitam pekat itu tidak mengindahkannya.
"Alexei, apakah kau tidak menemukan Bocah itu?! Apa yang membuatmu begitu lama?!"
Suara pria lainnya terdengar dari ambang pintu ruang tidur si remaja. Pria yang baru saja datang tersebut terlihat enggan masuk ke ruang tidur. Dia memilih untuk tetap berada di tempatnya.
Hah?! Siapa lagi dia?! Dan, mengapa mereka mencari ku?! tanya si remaja dalam hatinya.
Tak! Tak! Tak!
Dengan penerangan temaram, pria bernama Alexei segera melangkah menuju sudut ruang tidur di mana remaja laki-laki itu berada.
"Jangan khawatir, Egory! Saya sedang menghampiri Bocah yang menyusahkan banyak orang di mansion Romanov ini."
Suara berat Alexei terdengar dan tersimpan dengan baik di dalam otak si remaja. Dia menatap Alexei dengan penuh tanda tanya.
Aーapa yang akan ... merekaーAlexei dan Egoryーlakukan padaku? Apakah mereka akan membawaku? Jika ya, ke mana mereka akan membawaku larut malam seperti ini?
Si remaja bertanya untuk kali ke dua di dalam hatinya dengan penuh kecurigaan.
"Hei, Bocah!"
Alexei berseru memanggil si remaja malang itu dan tanpa disadari, Dia sudah berada di hadapannya. Alexei menatap lurus ke arah remaja laki-laki, lalu memegang kedua bahunya.
"Mulai sekarang, namamu adalah Viktor Gusev. Ingatlah hal itu dengan baik! Ha! Ha! Ha!"
Alexei mengguncang kedua bahu si remaja yang diketahui bernama Viktor Gusev, lalu menarik tangannya.
Bruk!
Bukannya membawa pergi dari ruang tidur, Alexei justru mendorong Viktor hingga tersungkur di lantai.
Senyum sinis pun mengembang di bibir Alexei.
"Aarrgghh!"
Viktor histeris kesakitan. Kedua matanya berkaca-kaca dan jauh di dasar hatinya, Dia sangat ingin lari dari situasi saat ini.
"Apa yang kau lakukan, Alexei?!"
Egory berjalan menghampiri kawannya, kemudian berlutut untuk memastikan kondisi Viktor yang sedang meringis kesakitan.
"Ingatkah kau, apa yang diperintahkan oleh Tuan Lenin kepada kitaーAlexei dan Egory?! Ya, kita harus segera membawa pergi Viktor kecil dari mansion ini tanpa melukainya!"
Viktor kecil? Ya, bocah ini adalah anak laki-laki satu-satunya dari pasangan Tuan Viktor Borya Romanov dan Nyonya Yekaterina Lubov Romanova yang tewas di tangan Tuan Lenin Vujovic Romanov 60 menit yang lalu. Seperti kabar yang beredar luas di kalangan keluarga kaya raya, bahwa Tuan Lenin merupakan saudara tiri dari Tuan Viktor Borya Romanov.
Usai bermain-main dengan pikirannya, Egory menatap wajah Viktor yang memelas. Dia mengulurkan tangan guna membantu si remaja.
"Berdiri dan pakai alas kakimu! Kita akan segera pergi dari sini."
Viktor membuka matanya lebar-lebar menatap lawan bicaranya.
"Tiーtidak! Aーaku tidak mau!"
Viktor tidak menyambut baik uluran tangan Egory. Dia bergegas berdiri dan menjauhkan dirinya dari 2 pria dewasa yang mendekatinya seraya berteriak menolak segala perintah Egory.
"Aーaku tidak akan pergi dari mansion ini dan aku tidak akan mengubah namaku sampai kapanpun! Aku akan tetap tinggal di sini bersama kedua orang tua juga kakekku!"
Viktor mencoba memposisikan dirinya sekarang ini meskipun sulit untuk anak seusianya.
"Hei Bocah, kau pikir, siapa dirimu?! Kau harus tahu bahwa kedua orang tuamu telah tewas!"
Alexei membentak Viktor hingga wajahnya yang merah padam. Dia menggertakkan gigi mencoba menahan emosi yang menyerangnya sejak tadi.
"Aーaku ... aーaku tidak ...."
Bagaikan terkena anak panah di jantungnya, Viktor tidak mampu menyelesaikan kalimatnya usai mendengar dengan jelas berita duka yang baru saja Alexei ungkapkan.
"Lepaskan! Aku mohon, lepaskan aku! Kau pasti berbohong! Aku tidak akan pernah mempercayai ucapan kalian!"
***
Puk! Puk! Puk!
"Viktor, bangun!"
Seorang wanita menepuk pipi pria yang tertidur di sebelahnya dengan kedua tangan.
"Ah!"
Viktor membuka kedua matanya. Dia duduk tegak, lalu menatap ke sekelilingnya dan tidak menemukan keberadaan Alexei juga Egory.
"Mobil?!"
Viktor melemparkan pandangannya kepada wanita cantik nan anggun yang sedang tersenyum ke arahnya.
Dia baru saja tersadar bahwa dirinya kini berada di dalam mobil mewah buatan dalam negeri.
"Ya. Apakah kau tidak ingat? Kita pergi menikmati festival musim panas, Viktor, dan, sekarang kita telah sampai. Lihatlah!"
Viktor kembali mengedarkan pandangannya usai sang istri mencoba mengingatkan kembali di mana dirinya berada saat ini.
Sial! Ternyata mimpi yang sama! maki Viktor di dalam hati.
Namun, siapa Alexei dan Egory? Aku sama sekali tidak mengenal mereka, batinnya kembali.
Bukannya menatap pemandangan di sekelilingnya, Viktor justru mengingat kembali potongan ingatan masa lalunya yang selalu hadir di setiap mimpinya.
"ZoーZoya, aーaku ...."
Plak!
Seseorang melempar majalah otomotif ke arah Viktor hingga membuat pria itu terkejut dan terpaksa tidak melanjutkan kalimatnya.
"Aaaarrggh!"
Viktor menoleh ke bagian mobil paling depan di mana ayah mertuanya berada.
"Jika kau sudah bangun, lebih baik cepat ke luar dari mobil!"
Galina berseru dengan ketus seraya menatap Viktor yang masih terkejut dengan tindakan suaminya tadi.
"Ma, tidak perlu terlalu kasar seperti itu kepada Suami saya!"
Xandrova mencoba membela Viktor, lalu meraih tangan suaminya dan menggenggamnya erat. Sesekali Xandrova menoleh ke arah sang ibunda kandung yang duduk di sebelah kirinya.
"Xandrova Zoya Konstantin!"
Galana berteriak memanggil nama lengkap anak perempuan satu-satunya, sekaligus cucu perempuan satu-satunya keluarga Konstantin yang kaya raya di St Petersburg, Rusia.
"Jika kau tidak mengalami kejadian mengenaskan beberapa bulan lalu, mungkin saja saya dan Ayahmu tidak memiliki Menantu yang tidak berguna seperti Viktor! Bukankah begitu, Davidoff?!"
Galana menoleh ke arah sang suami yang sedang mengangguk. Usai menghardik sang menantu, wanita 45 tahun tersebut segera membuka pintu mobil.
Brak!
"Kalian berdua, cepatlah keluar!"
Sebelum menapakkan kakinya di jalan beraspal, Galana menoleh ke arah Viktor dan Xandrova seraya menggelengkan kepala.
"Viktor, bawa semua koper ke kamar yang telah disewa oleh keluarga Konstantin!"
Beberapa bulan telah berlalu sejak kematian Viktor, tetapi suasana di pagi hari mansion keluarga Romanov tetap sama. Xandrova selalu berteriak di pagi buta saat membuka kedua matanya. "Aaarrgghh!" Fang beranjak dari sofa. Dia selalu setia di sisi majikannya meskipun kini Xandrova dan Galana tinggal di mansion keluarga Romanov yang berada di distrik Dmitrovka, Moskow. "Nona, bangunlah!" seru Fang membangunkan Xandrova. "Aaaarrgghhh!" Xandrova kembali berteriak. Fang mengusap lembut punggung tangan Xandrova berharap dia akan terbangun. Brak! Pintu ruang tidur Xandrova terbuka. Galana masuk dengan wajah cemas dan tegang. Di belakangnya, Morzevich dan Vladimir berjalan dengan langkah panjang. Keduanya sama cemasnya seperti Galana. "Fang, sepertinya Nona bermimpi buruk lagi sehingga berteriak seperti ini." Vasili mendekati Fang. Setelah mendapatkan maaf, dia kembali dipercaya oleh Vladimir dan Morzevich untuk menjaga Xandrova juga cicit keluarga Romanov. "Benar, Tuan Vasili.
Morzevich mengingat janji yang telah diucapkan di depan pusara Viktor. Morzevich menghela napas panjang. Kedua matanya kmebali menatap Vasili. Dia berkata, "Pergi dari hadapan saya sekarang!"Vasili menengadahkan wajahnya yang lebam. Dia menatap Morzevich yang begitu disayanginya sejak kecil. Dia terlihat sedang menahan air mata yang mungkin saja sebentar lagi akan terjatuh. 'Ternyata Nyonya Mozza benar-benar membenciku!' Batin Vasili menjerit. Namun, dia tidak bisa berbuat apapun lagi. Dia akhirnya berdiri."Saya permisi, Tuan dan Nyonya Besar," ucapnya sambil membungkukkan badan. Semua orang menatap kepergian Vasili. Pria itu berjalan dengan kaki yang terluka. Ya, Vladimir dan Leonid menendangnya berulang kali. Apakah seorang pengawal pribadi yang gagal menjaga tuannya pantas diperlakukan seperti itu?"Shura, apakah kau sudah membuang semua karangan bunga?!"Morzevich bertanya dengan nada tinggi. Dia tidak bisa mengontrol emosinya sebagaimana Vladimir. "Tentu saja, Nyonya. Saya
Waktu terus berjalan. Beberapa hari setelah kematian Viktor, suasana duka masih sangat terasa di mansion keluarga Romanov. Mansion mewah keluarga Romanov yang biasanya hangat, kini kelam. Semua pelayan masih memakai pakaian serba hitam, begitu juga dengan keluarga inti. Vladimir tak henti-hentinya menyalahkan semua orang yang berada di ruang kerjanya. "Saya bersumpah atas nama Tuhan dan Rusia, saya akan menemukan dalang di balik kematian Viktor!" Vladimir berteriak. Pria tua itu belum bisa memaafkan dirinya sendiri atas insiden kematian sang cucu. Dia dan istrinya belum bisa berdamai dengan kejadian tersebut. "Saya pun bersumpah akan menebus kesalahan saya dengan mempertaruhkan nyawa saya sendiri, Tuan Besar! Mohon ampuni pengawal tidak berguna ini!" Vasili bersimpuh di hadapan Vladmir. Rasa penyesalan tak kunjung pergi darinya. "Vasili Rodamir! Bagaimana bisa kau membiarkan sniper berkeliaran di sekitar Viktor?! Hah?!" Buk! Buk! Buk! Entah sudah berapa kali Vasili mendapatka
Geram. Viktor geram bukan main. Dia mengeluarkan ponsel, lalu menekan nomor Leonid berharap sang sahabat akan menjawab panggilannya. "Halo, Viktor! Apakah kau akhirnya akan memberikanku ucapan selamat menikah?" Nada bicara Leonid di saluran telepon terdengar sangat bahagia. Viktor menyeringai tanpa diketahui oleh Leonid. "Jangan bergurau, Leon! Kau tidak benar-benar menikah tanpa memberitahu kami, kan?" Masih dengan sikap tidak percaya, Viktor mencoba meyakinkan diri sendiri bahwa semua ini tidak nyata. "Apakah kau tidak rela jika sahabat mu ini menikah dan memiliki dunianya sendiri, Viktor? Ha! Ha! Ha!" "Leon, jangan bergurau! Sudah saya katakan untuk tidak bergurau." Viktor teringat wajah Vladimir dan Morzevich yang sedang tersenyum ke arahnya. "Leon, bagaimana dengan Kakek dan Nenek? Apakah kau tidak menganggap mereka ada? Apakah kau tidak menghormati mereka?" "Viktor, Apakah kau lupa jika aku telah memberitahumu satu minggu yang lalu? Aku tahu dan aku pun mengerti bahwa ke
Viktor melihat Galana dan Xandrova terdiam. Tidak satu pun dari mereka menjawab pertanyaannya. "Tuhan mengajarkan untuk memberikan maaf kepada seseorang yang telah mengakui juga meminta maaf kepada kita. Ampunilah Papa David sebagaimana Tuhan akan mengampuninya! Semoga Tuhan Yesus memberkati kita semua!" Xandrova memeluk Viktor dengan erat sambil menangis sejadi-jadinya. Dia hendak mengatakan sesuatu, tetapi terhalang dengan isak tangisnya. Viktor mengambil tindakan. Dia meraih wajah istrinya dengan kedua tangan. "It's fine, Zoya. Everything has changed. Blood, tears and death to become one in our heart. Let's move on and give your best for the future!" Xandrova mengangguk berulang kali sambil berusaha melepaskan amarahnya kepada sang papa. Dia harus bangkitーsetidaknya demi sang buah hati yang mendiami rahimnya. "Aーaku telah memaafkan Papa, Viktor." "Mama juga memaafkannya. Dia adalah seorang Suami dan Papa yang terbaik di dunia ini." Baik Xandrova maupun Galana telah berkata
"Korban masih hidup! Korban masih hidup!" Salah seorang pria berteriak memecahkan ketegangan. "Sepertinya dia mengalami pendarahan hebat," sambung pria tadi saat melihat cairan merah segar tidak berhenti mengalir di bagian kepala Davidoff. Davidoff mencoba bertahan dari rasa sakit di sekujur tubuhnya. Davidoff teringat Galana yang menunggu di rumah juga Xandrova anak semata wayang yang kini tinggal di kota Moskow. Kesadaran Davidoff mulai menurun. Dia membuka dan menutup kedua matanya dengan kepayahan. "Toーtolong ...." Untuk berbicara saja sepertinya sangat sulit. Dia membutuhkan tenaga yang tidak sedikit. Davidoff merasa tangannya sulit digerakkan. Namun meskipun begitu, dia tetap berusaha melambaikan tangan kepada siapa saja yang mungkin melihatnya. "Aーapakah aku akan mati?" Davidoff mulai kehilangan kesadaran. Dengan kepala bersandar di kemudi mobil, Davidoff pun mengembuskan napas terakhir membawa penyesalan bersamanya. *** Viktor membawa Xandrova yang sedang hamil muda
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen