LOGINLucianna tidak pernah menyangka, kalau kedua orang tuanya akan membuat sebuah keputusan yang membuat hatinya terluka. Bagaimana tidak, kekasih yang ia pacari selama dua tahun lamanya, lebih memilih menikahi kakak sepupunya. Dan meninggalkannya dengan rasa sakit yang begitu hebat. Sejak saat itu, Lucianna bertekad akan mendapatkan paman kekasihnya, bagaimanapun caranya. Demi membalaskan rasa sakit hatinya. Dia bersumpah akan menjadi bibi— dari mantan kekasihnya. Di sebuah acara gala dinner, Lucianna menggoda seorang pria yang diyakini olehnya sebagai paman dari mantan kekasihnya.Namun, sebuah fakta mengejutkan harus ia telan. Membuka sebuah rahasia yang tidak pernah Lucy bayangkan sebelumnya. Pria yang selama ini ia goda, merupakan sang penguasa, yang disegani oleh semua tokoh di kotanya. Saat Lucianna ingin mengakhiri sandiwara dan godaan terhadapnya. Sebuah lamaran mengikatnya untuk bersama sehidup semati. Akankah Lucianna menerimanya?
View More“Lucy, carilah pria yang lebih baik dari Noah. Ibu yakin kamu mampu.”
Itulah yang dikatakan sang ibu pada Lucianna, saat ia berniat keluar untuk menemui pacarnya yang sudah tidak bisa dihubungi selama satu minggu penuh. Lucy sempat mengutarakan keberatan dan kekhawatirannya tentang sang kekasih, tapi kedua orang tuanya tidak menanggapi dan justru memaksa Lucy menemani mereka untuk menyapa tamu yang akan hadir.
Akhirnya, Lucy mengalah. Mungkin ia bisa menyelinap keluar setelah acara selesai.
“Memang, siapa tamunya?” tanya Lucy saat ia hendak turun untuk menyapa tamu yang sudah datang. “Aku dengar, Nenek juga ikut datang ya?”
“Nanti juga kamu tahu.” Ibu Lucy menyahut seadanya. “Sudah, sana turun dulu. Kami akan menyusul.”
Lucy mendesah pelan. Perasaannya mengatakan tidak enak. Setelah termenung cukup lama, ia akhirnya turun ke bawah dan menyusuri lorong rumahnya.
Namun, langkah kakinya mendadak berhenti saat mendengar suara yang begitu familiar diikuti tawa manja sosok perempuan yang dikenalnya sebagai Roselia, sepupunya.
“Ah, Noah~ Aku adalah orang paling beruntung,” ucap suara itu. “Sudah lama sekali aku menyukaimu, Noah. Aku sangat mencintaimu, setelah malam ini kita akan bersama selamanya.”
Lucy membeku di depan ruangan keluarga.
Tidak. Itu tidak mungkin.
Mungkin itu adalah Noah yang berbeda dengan Noah kekasihnya.
Tapi kenapa … Rosalia di sini bersama pria asing?
Namun, Lucy tetap melangkah mendekat dan mendorong pintu perlahan.
Pemandangan di depannya membuat dada Lucy terasa sesak. Hatinya remuk dan tiba-tiba perutnya terasa mual.
Di dalamnya, Lucy menemukan Roselia dan Noah saling memeluk dan berciuman. Tampaknya mereka berdua terlalu larut dalam ciuman itu, sehingga tidak menyadari pintu terbuka.
Namun, di tengah-tengah ciuman panas itu, tiba-tiba Roselia membuka matanya. Matanya beradu pandang dengan Lucy yang masih berdiri mematung.
Tapi, seperti tidak sedang melakukan dosa besar, alih-alih melepaskan ciuman itu, Roselia semakin memeluk erat tubuh Noah dan memperdalam ciuman mereka.
Air mata Lucy sontak menetes melihat itu semua. Ia perlu beberapa saat untuk meneguhkan hatinya sebelum kemudian mengetuk pintu dengan tangannya yang masih terkepal.
Baru setelah itu, pria yang dicium oleh Roselia melepaskan ciuman dan menoleh ke arah Lucy. Ada keterkejutan di wajahnya yang tampan.
Lucy menarik napas panjang dalam diam. Pria itu benar Noah, kekasihnya.
Sementara itu, Roselia meraih tangan Noah dan menggenggam erat tangannya. Seolah memberi tahu, kalau pria itu adalah miliknya sekarang.
“Hebat,” kata Lucy, melangkah menghampiri. “Setelah satu minggu menghilang–”
“Lucy, tolong jangan salahkan Noah,” ucap Roselia dengan suara gemetar, seperti tidak sabar untuk menunjukkan keahliannya berakting. “Aku yang–”
“Aku akan menikahi Roselia.” Tiba-tiba Noah menyatakan. “Jadi, kita akhiri saja hubungan kita, Lucy.”
Lucy membeku. Dunianya seolah terhenti sejenak.
Namun, ia paksakan untuk tetap menghampiri pasangan itu.
“Lucy, ini semua salahku. Aku terlalu mencintai Noah,” ucap Roselia. Air mata sudah membasahi pipinya. “Aku mohon, tolong ikhlaskan Noah. Aku tidak bisa hidup tanpa–”
PLAK!
Sebuah tamparan melayang ke pipi Roselia. Sepupunya itu memekik seraya memegang pipinya yang terkena tamparan.
“Ikhlaskan katamu?” ucap Lucy getir. “Aku dan Noah sudah berpacaran dua tahun. Bisa-bisanya kamu … menusukku?”
Bayangan Roselia yang sengaja memperdalam ciumannya saat menyadari kehadiran Lucy muncul lagi di kepala.
“Dan kamu, Noah.” Pandangan Lucy beralih ke arah Noah. “Sudah berapa lama kamu berselingkuh dengan sepupuku sendiri?”
“Aku tidak pernah mengkhianatimu, Lucy,” sanggah Noah. Ia dengan protektif meraih Roselia yang terisak ke dalam pelukannya. “Orang tuamu yang memintaku menikahi Roselia. Dan aku menyanggupinya.”
Sepasang mata Lucy melebar. Tidak percaya dengan apa yang ia dengar.
“Orang tuaku … katamu?” Lucy menggeleng pelan. “Konyol sekali. Jangan memfitnah–”
“Noah tidak bohong, Lucy. Aku memang meminta Noah meninggalkanmu dan menikahi Roselia,” ucap Robin sang ayah yang muncul bersama istrinya. “Lupakan Noah, kamu harus merelakannya.”
Lucy menoleh, penuh keterkejutan menatap kedua orang tuanya. Jawaban sang ayah menambah luka di hatinya.
“Bibi, Paman,” ucap Roselia terisak.
Aurelia, ibu Lucy, menghampiri Roselia yang menangis, dan terlihat cemas dengan melihat wajah Roselia dengan cap lima jari. Sementara Lucy membeku melihat ibunya begitu perhatian kepada Roselia. Seolah rasa sakit di hatinya tidak sebanding dengan apa yang dirasakan Roselia saat ini.
“Lucy menamparmu? Apa sakit, Nak?” tanya Aurelia penuh perhatian.
Roselia mengangguk pelan. Aurelia menatap Lucy.
“Kamu kelewatan, Lucy. Apakah memang kamu barbar seperti ini?” ucap Aurelia. “Aku tidak pernah mengajarimu begitu!”
“Aku yang kelewatan?” bisik Lucy tidak percaya sembari menatap sang ibu. “Aku?”
“Aduh, tidak perlu drama. Kamu mempermasalahkan Noah yang memilih Roselia? Kalau aku jadi dia, aku juga lebih suka waniat yang lebih tertata,” tukas Aurelia. Ia mengelus punggung Roselia yang masih terisak pura-pura. “Kan sejak awal aku sudah bilang. Lupakan Noah. Tapi kamu keras kepala. Jadi sekarang jangan salahkan kakak sepupumu.”
Tiba-tiba Roselia bersuara. “Paman, Bibi, tolong jangan marah pada Lucy. Semua ini salahku. Aku yang mencintai Noah, wajar saja jika Lucy tidak terima hubungan kami saat ini.”
Lucy membelalak, lalu tersenyum getir penuh rasa perih di hatinya.
“Tidak perlu merasa bersalah, Sayang.” Aurelia menenangkan keponakannya. Lalu, pada Lucy, wanita paruh baya itu melanjutkan, “Noah, pria baik. Dia cocok untuk menjaga Roselia. Kakakmu sudah lama mencintai Noah. “Kamu cantik dan pintar, kamu bisa mendapatkan pria lain dengan mudah, Lucy. Sementara kakakmu yang lemah ini, tidak mengenal siapapun selain kamu dan Noah. Mengalahlah kali ini.”
Air mata Lucy menetes. Lalu menarik napas pelan, ia memejamkan matanya sesaat. Tangannya mengepal erat, menggenggam rasa sakit di hatinya.
“Jadi, semua ini demi kebahagiaan Roselia? … demi membuatnya bahagia. Kalian mengatur semua ini, dan mengorbankan kebahagiaanku?” tanya Lucy menatap kedua orang tuanya bergantian. Lucy menunjuk dadanya. “Aku ini putri kalian. Sebagai orang tuaku, kenapa kalian begitu kejam?”
Robin menatap tegas putrinya. “Malam ini sudah diputuskan. Roselia dan Noah akan bertunangan, dan Noah akan melamar secara resmi. Jadi, lupakan Noah Lucy. Aku yakin kamu bisa.”
Malam itu hati Lucianna benar-benar hancur. Setelah dipaksa menyaksikan pertunangan konyol itu, Lucy pergi sembari mengendarai mobil sambil menangis dengan kecepatan yang sangat tinggi. Lucy masih tidak menyangka, dengan keputusan orang tuanya yang menyakiti hatinya secara sadar.
Sambil mengendarai mobil ia menangis. Hatinya dipenuhi luka hingga rasanya kebas. Sampai tiba-tiba–
Brak!
Ia tidak bisa menghindari menabrak mobil RR di depannya. Benturan yang cukup keras itu merusak bumper, dan juga bagian mobil lainnya.
Lucy membelalak, usai menyadari dirinya menabrak mobil mewah di depannya.
“Oh Tuhan.”
Lucy langsung keluar dari mobil, ia melihat mobil miliknya dan milik orang yang ditabraknya cukup parah. Lucy memegang kepalanya. Ia merasa begitu sial. Tidak lama sopir yang menyetir mobil itu keluar dan menghampiri Lucy. Ia menggelengkan kepalanya.
Pria tua itu seperti ingin menegur Lucy. Namun, melihat Lucy yang menangis. Ia mengurungkan niatnya. Lucy merogoh tasnya dan memberikan kartu namanya. Lalu membungkuk penuh penyesalan.
“Mohon maaf, Pak! Bapak bisa hubungi saya di sini. Semua kerusakan mobil Bapak akan saya ganti semuanya,” ucap Lucy terisak seraya menyodorkan kartu namanya.
Lalu, sebuah tangan muncul keluar dari kaca mobil. Tangan pria itu memberikan isyarat agar sopir itu datang padanya, Lucy yang masih syok mencoba menghubungi seseorang. Sementara sopir menghampiri pria di dalam mobil.
Sopir itu memberikan kartu nama, pada sosok pria di dalam mobil.
“Lucianna Gwyneira,” gumam pria itu seraya memegang kartu nama Lucy.
“Mmmpth! “ Lucu berusaha melepaskan diri dari Andrew. Usai melepaskan ciuman hangat itu, Andrew turun dari tempat tidur. Lucy membelalak, seolah tidak ada rasa bersalah setelah menciumnya. Lucu ingin sekali menegurnya. Namun, ia mengurungkan niatnya dan menyentuh bibirnya yang masih terasa berdenyut. Saat Andrew berada di dalam kamar mandi. Diam-diam Lucy mengamati dan langsung ganti pakaian dan pergi meninggalkan kamar hotel. Andrew yang berada di kamar mandi mendengar suara pintu. Dan setelah keluar dari kamar mandi, benar saja Lucy sudah tidak ada. Manik mata pria itu tertuju pada sebuah kartu nama yang tergeletak di atas nakas. Ia meraih kartu nama itu dan dilihatnya. “Apa kamu selalu memberikan kartu namamu ke setiap orang asing? “ Andrew membawa kartu nama itu bersamanya. Sebelum meninggalkan kamar hotel, ia melihat tumpukkan pakaian di sudut kursi. Ia tersenyum tipis, lalu pergi. ***Dua hari berlalu sejak malam itu. Lucy menatap ponselnya, ia bertanya-tanya pada diriny
Lucy terdiam sejenak, keputusannya sudah bulat. Ia akan mendapatkan paman Noah, bagaimanapun caranya ia harus menjadi bibinya. Dengan begitu ia dapat menindas pasangan tidak tahu malu itu.“Aku tidak akan menyesal,” jawab Lucy.Andrew akhirnya bangkit. Lucy menatap punggung Andrew yang kini berjalan ke arah kamar mandi.“Paman,” panggil Lucy. Andrew menoleh ke belakang. “Anda sangat seksi,” kata Lucy mengedipkan sebelah matanya menggoda.Andrew tidak berekspresi, tetapi ketika ia masuk ke dalam kamar mandi ia tersenyum tipis.“Nona kecil, kau sangat menarik.”Lucy membenamkan wajahnya usai Andrew masuk ke dalam kamar mandi. Ia merasa malu kepada dirinya sendiri, ia tidak menyangka akan bersikap seperti itu pada pria yang baru pertama kali ia temui.“Lucy, demi mendapatkan paman Noah, kamu harus menebalkan muka.”Saat Andrew keluar dari dalam kamar mandi, ia sudah memakai pakaian ganti. Sementara itu Lucy masih duduk di tempat tidur, dengan wajah tersenyum.“Mandilah. Kamu tidak bisa t
Lucy membelai wajah Andrew. “Tapi, saya tidak akan menyesal. Om pasti perkasa,” ucapnya lirih sambil mengelus punggung pria itu.Manik mata Andrew sempat tertuju pada jam tangannya. Lalu senyuman tipis terukir di wajahnya.“Aku tidak akan membuatmu kecewa.”Andrew menarik selimut, menutupi tubuh mereka berdua. Lucy menahan napas ketika jarak wajah sangat dekat. Hangat napas Andrew menyapu bibirnya, membuat jantung Lucy berdetak lebih cepat.Tiba-tiba suara pintu terbuka dari luar. Lucy tersentak. Ia refleks ingin bangkit, namun lengan Andrew menahannya, membuat tubuhnya kembali terkunci dalam pelukan pria itu. Tatapan Andrew menegas, memberi isyarat agar Lucy tetap diam.“Ternyata benar kamu ada di sini?”Suara perempuan itu membuat mata Lucy membelalak. Pandangannya langsung tertuju pada Andrew, sementara Andrew memilih bungkam dan tetap menahannya untuk tidak bergerak sama sekali.“Kenapa kamu tidak datang ke acara makan malam?” lanjut perempuan itu. “Kamu sedang menghindariku?” Lu
“Pak Andrew, yang berada dibarisan keempat.” Tunjuk penerima tamu. Sayangnya Lucy tidak bisa melihat dengan jelas, karena keramaian orang-orang yang menghalangi pandangan Lucy. “Ah, aku tidak bisa melihatnya.”“Nona, tidak perlu khawatir. Diantara keenam orang itu, hanya ada dua pria tampan. Salah satunya adalah Pak Andrew.”Setelah itu penerima tamu buru-buru pergi, karena masih harus menyambut tamu yang datang. Lucy tidak sempat menanyakan pakaiannya. Semua pria di pesta itu memakai tuxedo. Setelah itu Lucy memberanikan diri untuk pergi ke sana, dilihatnya di depan sana hanya tersisa lima orang. Mata Lucy langsung tertuju pada pria yang berada di barisan keempat.Saat Lucy hendak menghampiri, pria itu berjalan ke arah balkon. Lucy tidak tinggal diam, ia tidak ingin kehilangan pria itu.Pria itu berdiri di balkon, melihat keluar gedung. Lucy menghentikan seorang pelayan yang lewat membawa gelas berisikan sampanye, ia pun meneguknya. Lucy berjalan dengan ragu,menundukkan wajah semab






Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.