Ketika mereka semua menoleh tampaklah sosok Ida berjalan mendekat dengan tergesa-gesa, setelah tadi perempuan yang selalu memoles bibirnya dengan gincu berwarna merah menyala hanya menguping saja pembicaraan pria pujaannya dengan bapaknya tanpa mau memunculkan dirinya sama sekali. Ida kemudian menyusul dan berusaha menahan langkah Raihan. “Mas, kamu kok pulang begitu saja? Bagaimana nasibku dong Mas?!” Perempuan muda itu masih ingin menahan Raihan tetap di rumahnya dengan berusaha memeluk lengan kokoh Raihan dengan kedua tangannya, benar-benar mengabaikan keberadaan Raya yang langsung memberikan tatapan jengah kepadanya. Bahkan setelah itu Raya langsung menarik tegas tangan Ida dari lengan suaminya, memberi peringatan pada Ida dengan tatapannya yang tajam agar tak sembarangan mendekati Raihan. Sikap Raya selalu menegaskan tentang kepemilikannya atas sang suami, yang sel
“Apa ini Dik isinya?” Raihan bertanya dengan penuh rasa penasaran. Tapi Raya malah menjawabnya dengan senyuman yang semakin lebar. “Kamu buka aja, Mas.” Raihan sedikit menjadi ragu meski tangannya mulai menyentuh kotak yang lumayan besar di hadapannya itu. “Hati-hati ya Mas.” Raya kembali menimpali ketika Raihan mulai menggeser tutup kotak itu. “Pelan-pelan aja Mas.” Raya kemudian malah cekikikan saat melihat raut tegang suaminya. Raihan menjadi gemas melihat tingkah istrinya. Tapi dia juga sangat penasaran dengan isi kotak yang kata istrinya adalah kiriman dari seorang pria jadi-jadian yang sebelumnya pernah menjadi manajer istrinya, saat istrinya masih menjadi seorang selebgram seksi di Jakarta. Raihan sempat mengira jika kotak itu pastinya berisi perleng
“Bu, apa Ibu tahu tentang hubungan Kyai Hisyam itu dengan gadis yang bernama Hanum?” Raya bertanya dengan penuh rasa ingin tahu. Tapi sampai beberapa saat Siti tak juga memberikan jawaban, malah menampakkan gurat keresahan di wajahnya yang segera memancing curiga di hati perempuan muda itu, yang kini selalu menjadi penasaran dengan kisah lama suaminya. “Apa Hanum itu putrinya Kyai Hisyam, Bu?” Raya kembali mencecar. Wajah Siti justru terlihat semakin gugup, bahkan wanita itu lalu bangkit seakan ingin menghindari Raya yang menjadi semakin ingin tahu. “Ibu mau ke mana? Ibu belum jawab pertanyaanku lho.” Raya mengunggah kecewanya dengan cebikan kecil di sudut bibirnya. “Ibu mau mandi dulu, soalnya sebentar lagi maghrib.” Siti dengan sangat lugas kemudian mulai melangkah meninggalkan Raya yang kini hanya bisa diam dengan hati memendam rasa ingin tahu yang semakin kuat. Dengan sedikit kesal, akhirnya Raya bangkit juga dari balai-balai bambu yang didudukinya ketika ibu mertuanya m
Awalnya Raya sempat menduga jika suaminya akan mengabaikan dirinya, bila dilihat sikap sang suami yang sedang memusatkan perhatian pada pembicaraan bersama dengan Kyai yang sangat dihormati itu. “Dik, sini ....” ajak Raihan sembari memberi isyarat pada istrinya dengan gerakan tangan agar segera mendekat. Keraguan Raya segera runtuh yang membuatnya berjalan mendekat. Senyuman Raya terulas lembut penuh kelegaan karena suaminya kemudian malah memperkenalkan dirinya kepada semua kenalan, bahkan kepada Sang Kyai yang merupakan guru yang sangat disegani. “Perkenalkan Kyai, dia ini Raya, istri saya,” ucap Raihan sembari meminta pada Raya untuk berdiri di dekatnya. Raya langsung menangkupkan kedua tangan di depan dada memberikan penghormatan pada sosok yang sangat berwibawa itu. “Jadi ini istri kamu, Nak, selamat ya atas pernikahan kalian. Jodoh dan maut memang Allah yang mengatur, walau kita sudah membuat rencana, tetap saja Allah yang membuat ketentuan.” Setelah Kyai Hisyam mulai mem
Raya menjadi tak bisa menahan dirinya saat mendapati sikap Hanum yang terasa jelas begitu memusuhinya meski mereka belum pernah saling mengenal sebelumnya. Ternyata dibalik kelembutan senyuman dan tutur katanya gadis cantik itu memiliki hati yang menyimpan banyak prasangka. Raya langsung melengos kesal, karena telah dituduh dengan sangat frontal oleh sosok yang sejak awal selalu menerbitkan kecemburuannya. “Bukankah sebelumnya kamu adalah perempuan yang selalu suka mengumbar pesona diri kamu? Hanya setelah menikah dengan Mas Raihan saja, kamu sekarang berubah penampilan menjadi tertutup seperti ini.” Raya menjadi semakin tak bisa menyembunyikan kegeramannya. “Aku tahu, kamu tidak rela kan kalau Mas Raihan sudah menikah dan Tuhan menakdirkan wanita seperti aku sebagai jodohnya?” “Kamu tidak rela kenapa? Apa karena kamu juga suka dengan suamiku?” Raya terus saja mencecar. Perempuan muda itu memang selalu teramat lugas mengungkapkan apa yang ada di dalam pikirannya. Cara bicara Ra
“Pastinya perempuan yang kamu maksud itu Hanum kan Mas?” Raya segera menyebut nama Hanum dengan tandas. “Kamu kok malah memikirkan dia sih Dik?” “Kan memang dia sesuai dengan kriteria yang kamu sebut itu Mas?” Raihan memilih diam tak langsung menanggapi kata-kata istrinya. “Secara Hanum itu kan anaknya kyai besar, punya pondok pesantren dan dia itu seorang Ning, yang sejak kecil dididik ilmu agama, dengan dasar-dasar pendidikan agama yang begitu kuat, nggak kayak aku yang mengaji saja nggak bisa, bahkan meski kamu sudah mengajari aku dengan susah payah.” “Aku tak tahu apa itu ilmu nahwu shorof, aku juga nggak tahu fiqih, dan ilmu agama lain. Karena yang aku pelajari sejak dulu cuma ilmu bersolek, seluk beluk fashion, bahkan aku dulu bisanya hanya berfoya-foya dan jalan-jalan ke luar negeri.” Panjang lebar Raya meletupkan semua yang ada di dada, dan Raihan hanya bisa mendengarkan tanpa bermaksud menyela dengan satu kata pun. Sampai akhirnya Raya berhenti dengan sendirinya dan s
“Mas ....”Panggilan Raya langsung mendapat perhatian Raihan. Pria itu langsung memandangnya lurus.“Ada apa Dik?” tanya Raihan.“Bisa kita bicara sebentar?”Tatapan Raya yang sedikit tegas membuat Raihan tak bisa mengabaikan permintaan istrinya itu.“Kalian belajar sendiri dulu, yang sudah pintar ajari dulu temannya yang masih belum pandai. Aku ada urusan sebentar.”Setelah memberi pesan sama anak didiknya, Raihan segera bangkit dan mulai menepi di sisi mushola yang lebih lengang, untuk bisa berbicara dengan istrinya.“Mas, apa sekarang Hanum tinggal di desa ini?”Raya bertanya dengan sangat lugas.Raihan tergeragap menjadi sedikit gelisah yang segera memancing kecurigaan Raya.“Kenapa sebelumnya kamu nggak cerita apa-apa sama aku Mas?” cecar Raya menjadi kesal.Raihan mendesah pelan tapi segera mendekati istrinya yang sudah mulai tampak merajuk.“Dik, Hanum tinggal di desa ini untuk sementara, dia akan membantu untuk mengajar ilmu agama buat ibu-ibu, dan masyarakat desa ini.”Tapi R
“Mas, kamu kenapa sih? Kok senyum-senyum terus sih?”Raya menjadi semakin penasaran melihat senyuman suaminya yang seperti memendam rasa bahagia yang besar.“Kamu keliatan lagi seneng banget sih? Kamu habis dapat lotre ya?” tebak Raya asal disertai gelak tawa renyah yang selalu terdengar merdu di telinga seorang Raihan.“Kamu itu bisa aja Dik, aku nggak pernah berjudi, jadi nggak pernah bakal dapat lotre. Masak seorang ustadz berjudi, malah ngasih contoh buruk itu.”“Iya, iya, terus kenapa sih Mas, kamu kelihatannya seneng banget gitu?” Raya kembali bertanya lugas.“Aku kasih tidak ya?”“Ish, kamu genit gitu sih Mas,” tukas Raya yang menjadi semakin gemas melihat tingkah suaminya yang mendadak seperti remaja tanggung yang sedang berbicara dengan pacarnya.“Kamu nggak pantes kayak gitu,” imbuh Raya lagi tapi kali ini dengan gelak tawanya yang semakin terburai.“Ya udah deh, sekarang kamu tutup mata aja dulu.”Raihan kemudian tersenyum penuh arti.“Memangnya kamu mau apa sih, Mas?”“Uda