"Sebenarnya, apa yang ada di dalam pikiran kamu, Nak? Kamu datang ke sini tentu dengan niat ingin mengatakan hal itu, bukan? Katakan saja pada Mami, semuanya."Indira tidak menanggapi apa yang dikeluhkan oleh Bara, tapi ia justru melontarkan pertanyaan itu pada sang anak hingga membuat Bara terdiam sejenak."Kurasa, Gavin jadi egois seperti itu, karena pola asuh ku dan Karina yang salah."Akhirnya, Bara meluahkan apa yang ada di dalam pikirannya pada sang ibu, hingga ibunya menghela napas panjang mendengarnya. "Bisa benar, bisa juga salah," ucap Indira dan itu membuat Bara langsung mengarahkan pandangannya pada sang ibu."Maksudnya?" tanya Bara."Anak bisa egois kalau orang tuanya terlalu memanjakan, tapi untuk Gavin, karena ada masalah dari orang tuanya, mungkin dia sekarang sedang beradaptasi."Indira menjelaskan apa yang ia maksud hingga Bara sekarang mulai mengerti."Jadi intinya aku dan Karina tetap satu satunya orang yang bersalah dalam pembentukan karakter Gavin, kan?""Bara,
"Bagaimana dengan ibu kamu? Memangnya dia tidak mengamuk kalau kita bersama tanpa rujuk? Bagaimana dengan kedudukan kamu di perusahaan? Memangnya kalau kita bersama tanpa rujuk kamu tidak dijadikan bahan gosip?" tanya Jessica berulang."Memangnya kamu serius ingin rujuk dengan aku?""Aku tidak peduli rujuk atau tidak, yang penting kebutuhan aku terpenuhi itu sudah cukup, kamu juga tidak suka padaku, kan? Masih suka si Gina itu?" Jessica bicara demikian sambil menatap Haris dengan tatapan mata tajamnya."Aku cuma tidak rela setelah bercerai dengan aku, dia justru bahagia dengan orang lain.""Berarti, kamu tidak suka sama dia?"Jessica penasaran dengan apa sebenarnya yang dipikirkan oleh Haris tentang Gina."Heeeem, sebenarnya, aku suka sama dia, aku dulu tidak puas dengan dia karena dia melahirkan anak perempuan saja lalu, dia tidak bisa berpenampilan seksi seperti kamu di hadapan aku."Wajah Haris terlihat sangat serius ketika menjawab pertanyaan dari Jessica tentang Gina."Berarti
"Lalu, kenapa kau bicara seperti ini padaku? Mau minta uang?" tanya Haris seraya menatap wajah Jessica dengan sangat serius."Apakah tidak boleh kita rujuk?"Wajah Haris berubah mendengar perkataan Jessica yang tidak disangka-sangka. "Kau sedang bercanda? Kamu sendiri tahu, aku sedang mengejar Gina kembali, kenapa kamu ingin rujuk? Kamu ditolak si model itu lalu kamu berlari kepadaku karena tidak ada pria lain lagi yang mau dengan kamu?"Panjang lebar Haris bicara, kalimat nya sedikit mencemooh dan Jessica sudah menebaknya hingga ia tidak merasa heran."Sudah lama kamu berusaha untuk menarik perhatian Gina, tapi enggak ada hasilnya, memangnya kamu tidak lelah?""Dia hanya terlalu gengsi mengakui, Raya itu anakku, setiap anak itu nyaman dengan ayah kandung daripada anak tiri!""Bukannya kamu tidak suka anak perempuan?""Tidak suka bukan berarti tidak bisa menerima keberadaannya, kalau aku menerima Raya dan itu bisa membuat Gina kembali padaku, apapun akan kulakukan.""Terserah kamu sa
"Ada yang aneh? Maksudnya?"Gina mengusap wajahnya perlahan, tidak mau dinilai Bara picik dalam menyimpulkan sesuatu."Enggak papa, mungkin cuma perasaan aku saja," kata Gina memilih untuk tidak menjawab dengan jujur pertanyaan tidak paham Bara."Bicara saja, apa yang ada di dalam pikiranmu, aku ingin mendengar siapa tahu itu sebuah firasat?"Bara yang yakin istrinya sedang memikirkan sesuatu mengatakan kalimat tersebut, berharap Gina mau meluahkan apa yang membuat perempuan itu mengatakan bahwa ada sesuatu yang aneh seperti yang dikatakannya tadi."Maaf. Aku cuma tiba-tiba berpikir, dan mungkin bagimu itu terlalu berlebihan jadi tidak perlu dibahas.""Tapi aku tidak keberatan untuk mendengarkannya, Sayang."Bara bersikeras untuk meminta Gina bicara, hingga Gina menarik napas sejenak seolah tidak bisa mencari alasan untuk tidak menjawab dengan jujur pertanyaan suaminya."Karina masih sangat ingin rujuk sama kamu, ketika di rumah sakit, kamu bilang setelah ditalak tiga, kalian tidak se
"Tapi, aku benar-benar tidak pernah ikut andil walaupun hanya menggendong atau menenangkan Gavin, Gina. Itu sebabnya, sikap Gavin dan Raya itu berbeda."Bara tetap kukuh menyalahkan dirinya sendiri."Kata Haris dan ibunya, anak perempuan dan laki-laki itu berbeda sikap, itu sebabnya mereka hanya menerima anak laki-laki dan tidak suka dengan anak perempuan."Gina mengucapkan kalimat tersebut dengan wajah yang terlihat muram."Memang, sikap perempuan dan laki-laki itu berbeda, tapi bukan berarti itu dijadikan alasan untuk hanya menyukai salah satu.""Kamu enggak berpikir seperti itu?""Tidak. Buatku, asalkan bayi itu sehat, itu sudah cukup, mau perempuan atau laki-laki bagiku sama saja."Bara menjawab pertanyaan sang istri dengan wajah yang terlihat sangat serius."Seandainya kamu tidak mendapatkan anak laki-laki, apakah kamu tetap menuntut istri kamu harus melahirkan anak laki-laki? Jadi, dia wajib hamil dan hamil terus sampai mendapatkan anak laki-laki?" tanya Gina dengan sangat hati-
"Terima kasih untuk apa?" tanya Bara dengan nada suara yang sangat lembut. Tangannya menekan kain basah yang digunakan untuk mengompres puting susu sang isteri agar kain itu tetap di posisi semula menutupi bagian dada yang sakit.Wajah Gina merah merona mendengar pertanyaan yang dilontarkan oleh Bara sampai perempuan itu mengalihkan pandangannya tidak mau balas menentang tatapan mata sang suami padanya."Terima kasih untuk semua yang kamu lakukan padaku sekarang."Gina menjelaskan apa yang dipertanyakan oleh Bara masih dengan wajah yang terlihat merah menahan malu.Bara tersenyum mendengar apa yang diucapkan oleh Gina. Satu tangannya yang lain menyentuh pipi sang istri dan mengusap pipi itu dengan sangat perlahan.Apa yang dilakukan oleh Bara membuat Gina jadi tidak karuan perasaannya. Detak jantungnya menjadi abnormal, sekujur tubuhnya terasa panas dingin dan perempuan itu memegang tangan sang suami yang sejak tadi mengelus pipi sampai rahangnya dengan perlahan. "Awalnya aku pikir