Alex segera masuk ke dalam dan duduk di sampingku. Dia terdiam dan aku teringat pada saat aku menyiramnya. Tidak seharusnya aku melakukan itu. Akhirnya aku berkata kepadanya dengan muka muram, "Maaf Alex, tadi aku menyirammu." Alex langsung memelukku dan menjawab, "Aku juga minta maaf sudah berteriak kepadamu Anna." Dia mengusap-usap rambutku lalu kami melepas pelukan masing-masing dan tertawa.
Mama juga tertawa melihat kami lalu beliau memalingkan wajahnya untuk menatap Alex dan berkata, "Maafkan aku Alexander. Pasti berat bagimu mengetahui kenyataan dengan cara seperti ini." Alex mengangguk dan tersenyum serta berkata, "Setidaknya aku masih memiliki orang tua bukan?" Mendengar hal itu, mata mama berbinar-binar seperti ada secercah cahaya pengharapan.
Mama berkata kepada kami, "Aku bersyukur masih bisa bertemu dengan
Pagi-pagi benar, Armando mengetuk pintu hotelku. Aku segera berlari membukanya. Dia terlihat pucat pasi. Rambutnya berantakan dan pakaiannya pun berantakan. Dia tiba-tiba mendorong tubuhku ke dinding, tangan kanannya disandarkan di pundakku. Aku terkejut melihat perlakuannya."Armando, ada apa?", tanyaku sambil memandangnya cemas. Dia terdiam melihat mataku. Kurasakan entah kemarahan, kekecewaaan, bahagia, bercampur aduk menjadi satu dalam tatapan matanya. Akhirnya kuputuskan melihat visualnya. Aku mencoba berkonsentrasi walaupun Armando menatapku seperti ingin memangsaku.Bubble keluar dari kepalanya, kulihat dia menciumku dengan sangat intens dan aku juga membalas ciumannya dengan bergairah. Aku terkejut melihatnya. Kuputuskan untuk menutup bubblenya. Armando menjawabku dengan suara sengau, "Apa kamu benar-benar anak kandung tante Cla
"Aku harus memperingatkanmu, Anna. Mungkin kamu akan membenciku setelah melihat ingatanku. Banyak hal buruk yang kuperbuat termasuk..."Aku menyela perkataannya, "Termasuk pembunuhan, pencurian, dan tidur dengan wanita lain bukan?"Lucas menarik nafas dan menghembuskannya dengan sangat cepat, "Aku tidak seburuk itu Anna. Ya mungkin ada beberapa bagian yang kamu tidak akan suka.""Diamlah. Aku akan coba konsentrasi,"sahutku padanya. Lucas mengangguk. Akupun memejamkan mata. Kumasuki pikirannya. Gelap. Aku harus meraba-raba.Ini hanya pikirannya Anna, kamu pasti bisa menemukan benda berguna disana. Berpikirlah!Aku membayangkan ada senter dan akhirnya kutemukan senter itu. Aku mulai menyusuri dalam pikirannya sampai
Pagi ini, kelompok tugas kami mengunjungi detektif Rian. Setelah sekian lama, akhirnya kami menemukan kecocokan jadwal dengan sang detektif. Namun sebagai jaga-jaga, sebelumnya kami juga telah bertemu dengan kepolisian setempat.Detektif Rian menginformasikan kepada kami kalau beliau bersedia ditemui di kantornya yang terletak di daerah Kuningan. Kami pun sudah mengatur janji untuk bertemu satu sama lain di kantornya. Beruntungnya, mama mengunjungi kami pagi ini dan beliau mau mengantarkanku ke kantor detektif.Armando, Ayden, dan Alyssa ternyata sudah duluan sampai disana. Mereka terlihat asyik berbicara di warung kopi yang terkenal dengan lambang wanita berambut panjangnya."Hi! Kalian sudah sampai duluan ternyata," sapaku kepada mereka.Alyssa langsung menjawab, "Aku yang pertama sampai, Ayden nomor dua, Armando nomor tiga, baru kamu yang terakhir Anna. Sayang padahal aku pengen berduaan dulu sama Armando."Ayden tertawa ngakak mende
Sepanjang jalan, kami memilih berkaraoke ria. Seperti biasa selera musiknya yang ringan dan lebih mirip cewek membuatku gampang untuk karaoke karena akupun juga hapal. Kalau sewaktu aku tidak hapal, cukup googling dan kutemukan full liriknya."Sebenarnya kamu mau membawaku kemana?" tanyaku kepadanya. Armando menjawab, "Ada deh. Lihat aja nanti."Mobil kami melaju menuju ke arah pusat kota. Aku melihat mobil banyak lalu lalang dan kuperhatikan Armando dalam menyetir. Mungkin kucing pun tak akan percaya dia anak mafia. Dia taat lalu lintas."Kamu benar-benar taat lalin ya Armando. Ngga akan ada yang percaya kamu adalah seorang Cassano." Armando tertawa dan menjawabku, "Ngga mau ada urusan ama polisi."Aku mencibir, "Uh alibi!" Armando tertawa lagi.Armando membawaku ke sebuah gedung tertinggi yang terletak di pusat kota. Aku segera turun dan memandang ketinggian gedung itu.Jadi ini gedung yang aku lihat di visual Armando.
Malam itu aku tidak dapat tidur. Aku terus teringat kata-kata Armando di lantai 70, terutama mengenai pelelangan. Apa memang keluarga Cassano yang bertanggung jawab mengenai hal itu? Kalau memang benar, mungkin misiku ini ibarat peribahasa sekali mendayung tiga pulau terlampaui. Aku mencoba memejamkan mataku, mengatur posisi bantal guling, sampai dengan mencoba menghitung domba. Namun semuanya gagal. Mungkin aku harus membicarakan hal ini dengan Alexander supaya aku lebih tenang. Aku segera berdiri dan keluar kamar. Lampu-lampu sudah dipadamkan dan aku menyalakannya kembali. Aku ambil minum sebentar di dapur lalu aku segera beranjak ke kamar Alex. Kucoba buka pintunya namun terkunci. "Alex... Alex..." Kataku pelan sambil mengetuk pintunya. Namun tidak ada jawaban. Kuketuk sekali lagi. Tetap sama. Aku mencoba menyapa Alex melalui pikiranku,"Alexander, kamu masih bangun?"Lalu kudengar suara langkah kaki dari dalam kamar. Alex membuka pintunya.
Omerta atau sumpah tutup mulut adalah sumpah yang diucapkan oleh calon anggota klan mafia atau mafioso sebagai tanda kesetiaannya kepada klan dimana dia tidak akan membocorkan rahasia klan kepada pihak manapun. Di klan Gambino, tanda Omerta akan ditatto di lengan kanan anggota yang berbentuk seperti lambang omega. Pengucapan sumpah omerta disaksikan oleh semua anggota klan dan disahkan oleh ketua klan. Jujur saja, aku benar-benar nervous saat ini bukan karena sumpahnya melainkan tattonya. Konyol memang tapi itu adanya. Membayangkan diriku akan ditusuk jarum membuatku merinding. Annabeth Russo anak Clarissa Cassano takut jarum!. Mungkin itu akan jadi kabar hangat yang akan beredar setelah sumpah itu diucapkan dan aku akan menjadi bahan tertawaan semua orang.Stay strong Anna! Kamu pasti bisa! Kamu uda ngalamin hal-hal yang jauh lebih buruk dibanding hanya sekedar ditusuk jarum.Aku berusaha memotivasi diri sendiri Kulihat jam menunjukkan puk
Aku terbangun dengan keringat dingin. Semalam aku mimpi buruk tapi aku lupa mimpinya apa.Sial! Aku jadi melek banget sekarang!.Aku langsung melihat ke arah jam dinding. Waktu menunjukkan pukul 2 pagi, tapi aku merasa mataku sangat segar. Kucari-cari hp di meja samping tempat tidurku dan kubuka notifikasi. Ada tiga pesan yang masuk di hpku.Mama: Selamat ya sayang. Lucas memberitahuku mengenai inagurasimu.You did a really good job. I'm so proud. Besok pagi mama mampir ke rumah ya.Lucas: Anna, baru tadi ketemu dan aku sekarang benar-benar merindukanmu. Ku tunggu telponmu besok pagi.Armando: Anna, jadi besok? Kujemput sorean ya jadi kita bisa makan malam dulu.Dari ketiga pesan itu, aku hanya membalas pesan dari Armando. Aku mengiyakan ajakannya,namun sebelumnya aku harus berbicara dengan mama terlebih dahulu.Mataku terbuka sangat lebar. Aku benar-benar tidak bisa tidur lagi. Alhasil kubuka game yang ada
Setelah mengantarkan Anna pulang, Armando segera pulang juga ke rumahnya. Sepanjang perjalanan dia teringat kerjadian dengan Anna. Dia mengutuki dirinya sendiri dan keluarganya. Pikirannya benar-benar kalut. Jadi keluarganyalah yang penyebab Anna menderita dan penyebab bertemunya Anna dengan Lucas. Seandainya Lucas tidak ada di kehidupan Anna, maka Armando lah yang akan bertemu dengan Anna untuk pertama kalinya.Armando segera meminggirkan mobilnya di pinggir jalan. Dia menarik nafas panjang. Dia terdiam cukup lama. Pikirnya dia harus berbuat sesuatu. Akhirnya dia menelepon Lucas."Hallo," terdengar suara Lucas di sebrang sana."Lucas, kita perlu ketemu. Ini tentang Anna."Terdengar suara Lucas menarik nafas panjang. Dia bertanya, "Ada apa dengan Anna?""Aku tahu semuanya. Mari bertemu," jawab Armando tegas.Lucas menjawab,"Okay sekarang saja. Kita ketemu di kelab Medusa. Tau kan?""Iya tahu kok. Aku meluncur k