Sisi arogan Bara kembali mencuat dan itu membuat Gina mau tidak mau tidak bisa berbuat apapun lagi untuk melakukan bantahan.Meskipun sulit untuk melakukan apa yang dikatakan oleh Bara, tapi apa boleh buat, jika Bara sudah bersikap seperti itu, tidak ada yang bisa membantah lagi tak terkecuali dirinya.Namun, Gina juga tidak langsung melakukan apa yang diperintahkan oleh Bara, membaringkan tubuhnya sambil menyusui Gavin seperti yang biasa ia lakukan di kamar Gavin.Gina menggendong Gavin saja sambil mulai menyusui bayi Bara tersebut meskipun ia lelah melakukan itu sambil berdiri. "Gina. Kau tidak dengar apa yang aku katakan?" usik Bara melihat Gina tetap berdiri, padahal ia yakin perempuan itu sangat lelah melakukan hal itu sambil berdiri karena ia sendiri baru menggendong Gavin sebentar saja sudah kesulitan apalagi Gina.Ucapan Bara membuat Gina memalingkan wajahnya."Tuan tidur saja dulu, saya akan melakukannya perlahan," katanya dengan lirih khawatir mengusik ketenangan Gavin yang
"Tidak! Apa yang sedang aku pikirkan!" rutuk Bara sambil memukul kepalanya perlahan, berusaha untuk menyadarkan dirinya sendiri agar tidak terangsang melihat apa yang seharusnya tidak boleh ia lihat. Namun, semakin ditahan, semakin sulit Bara mengatasi perasaannya hingga pria itu membalikkan tubuhnya untuk sesaat berusaha menetralisir perasaannya yang tidak karuan saat melihat salah satu dada Gina utuh seperti itu.'Aku normal, apalagi semenjak bercerai dengan Karina, kebutuhan biologis ku tidak pernah tersalurkan, wajar, kan aku merasa seperti ini melihat dadanya? Aku bukan pria yang berpikiran kotor, 'kan?'Hati Bara bicara, berusaha mencari pembenaran ketika sudut hatinya yang lain menyalahkannya.Perlahan, ia membalikkan posisi badannya kembali, dan ingin menyelimuti Gina agar bagian dada Gina tertutup hingga membuat darahnya mengalir lebih cepat.Bara khawatir ia tidak bisa menahan diri untuk tidak menyentuh Gina lantaran sejak beberapa hari belakangan ini pikirannya terus saja
Setengah mati, Bara menahan diri seperti orang gila dan baru kali ini Bara dipermainkan oleh hasratnya sendiri padahal ia dan Karina pun pernah berpacaran sebelum akhirnya menikah tapi ia tidak pernah merasakan sensasi seperti sekarang ketika ia melihat tubuh Gina.Ketika Bara setengah mati berusaha untuk mengendalikan dirinya dari hasratnya ingin menyentuh Gina, tiba-tiba saja punggungnya tersentuh tangan Gina yang sepertinya sedang merubah posisi tidurnya. Bara yang tersentuh oleh Gina segera membalikkan tubuhnya, dan lagi-lagi ia diuji dengan apa yang diperlihatkan padanya di depan mata. Gina merubah posisi, dan kali ini posisi terlentangnya disempurnakan hingga bagian dada perempuan itu semakin terlihat karena perubahan posisinya tersebut. Darah Bara kembali memanas. Degup jantungnya berdetak kencang, napasnya jadi memburu. Setengah mati, Bara mencoba membuat bagian bawah perutnya tidak menegang, sekarang setelah ia mulai berhasil, Gina kembali mengujinya karena perempuan itu m
[Apa sekarang Gina di kamarmu?]Pesan sang ibu membuat denyut jantung Bara seolah berhenti. Hingga pria itu seketika bangkit berdiri, dan terhuyung ia segera keluar dari kamar menuju balkon kamarnya, untuk menghubungi sang ibu saja tidak lagi berkirim pesan seperti tadi.{Mami tahu Gina merawatku?}Ketika panggilannya dijawab oleh sang ibu, Bara langsung melontarkan pertanyaan itu pada ibunya. Terdengar helaan napas panjang sang ibu di seberang sana, membuat Bara jadi was-was apakah ibunya berpikir yang tidak-tidak tentangnya?{Bi Narsih minta izin pada Mami saat kamu mengigau menyebut nama Gina, ia khawatir bertindak sembarangan itu sebabnya ia minta pendapat pada Mami.}Suara sang ibu terdengar di seberang sana membuat Bara jadi semakin tersudut sekarang karena tadinya ia mengira ibunya tidak tahu Gina dimintanya untuk merawatnya, dan ia hanya ingin berbagi kegelisahannya saja tanpa mengatakan hal yang sebenarnya, ternyata sang ibu justru bisa menebak semuanya dengan tepat.{Bara, a
"Tuan, apa yang Tuan lakukan?" tanya Gina setelah telapak tangan Bara tidak lagi menutupi mulutnya. Bara yang tersadar ia sudah menyentuh bagian tubuh Gina yang seharusnya tidak ia sentuh mendadak gugup. Namun, otaknya berpikir dengan cepat, karena ia terbiasa dengan image dingin dan acuh, rasanya sangat aneh jika ia tiba-tiba gugup karena apa yang sudah ia lakukan, meskipun sebenarnya ia memang gugup, tapi sebisa mungkin Bara mengatasi perasaannya agar ia tidak terlalu kentara demikian di hadapan Gina apalagi merasa bersalah. Bara terbiasa bahwa dirinya seolah tanpa cela, jika sekarang ia terpergok melakukan kesalahan, tentu saja Bara merasa ia seperti kehilangan wajah di hadapan Gina."Kau yang menimpa tubuhku, aku terbangun, dan keadaanmu seperti sekarang, ingin menggodaku?" kata Bara berusaha untuk membuat nada suaranya datar dan dingin seperti orang yang tidak melakukan kesalahan sama sekali."Apa? Saya?"Gina yang buru-buru membenahi pakaiannya agar dadanya tidak terlihat ter
Rasa perih itu terbit ketika Gina menyadari dirinya jadi terlalu banyak berharap pada pikiran pikiran dan semua kesimpulan yang dibisikkan di dalam hati tentang sikap Bara padanya. 'Dia aja masih menyimpan bra milik Ibu Karina, tentunya apa yang dikatakan oleh Ibu Karina juga mungkin benar, sebentar lagi mereka akan rujuk dan lebih baik aku enggak usah terlalu banyak mikir aneh-aneh kalau nasibku justru seperti Santi yang dipecat, aku enggak mau. Aku harus fokus mencari uang untuk Raya!'Lagi, Gina membatin sambil mengarahkan pandangannya pada Raya yang sedang tertidur pulas di dekat Gavin.Mata Gina mengarah pada posisi di mana ia tadi terbaring di dekat Gavin. Melihat Gavin dengan posisinya yang lebih aktif daripada posisi tidur Raya, Gina jadi paham mengapa ia tadi terdesak di dekat Bara karena Gavin yang mendesaknya seperti itu ketika bayi Bara itu tertidur.Gina menarik napas panjang dan ia mengusap wajahnya perlahan sambil mengucapkan istighfar beberapa kali untuk membuat hatin
"Sambil duduk?" ulang Bara seperti tidak yakin dengan apa yang diucapkan oleh Gina. "Ya, Tuan.""Kau yakin?""Insya Allah.""Maksudku, kau yakin itu baik untuk anakku, duduk di lantai?""Saya, saya akan duduk di sofa!" jelas Gina cepat, dan Bara menarik napas panjang mendengar apa yang diucapkan oleh Gina tapi akhirnya terpaksa mengizinkan meskipun ia sebenarnya lebih ingin Gina di atas tempat tidur dan ia yang turun dari tempat tidur.Namun, karena Gavin semakin rewel, terpaksa Bara tidak banyak bicara lagi lalu membiarkan Gina dengan keputusannya. Sementara itu, Gina yang terpaksa mengubah niatnya yang ingin menyusui Gavin di lantai menjadi di sofa segera beranjak menuju sofa karena Gavin tidak sabar untuk mendapatkan ASI darinya.Dengan duduk menghadap balkon, supaya ketika ia memberikan ASI pada Gavin, Bara tidak melihat dadanya Gina segera mengeluarkan salah satu dadanya untuk Gavin yang langsung disambut Gavin dengan dahaga.Bayi itu menyedot puting susu milik Gina dengan kuat
"Kau pasti lelah dan butuh istirahat, biar aku yang menggantikan mu menidurkan Gavin."Pikiran Gina yang sudah berpikir konyol lantaran terlalu lelah musnah seketika saat mendengar apa yang diucapkan oleh Bara. 'Pak Bara sejak tadi enggak tidur, kah? Dia memperhatikan aku daritadi?'Hati Gina bicara dan ada perasaan aneh menjalar di hati Gina ketika ia berpikir sampai di sana.Perasaan itu menyeruak ketika menyadari, Bara ternyata memperhatikannya dan justru peduli dengan waktu istirahatnya segala padahal pria itu sekarang sedang sakit."Tidak perlu, Tuan. Sebentar lagi, Tuan Muda Gavin akan tidur," tolak Gina dengan suara perlahan sebab tidak mungkin ia yang bekerja dengan Bara justru melimpahkan tanggung jawab itu pada bos yang sedang sakit seperti sekarang meskipun sejujurnya ia memang sangat lelah."Tapi, kau juga perlu tidur, Gina. Jika tidak, ASI mu akan terganggu itu tidak baik untuk Gavin.""Sebentar lagi, Tuan tidur saja lebih dulu, Tuan juga harus istirahat biar cepat sembu
"Tuan!"Terdengar suara Bi Narsih dari luar disertai ketukan di pintu yang jedanya sangat cepat pertanda orang yang mengetuk tidak sabar untuk cepat dibukakan.Gina dan Bara saling pandang. Namun tanpa berpikir panjang, Gina melepaskan rangkulan Bara pada tubuhnya dan dengan tergesa-gesa ia memungut pakaiannya yang teronggok di lantai kamar usai dilepaskan oleh Bara tadi setelah itu memakainya dengan sangat terburu-buru.Bara juga segera merapikan penampilannya sejenak lalu ia dan Gina bergegas ke pintu untuk tahu apa yang membuat Bi Narsih mengetuk pintu kamar mereka dengan cara terburu-buru seperti itu."Ada apa?" tanya Gina dan Bara bersamaan ketika pintu sudah dibuka oleh Bara. "Tuan Muda Gavin, hilang, Tuan!"Dengan nada suara terbata-bata, Bi Narsih mengatakan hal itu hingga Gina dan Bara terkejut bukan main. "Apa maksudnya dengan hilang?" tanya Bara dengan nada suara yang meninggi. Sementara itu, Gina bergegas menuju kamar Gavin karena ia ingin membuktikan apa yang dikatakan
Jika biasanya mendengar Bara dengan sisi arogannya seperti itu membuat Gina jadi seolah kehilangan cara untuk membujuk, kali ini Gina tidak seperti itu lagi. Selama masa pendekatan, sampai resmi menikah, Gina sudah banyak mempelajari sikap dan karakter Bara lalu mencoba mencari cara untuk menghadapi. Karena ia sudah menerima perasaan ayah Gavin tersebut, jadi penting bagi Gina untuk mempelajari sikap Bara, karena menikah tidak hanya untuk satu dua hari. Jika bisa selamanya, sebab itulah penyesuaian sikap penting untuk dilakukan menurut Gina hingga saat sekarang, ketika sisi arogan Bara kembali muncul, Gina tidak lagi seperti dahulu yang mati kutu tidak bisa berbuat apapun.Ia menatap wajah Bara seperti Bara melakukan hal itu padanya. Tatapan Gina lembut seolah ingin menenangkan Bara lewat sorot matanya.Kedua tangannya memegangi dua lengan kokoh Bara yang masih melingkar di pinggang rampingnya seolah tidak mau Gina lepas dari kuasanya."Kita sudah menikah. Insya Allah semua waktu k
Haris terlihat sangat tegang melihat aksi yang dilakukan oleh Karina. Ia menatap Bara yang saat itu hanya menatap sang mantan istri yang mengancamnya sedemikian rupa."Kau tidak melihat betapa hancur perasaan ibu dari anakmu, Pak Bara? Apakah kau terlalu egois memikirkan syahwat mu sendiri hingga tidak peduli ada yang akan mati jika kau melangsungkan pernikahan itu sekarang?" tanya Haris dan tatapan mata Bara beralih ke arahnya dengan sangat dingin."Syahwat? Kau mengira pernikahan itu hanya diisi dengan adegan ranjang saja? Sepertinya hal itu hanya pantas diberikan oleh pasangan yang berselingkuh Pak Haris, dan aku tidak termasuk. Aku tidak pernah selingkuh, istilah mu tadi kurasa hanya cocok untuk mu dan Karina saja!"Setelah bicara seperti itu pada Haris, Bara berbalik dan ingin beranjak meninggalkan Karina dan juga Haris yang masih ditahan oleh para penjaganya untuk masuk ke dalam masjid.Namun, Karina berteriak ketika Bara tidak terpancing sedikitpun dengan ancaman yang diucapka
Meskipun tahu niat Bara yang ikut dengannya untuk membicarakan tentang keinginan pria itu yang ingin melamarnya, tetap saja Gina merasa berdebar ketika mendengar Bara mengucapkan kalimat tersebut pada kedua orang tuanya. Seperti seorang gadis yang baru pertama kali dilamar, padahal ini bukan yang pertama bagi Gina."Saya tahu, mungkin bagi Bapak dan Ibu akan terkejut atau mengira saya terkesan terburu-buru, tapi saya yakin dengan apa yang saya katakan, saya mencintai putri Bapak dan Ibu dan ingin hidup selamanya dengan dia."Melihat keraguan terpancar di mata ibu dan ayah Gina ketika mendengar apa yang dikatakannya, Bara melanjutkan ucapannya, ini cukup membuat ibu Gina tersenyum mendengarnya."Kalian sudah dewasa, sama-sama pernah gagal dalam pernikahan, Ibu yakin itu bisa kalian jadikan pelajaran. Kalau kamu memang serius dengan Gina, tolong jangan sakiti Gina, asalkan Gina suka dan ikhlas, kami sebagai orang tua hanya bisa memberikan restu."Mendengar apa yang diucapkan oleh ibunya
Ucapan vulgar yang dikatakan oleh Karina tidak mempengaruhi Bara. Pria itu tetap terlihat tenang meskipun sebenarnya ia muak mendengar ucapan tersebut dilontarkan oleh Karina."Keluar!" katanya dan Karina melotot mendengar perintah Bara. Bukannya menanggapi apa yang dikatakannya, Bara justru mengusirnya demikian."Kamu tidak bisa menjawab pertanyaan aku tadi? Artinya, kamu memang mengakui aku hebat saat memuaskan kamu, kan?" Karina tidak pantang menyerah, tetap berusaha untuk membuat keyakinan Bara yang memilih Gina goyah dengan cara mengatakan semua kelebihannya pada laki-laki yang pernah memberinya satu anak tersebut.Bara mengarahkan pandangannya pada Karina, dari sorot matanya, Karina tahu saat ini Bara sepertinya marah. Tapi ia tidak peduli. Membayangkan Bara dengan Gina, Karina benar-benar tidak terima. Bagaimana mungkin mantan suaminya memilih perempuan yang bekerja dengan mantan suaminya tersebut.Harga diri Karina seperti tercabik."Aku puas denganmu, tapi puas di atas ran
"Saya, maksud saya-""Baiklah. Setelah aku menyelesaikan pekerjaan di kantor, bawa aku ke kampung halamanmu, pertemukan aku dengan orang tuamu!"Bara tidak peduli dengan ekspresi gugup Gina, ia mengucapkan kalimat itu sambil melangkah semakin mendekati posisi Gina berdiri hingga jantung Gina kembali berdetak kencang sebab sekarang jarak mereka sudah dekat kembali.Apalagi kalimat yang diucapkan oleh Bara tadi, benar-benar membuat ia tidak menyangka, pria itu baru saja mengungkapkan perasaan, sekarang sudah ingin menemui orang tuanya."Tuan, tolong berikan saya waktu.""Aku tidak bisa menunggu terlalu lama, Gina. Apalagi kamu ingin merahasiakan hubungan kita, aku tidak mau!""Saya tahu. Masalahnya, orang tua saya tidak tahu apa yang terjadi pada saya di sini, mereka mengira pernikahan saya baik-baik saja dengan Haris, saya harus menjelaskan dulu pada mereka, dan-""Kamu jelaskan pada mereka dan bawa aku ke hadapan mereka, beres, kan?"Jemari tangan Gina mencengkram erat kembali ujung p
Ini membuat Gina mencengkram erat ujung pakaiannya agar ia tidak terlihat memalukan karena kondisi mereka yang sekarang benar-benar tidak aman untuk jantung dan hatinya."Tuan, bolehkah saya melihat Tuan Muda Gavin? Saya khawatir dia-""Kamu tidak boleh pergi sebelum menjelaskan semua yang ada di hatimu padaku, Gavin mengalah dulu, selama ini juga aku terus mengalah untuk dia!"Bara memotong perkataan Gina sambil mencengkram tangan Gina yang ingin mendorong tubuhnya tadi agar wanita itu bisa beranjak meninggalkannya.Gina menggigit bibir, dan Bara melihat hal itu hingga tanpa sadar pria itu menelan salivanya dengan kasar. "Saya merasa tidak yakin Tuan suka dengan saya, karena saya tidak seperti Bu Karina dari segi apapun terutama pada tubuh."'Pembicaraan seperti apa ini? Kenapa rasanya sangat tidak bermanfaat?'Ucapan Gina dilanjutkan perempuan itu dengan keluhan di dalam hati kembali karena Gina sekarang frustasi dengan situasi yang dialaminya."Dengan kata lain kamu tidak percaya
"Tuan. Saya minta maaf. Mungkin saya membuat Tuan kecewa, tapi saya tidak pernah memutuskan sesuatu tanpa berpikir panjang terlebih dahulu, saya memilih Tuan bukan karena terdesak oleh mantan suami saya, tapi karena memang saya menyukai, Tuan...."Dengan penuh perasaan malu yang menyeruak. Gina bicara demikian hingga membuat hati Bara sebenarnya berbunga mendengarnya, namun karena ia memiliki gengsi yang cukup tinggi, ia bertahan dengan sikapnya yang sekarang."Apa buktinya?" tanyanya tanpa menatap Gina lantaran tidak mau Gina melihat wajah berserinya mendengar pengakuan dari Gina tadi.Untuk sesaat, Gina bingung diminta bukti segala oleh Bara. Bukti seperti apa yang diminta oleh laki-laki itu? Sentuhan fisik seperti berciuman, kah? Ada pertanyaan seperti itu di otak Gina hingga sekarang ia jadi gelisah seperti sedang menantikan putusan hakim karena ia terdakwa."Bukti? Maksudnya?"Gina bertanya seperti orang bodoh, dan itu membuat Bara jadi semakin gemas karena Gina benar-benar seper
Sekarang, mereka berdua sudah ada di ruangan kerja Bara dan Bara sudah menutup pintu ruangan itu lalu menguncinya membuat Gina semakin gugup, apa yang sebenarnya akan dilakukan oleh Bara sampai pria itu melakukan hal itu padanya.Gina mundur ketika posisi mereka terlalu dekat, dan setiap kali Gina mundur, Bara maju seolah-olah tidak membiarkan jarak antara dirinya dengan Gina menjadi jauh. 'Bagaimana ini? Kalau seperti ini terus, aku bisa-bisa terlihat gugup oleh Pak Bara, aku tidak mau dia tahu jantungku sekarang tidak bisa dikontrol detaknya....'Gina mengeluh di dalam hati, merasa tidak bisa berdua dengan Bara terus menerus seperti sekarang di ruangan itu. Namun, apa yang akan ia lakukan untuk bisa melarikan diri? Bara saja seperti tidak memberikan celah untuknya melakukan hal itu."Kamu belum memberikan jawaban atas apa yang aku katakan tempo hari, Gina, aku bukan tipe orang yang suka terlalu lama menunggu tanpa kepastian."Suara Bara terdengar dan Gina semakin menunduk karena ia