“Dan aku gak bisa lagi periksa ponsel isteriku karena dia mengganti password. Bagi aku, itu memperkuat dugaan bahwa ada rahasia yang dia nggak ingin aku sebagai suaminya mengetahui.”
Raut wajah Pradhana menunjukan perbedaan paham. “Maaf kalau aku harus katakan sesuatu bahwa kasus yang kamu hadapi sebetulnya belum bisa mengkonfirmasi dugaanmu. Itu hanya kemungkinan. Dan karena yang namanya kemungkinan, dugaan itu bisa benar bisa pula tidak. Isterimu bisa saja berselingkuh, tapi bisa juga tidak. Sebelum kepastian didapat, jangan lakukan langkah berlebihan.”
“Itu sebabnya aku butuh bantuanmu. Coba cari tahu. Dan jangan khawatir, kita profesional. Aku ngikutin tarifmu.”
“OK.”
Verdi memberi tahu rencana pertemuan Rania dengan Ditya. Info yang ia dapat kemarin perlu ditindaklanjuti cepat karena pertemuan akan dilakukan besok sehari setelah Ditya tiba di Surabaya.
&n
Di tengah layanan Bendro, beberapa orang juga sudah selesai dengan belanjaan pagi itu. Tak mau berlama-lama, hanya butuh lima menit bagi Rania sampai akhirnya semua yang hendak ia beli sudah berada di kantong plastik. Ia sudah siap membayar pada Bendro atas barang-barang yang dibeli.“Berapa pak? Ini aku ada beli ikan, bayam, tomat. Ada ikan setengah kilo, ayam setengah kilo.”Sementara Bendro mulai menghitung-hitung, Rahayu mengomentari apa yang dibeli.“Wah, belanjannya mantep nih, ” cetus Rahayu.“Mantep apanya?”“Ah, pura-pura gak tau. Itu yang Mbak Rania beli kan semua buat penambah stamina dan vitalitas pria.”Rania kaget juga mendengar hal itu. “Ha? Masa?”“Itu yang dibeli biasa dikonsumsi suami. Mangkanya aku tau manfaat bayam, tomat, ikan.”Rania baru tahu juga info itu.“Jelas ini suatu kebetu
Verdi tersentak. Ia tentu saja ingat peristiwa itu. Keinginan untuk memindahkan sebuah meja ke area belakang membuat dirinya ceroboh dimana meja menghantam pintu dan merusak engselnya. Namun Verdi memang pandai berkelit.“Aku nggak mau kita bahas itu sekarang. Kamu tau aku harus ngejar pesawat ke bandara. Ada tugas dari kantor di Jakarta yang harus aku selesaikan dalam minggu ini.”“Jadi kamu mau biarkan aku pergi dengan makhluk itu ada di rumah ini? Kamu tidak berpikir kita perlu bekerjasama menangkap atau mengusirnya sebelum ia merambah seluruh isi rumah?”‘Kamu cari akal sendirilah.”Hanya itu yang Verdi sampaikan. Cari akal. Betapa menjengkelkan. Ia hanya sekedar menyampaikan saran dan isterinya yang harus melakukannya sendiri!Rania hanya memandang dengan jengkel ketika Verdi malah masuk ke dalam kamar untuk melanjutkan pekerjaannya berkem
Pembicaraan telpon kemudian berakhir ketika Terry menutup telpon dengan kesal. Akibatnya Rania jadi tidak enak sendiri.‘Gawd, what am I doing? Kenapa malah aku curigain orang yang udah nolong aku?’ Rania membatin. Buru-buru ia menelpon balik yang untungnya langsung diterima Terry.“Apa lagi?” terdengar pertanyaan dengan nada jengkel di ujung sana.“Jangan marah. Aku gak bermaksud curigain kamu.”“Aku bermaksud baik. Kenapa malah curigain sih? Aku harap kamu gak keberatan kalo aku masuk tanpa nelpon dulu karena kita lagi berkejaran dengan waktu sebelum makhluk itu menebar pes di sana-sini di seluruh rumah. Aku hanya gak ingin kamu masuk ke kamar dengan rasa waswas karena ruangan pernah disusupi tikus. Itu sebabnya aku bikin steril.”“Oh i-iya. Mm.... “ sebuah pemikiran muncul di benaknya. “Tapi.... Mungkin soal bersih-bersih di kamarku, nggak
Vonny menaruk telapak tangan Rania ke tangannya dan memperhatikan motif tato mungil berbentuk mawar.“Bagus?” Rania menunjukkan lebih dekat demi memamerkan keindahannya.“Bagus.”“Aku bukan hanya bikin di situ.”“Ada tato lain?”“O ya? Di mana?”Rania tidak serta-merta menjawab. Dengan sambil tersenyum ia berbisik di dekat telinga Vonny. Bisikan itu membuat mulut Vonny seketika ternganga.“Serius?”Rania tergelak dan mengangguk.Vonny ikut tertawa. Namun dalam hati ia jadi berkesimpulan bahwa Rania yang sekarang sepertinya memang berbeda dengan Rania ketika tiga - empat tahun lalu mereka pertama kali berkenalan. Ada nilai yang berubah namun ia tidak mau sentimentil dan menghakimi Rania secara negatif.Mereka melanjut obrolan seusai makan siang bersama-sama seluruh peserta ra
Wajah-wajah terperangah ditunjukkan Verdi dan Pradhana ketika mereka bertemu lagi di tempat yang sama di klinik konsultasi masalah kepriaan. Walau sama-sama sebagai pengguna jasa, tetap saja pertemuan itu mengejutkan mereka karena terjadi tanpa mereka saling janji terlebih dulu. Sebetulnya ada hal-hal yang Verdi mau obrolkan. Tapi hal itu sepertinya susah disampaikan saat itu mengingat Pradhana datang ke klinik dengan ditemani isterinya. Setelah sempat dikenalkan beberapa saat, Verdi memilih duduk di tempat terpisah. Sesaat sebelum duduk ia membuat secangkir kopi dari fasilitas yang disediakan pihak klinik.Sembari menyeruput kopi panas sambil melihati kabar berita melalui ponsel, lamat-lamat ia bisa mendengar juga percakapan Pradhana dengan isterinya.“Mami harap nggak sia-sia dengan Papi ikut terapi di klinik ini.”“Iya, Mi.”“Bayarnya di klinik ini soalnya mahal.”“Iya, Mi.&rd
Dalam gelap kamar, suara dengkur seorang pria terdengar. Suaranya begitu keras sampai menutupi suara dengung pendingin udara. Di sebelahnya, seorang wanita bersandar di headboard alias sandaran tempat tidur, dengan tatap kosong pada pria di sebelahnya.Suasana gelap masih menyisakan sedikit terang yang membuat mimik sang wanita terlihat. Wajahnya menunjukkan gurat sedih, kecewa dan putus asa. Ia menengadah dan menarik nafas serta kemudian menghembus keras. Malam ini tak beda jauh dengan malam-malam sebelumnya. Malam dimana ia tidak mendapat apa yang ia harapkan sebagai seorang isteri. Hanya ada duka yang membuat ia merasa semua usaha yang ia lakukan tak lebih dari sebuah kesia-siaan.Usahanya melakukan intimacy dengan suaminya berakhir dengan kegagalan, keputusasaan. Lingerie yang ia telah kenakan pun tak ada gunanya. Air mata mendadak mengalir. Apakah ia sudah harus menerima kenyataan bahwa ia gagal membangun rumah tangga bahagia?&n
“Di tengah kondisi ini kamu akan pasti menghadapi masalah kecuali kamu mengambil langkah drastis. Meminta dia pergi, misalnya.”“Kalo itu aku lakukan belum tentu disetujui Verdi, Ma.”“Memang sulit. Tidak akan ada sebuah keputusan yang menyenangkan semua pihak. Akan ada orang yang dikorbankan. Tapi untuk keutuhan keluargamu, kamu perlu lakukan. Sebetulnya James adikmu juga pernah mengalami hal yang sama. Keputusan berat harus ia lakukan ketika akhirnya ia harus membatalkan pernikahan akibat kecurigaan bahwa calon isterinya tidak setia.”Rania tentu saja sudah mendengar berita itu. “Terry memang sudah lama kehilangan figur seorang ibu.”“Lantas apa masalahnya? Tetap saja kamu harus ambil alih kendali.”Seorang ibu tiba-tiba muncul di depan mereka sambil membawa kereta bayi stroller. Ada gurat iri di wajahnya yang Rania bisa tangkap.“Me
Sekalipun awalnya hubungan Rania dengan Verdi tidak harmonis, Renty merasa bahwa keduanya memiliki ketertarikan karena ada beberapa kesamaan minat. Ia sudah mencoba memecah hubungan itu namun gagal. Situasi diperparah karena gosip kejam bahwa dirinya adalah simpanan pimpinan perusahaan.Hubungan Rania dan Verdi berjalan makin akrab, sampai akhirnya mereka menjadi sepasang kekasih dan bahkan siap melanjut ke pernikahan.Ia hidup dalam kubangan duka yang menyakitkan, dalam, dan tak mudah sembuh. Ada waktu-waktu panjang yang ia alami yang ia mau isi dengan mencoba move on, tapi tidak berhasil. Hari demi harinya terisi dalam duka dan amarah. Di sinilah atasan Renty masuk dan membuat suasana jadi semakin tak terkendali yang berujung makin tak berartinya kehadiran Renty bagi seorang Verdi. Sadar bahwa Verdi semakin sulit untuk diraih kembali, Renty lantas mengubah strategi.Pikirnya satu hal: jika Verdi tidak bisa ia dapatkan,