SUAMI MENOLAK MEMBERIKU NAFKAH BATIN BAG 17."Vania, awas saja kamu kalau aku dikeluarkan dari kampus. Aku sudah semester 5 dan sebentar lagi akan tamat. Gak usah ikut campur, kamu sudah tandatangani hitam diatas putih dan bersiaplah akan kulaporkan kamu ke penjara!" kata Marsya dengan napas yang menderu. Dada nya naik turun mengeluarkan kata-kata yang tak pantas."Aku sama sekali gak takut, buat apa aku melindungi orang seperti kalian, kamu sudah jadi duri dalam rumah tanggaku.""Kamu akan menyesal Vania sudah bermain dengan aku. Dasar Binat*ng kamu!" makinya padaku, berani dia mengancam ku seakan aku yang merebut Mas Prabu darinya. Aku yang istri sah namun dia sudah berlagak seakan dia yang tersakiti."Oh, kamu berani maki aku, seharusnya kamu sadar diri. Kalau aku yang
SUAMI MENOLAK MEMBERIKU NAFKAH BATIN BAG 19.Perjalanan dari sini ke rumah orang tua Marsya memakan waktu dua jam. Lewat biodata nya kami mendapatkan alamat lengkap Marsya. Walaupun Marsya hanya di skorsing namun aku perlu tahu kebenaran cerita selanjutnya, apakah Marsya sudah menikah secara sirri atau belum serta tahukah orangtuanya bila Marsya menjadi pelakor selama di kota.Aku ragu antara ya atau tidak membawa Fauzan ikut serta karena dia masih bayi yang berumur enam bulan. Lebih baik tidak kubawa saja dan aku akan minta tolong Mbak Farah buat lihat-lihat anakku karena sudah ada Asih sang Baby sitter yang mengurusnya. biasanya Mbak Farah hanya lihat-lihat saja.Aku sedang sibuk di toko. Hari ini tidak ada Jadwal kuliah dan mengajar juga cuma sebentar. Aku memilih ke toko dan menyibukkan diri. Rencananya besok kami kerumah orang tua Marsya. Saat weekend adalah waktu yang tepat unt
SUAMI MENOLAK MEMBERIKU NAFKAH BATIN BAG 20."Vania kami juga mau ikut!""Nggak bisa, ibu ngerepotin aja. Buat apa ikut segala," kataku dengan wajah datar."Ini menyangkut anakku. Aku mau tahu, apa benar dia sudah kawin lagi dan selingkuhannya hamil di luar nikah," ucapnya, aku memberikan senyum tipis kearahnya."Berarti Ibu mengakui kalau Mas Prabu punya selingkuhan. Begitu!" lanjutku, wajahnya langsung kesal."Ini semua gara-gara kamu. Alam bawah sadar ku tiba-tiba saja mengatakan hal itu karena terpengaruh berbagai ucapan mu," katanya membela diri."Oh, kalau Ibu tidak mengakui, ngapain Ibu ikut. Nyusahin aja, kalau pingsan dijalan gimana. Apa si Sila sanggup mengurus Ibu.""Ih, jangan sampai pingsan dong, Bu. Repot nanti. Kita gak usah ikut a
SUAMI MENOLAK MEMBERIKU NAFKAH BATIN BAG 21.Bu Arum menggebu-gebu menyampaikan hal itu pada Ibu Marsya. Wajah Ibu nya Marsya terlihat shock. Dia mendadak bingung menerima apa yang dikatakan Bu Arum."Maaf, maksudnya apa ya?" tanya nya memegang dadanya seakan dia baru saja di hantam batu dan terasa nyeri."Apa kurang jelas apa yang kukatakan. Kurang jelas. Ha! Panggil anakmu kesini, aku mau lihat langsung seperti apa pelakor kecil itu!" ucap Bu Arum, dia sangat marah bukankah seharusnya aku yang marah."Bu, Marsya sudah menjadi duri dalam rumah tangga saya. Dia sudah berselingkuh dengan suami saya. Saya tak tahu pasti kapan mereka berselingkuh dan katanya Marsya juga hamil. Perbuatan mereka sudah saya laporkan ke kampus dan sekarang suami saya dan Marsya di nonaktifkan pihak kampus. Marsya dan suami saya berkilah kalau mereka sudah menikah sirri,
SUAMI MENOLAK MEMBERIKU NAFKAH BATIN BAG 22."Marsya!" ucap serentak beberapa orang. Marsya tentu merasa terkaget melihat keramaian ada dir rumah orangtuanya. Bola matanya mendelik melihat kami disini."Kalian!" katanya tertahan, Marsya masih bingung mau berbicara apa."Heh. Kamu pelakor kecil yang udah merusak putraku!" Bu Arum mendekat dan dengan kesal menunjuk-nunjuk wajah Marsya."Ibu siapa ya?" tanya nya heran. Ibu dan Bapaknya langsung mendekati putri mereka."Aku, aku Ibunya Prabu. Laki-laki yang udah kamu rusak hidupnya." Sergah Bu Arum gemas pada Marsya. Marsya terdiam meneliti."Bu, jangan sembarangan ngomong. Anakmu juga sudah menghancurkan masa depan putri kami!" ucap Ibunya membela Marsya. Pandangan sengit ditujukan Marsya padaku."K
SUAMI MENOLAK MEMBERIKU NAFKAH BATIN BAG 23.Pak Tom roboh dan kami semua panik disana. Pak RT mengusulkan untuk membuka pintu agar para warga bisa menolong Pak Tom. Ibunya Marsya mengguncang-guncang suaminya yang pingsan disana dan Marsya juga terlihat panik."Vania, Binat*ng kamu memang. Semua gara-gara kamu. Kamu pembunuh, kalau Bapak ku mati aku tidak akan mengampuni mu, Pembunuh!" ucapnya mencak-mencak padaku. Beberapa warga yang tadinya berkerumun diluar. Berupaya keras membantu Pak Tom untuk segera dilarikan kerumah sakit. Dan beberapa orang pula memegangi Marsya agar dia tak berbuat diluar batas."Kamu yang binat*ng, Bapak mu seperti ini salah mu sendiri dasar pelakor kecil sial kamu!" balasku tak terima makiannya. Aku tak sampai berpikir akan seperti ini. Ini semua diluar kuasaku. Aku hanya ingin memperingatkan saja agar Marsya sadar dan tidak akan mengulang lagi perbuatannya di kemudia
SUAMI MENOLAK MEMBERIKU NAFKAH BATIN BAG 24.PoV PrabuAku tak tahu apakah keputusan ku benar apa salah untuk menikahi Marsya secara sah. Kepalaku rasanya berputar, aku sedang memikirkan rencana agar Vania tidak bersikap sembarangan padaku. Gara-gara dia aku dinonaktifkan dari kampus. Jabatan ku dicopot dan aku juga mungkin terancam dipecat.Masalah demi masalah datang gara-gara Vania terlalu berani padaku. Ini belum selesai sama sekali. Aku akan membuat Vania menyesal karena sudah berani main-main padaku. Sekarang masalah bertambah runyam saja gara-gara dia nekat datang ke rumah orang tua Marsya mengajak Ibuku untuk melabrak mereka disana. Bapak Marsya pingsan dan diagnosa terkena serangan jantung semua karena ulah Vania.Padahal semuanya sudah kondusif. Untuk mengelabui kampus, aku dan Marsya pura-pura menikah siri. Dan dia bersedia serta menganggap sah
SUAMI MENOLAK MEMBERIKU NAFKAH BATIN BAG 25.Aku tersenyum puas sekarang. Barang barang Mas Prabu yang ada di meja sudah ku rapikan. Aku sekarang yang memegang jabatan ini. Jabatan ketua jurusan fakultas, dengan berbagai cara aku meyakinkan agar aku berada diposisi ini. Nampaknya Pak Dekan melihat kesungguhan ku, walaupun hanya sementara dan belum final jabatan ini ku pegang namun setidaknya untuk menunjukkan pada Mas Prabu bahwa aku bisa sepertinya.Aku teringat kejadian di warung sate beberapa hari yang lalu. Dimana aku dan jal*ng kecil itu adu mulut dan saling serang serta berakhir dengan kemenangan ku. Aku tak akan biarkan dia mengambil secuil pun yang menjadi hak ku dan anakku. Mas Prabu selama ini pelit sekali membagi nafkah padaku. Uangnya hanya sebagian kecil yang dia berikan padaku dan selebihnya ditelan sendiri dan diberikan pada Ibunya.Betapa susahnya aku dan Fauzan sampa