Bisikan Bara membuat wajah Gina merah. Sekujur tubuhnya juga seolah berubah menjadi batu hingga Gina seolah tidak bisa bergerak sama sekali. Sementara itu, usai membisikkan kalimat itu pada sang istri, Bara mulai mencium bagian leher istrinya hingga membuat Gina meloloskan suara. Suara Gina yang lolos makin membuat gairah Bara tidak terkendali. Ciuman Bara kembali berlabuh di bibir Gina dan Gina tidak berdaya untuk menolak meskipun khawatir mungkin saja aroma tubuhnya tidak nyaman tercium Bara lantaran ia belum mandi usai menyusui dua anaknya di kamar. Ketika Bara semakin berani menyentuh istrinya dan separuh pakaian sang istri sudah terbuka, tiba-tiba saja terdengar suara ketukan di pintu kamar.Sontak, Bara menghentikan ciumannya pada permukaan tubuh Gina dan mengusap wajahnya dengan kasar karena merasa terganggu tapi tidak mungkin ia mengabaikan ketukan tersebut. Bara meraih selimut dan menutupi tubuh setengah polos istrinya lalu ia merapikan sejenak pakaiannya sendiri sebelum
"Maksudnya?" tanya Bara seraya membalas tatapan mata sang istri.Sebenarnya, Bara paham dengan apa yang dikatakan oleh Gina, tapi entah kenapa, ia ingin Gina menjelaskan secara langsung maksud dari perkataan sang istri, hingga ia melontarkan pertanyaan itu pada Gina. "Kamu enggak pernah meremehkan apa yang menimpaku dan aku rasakan, kadang laki-laki itu suka meremehkan, kalau istri sakit, dia akan bilang, di rumah aja kerjaannya kenapa sakit, tapi kamu enggak, aku merasa terhibur sudah diperlakukan begitu sama kamu."Dengan wajah yang merona, Gina menjelaskan hingga Bara tersenyum senang mendengar penjelasan Gina yang sesuai dengan dugaannya."Kamu terhibur karena itulah rasa sakit itu jadi kamu abaikan?" tebak Bara. "Lebih tepatnya aku tahan. Kalau mengabaikan kurang tepat, artinya aku enggak peduli dengan rasa sakit itu dan enggak mau melakukan langkah pengobatan, sementara bagiku, aku enggak seperti itu."Gina menguraikan, dan Bara langsung mengecup permukaan bibir Gina hingga Gi
"Kau mempermainkan aku, Jessica? Apa kata ibuku kalau aku mencuci piring segala? Dia tidak akan menyukai kamu dan tidak akan percaya kalau kamu akan berubah!" "Mempermainkan apa? Aku memberikan kamu beberapa pilihan lho, kamu tinggal pilih aja mau yang mana."Jessica tidak mau disalahkan, ia mengucapkan kata itu pada Haris sambil menggoda Haris dengan cara mempermainkan dadanya sendiri dan itu membuat Haris benar-benar terangsang melihat apa yang dilakukan oleh Jessica."Baiklah, aku yang cuci piring, kamu layani aku sekarang, aku akan memberikan imbalan tas tanpa berlian!"Haris akhirnya membuat pilihan, dan Jessica menyeringai merasa puas karena ia tidak jadi mencuci piring pada akhirnya.Tanpa menunggu lama, Haris segera mendorong tubuh polos Jessica ke atas tempat tidur. Dengan dahaga ia menyentuh bagian dada Jessica dan bibirnya sibuk mencium bibir Jessica tanpa jeda. Jessica meladeninya dengan senang hati, hingga dalam sekejap keduanya sudah asyik dengan permainan panas merek
Indira melontarkan pertanyaan itu pada sang anak dengan wajah yang terlihat sangat serius."Aku tahu, Mi. Aku akan memperhatikan sepak terjangnya, aku juga tidak akan membiarkan Karina merusak pernikahan ku dengan Gina, terima kasih untuk nasihatnya."Bara berusaha untuk meyakinkan sang ibu, lalu setelah itu ia beranjak meninggalkan ibunya usai sekali lagi ia pamit pada ibunya tersebut. Indira hanya memandang anaknya yang masuk ke dalam mobilnya untuk segera pulang. Hatinya diselimuti perasaan khawatir, tapi ia tidak tahu bagaimana caranya untuk mengungkapkan semuanya lewat tindakan karena ia sangat tahu, Karina adalah perempuan yang bisa melakukan apa saja untuk mendapatkan apa yang ia mau.***"Haris, sini kamu!" Haris terkejut saat ia pulang dari kantor ibunya langsung menyeretnya untuk mengikuti wanita itu ke dalam kamar ibunya."Apa-apaan kamu? Kenapa kamu bawa Jessica ke rumah ini?"Belum lagi Haris tahu mengapa sang ibu menyeretnya sedemikian rupa, ibunya sudah bicara demikia
"Sebenarnya, apa yang ada di dalam pikiran kamu, Nak? Kamu datang ke sini tentu dengan niat ingin mengatakan hal itu, bukan? Katakan saja pada Mami, semuanya."Indira tidak menanggapi apa yang dikeluhkan oleh Bara, tapi ia justru melontarkan pertanyaan itu pada sang anak hingga membuat Bara terdiam sejenak."Kurasa, Gavin jadi egois seperti itu, karena pola asuh ku dan Karina yang salah."Akhirnya, Bara meluahkan apa yang ada di dalam pikirannya pada sang ibu, hingga ibunya menghela napas panjang mendengarnya. "Bisa benar, bisa juga salah," ucap Indira dan itu membuat Bara langsung mengarahkan pandangannya pada sang ibu."Maksudnya?" tanya Bara."Anak bisa egois kalau orang tuanya terlalu memanjakan, tapi untuk Gavin, karena ada masalah dari orang tuanya, mungkin dia sekarang sedang beradaptasi."Indira menjelaskan apa yang ia maksud hingga Bara sekarang mulai mengerti."Jadi intinya aku dan Karina tetap satu satunya orang yang bersalah dalam pembentukan karakter Gavin, kan?""Bara,
"Bagaimana dengan ibu kamu? Memangnya dia tidak mengamuk kalau kita bersama tanpa rujuk? Bagaimana dengan kedudukan kamu di perusahaan? Memangnya kalau kita bersama tanpa rujuk kamu tidak dijadikan bahan gosip?" tanya Jessica berulang."Memangnya kamu serius ingin rujuk dengan aku?""Aku tidak peduli rujuk atau tidak, yang penting kebutuhan aku terpenuhi itu sudah cukup, kamu juga tidak suka padaku, kan? Masih suka si Gina itu?" Jessica bicara demikian sambil menatap Haris dengan tatapan mata tajamnya."Aku cuma tidak rela setelah bercerai dengan aku, dia justru bahagia dengan orang lain.""Berarti, kamu tidak suka sama dia?"Jessica penasaran dengan apa sebenarnya yang dipikirkan oleh Haris tentang Gina."Heeeem, sebenarnya, aku suka sama dia, aku dulu tidak puas dengan dia karena dia melahirkan anak perempuan saja lalu, dia tidak bisa berpenampilan seksi seperti kamu di hadapan aku."Wajah Haris terlihat sangat serius ketika menjawab pertanyaan dari Jessica tentang Gina."Berarti