Aku menjadi sibuk beberapa hari terakhir ini. Bagaimana tidak, aku harus membagi waktuku untuk beberapa hal. Di pagi hari sampai sore aku kuliah dan mengerjakan tugas, sore hari aku harus latihan fisik bersama Lily, malam hari aku terus latihan untuk mind training yang sangat menguras energi. Weekend aku harus membagi waktuku bersama Lucas dan Armando, dua pria yang dekat denganku. Rasanya lelah namun aku menikmatinya.
Selepas latihan fisik sore ini, aku beristirahat di sudut ruang olahraga dan meminum segelas air kelapa. Badanku penuh keringat mengucur. Aku berbaring di atas kursi sambil menutup mata kelelahan. Lily benar-benar serius dalam melatih fisikku. Dia menyuruhku jumping jack, push up, leg lift, sit up, karate, dan lain sebagainya. Untuk menutup latihan, pasti aku akan dipasangkan dengan seorang anggota klan baik cowok maupun cewek untuk be
"Anna, sudah bangun?" Kudengar suara Alex di luar pintu kamarku. Dia mencoba mengetok kamarku. Aku terbangun mendengar suaranya tapi rasanya masih mengantuk. Semalam aku mengucapkan selamat ulang tahun kepada Lucas dan akhirnya kami telpon semalaman.Ya hari ini adalah hari ulang tahun dan itu berarti pesta topeng akan diadakan hari ini. Aku sudah menyiapkan kado untuk Lucas walaupun mungkin tidak ada artinya dengan hadiah-hadiah yang diberikan orang lain.Aku membuka pintu dengan kusut. Begitu pintu kamarku terbuka, Alex langsung membawakanevening dressmodel A-line berwarna merah dengan brokat di bagian atasnya. Sangat cantik."Anna, ini kiriman gaun dari Lucas. Pakailah."Aku segera membuka bungkusnya dan
Kilatan-kilatan itu datang kembali kala tante Clarissa memelukku, namun kali ini berbeda. Aku seperti melihat beberapa film pendek beruntut di pikiranku.Aku melihat seorang wanita muda dan ibu muda. Aku mendekatinya namun mereka tidak dapat melihatku. Wanita muda itu menggendong dua bayi di sisi kiri kanan tangannya sedangkan di belakangnya ada sebuah koper. Aku mengenali mereka. Tante Clarissa dan Ibu Margareth."Tolong jaga mereka. Saya akan mengirimkan uang sesuai keperluan sehari-hari berapapun yang dibutuhkan," kata tante Clarissa muda dengan wajah pucat dan mata biru terang di muka sebuah pintu kayu panti asuhan."Baik bu. Kami akan menjaga mereka," jawab ibu Margareth muda."Terima kasih banyak. Mohon jangan bosan kalau saya a
"Lucas, kenapa kamu harus ikut-ikutan? Yang bertanggung jawab atas Anna adalah aku. Urusi saja urusan pestamu!" kata Armando sambil memegang jas Lucas."Ini adalah pestaku. Anna adalah salah satu tamuku walaupun dia datang bersamamu. Aku tidak mau ada hal-hal buruk terjadi di pestaku," Lucas membalas memegang kerah baju Armando.Lucas menyadari kekesalannya dan pikirannya kalut antara harus bersandiwara demi patung kuno itu atau harus berterus-terang demi Anna. Dia pun melepaskan kerah baju Armando dari genggaman tangannya. Armando juga mengikuti langkahnya."Aku melihat cara memandangmu tadi Lucas. Bukan cara pandang seorang yang baru kenal yang sampai rela memanggil dokter dan menelepon driver demi 'seorang tamu'," Armando menatap Lucas langsung di depan matanya.
Alex segera masuk ke dalam dan duduk di sampingku. Dia terdiam dan aku teringat pada saat aku menyiramnya.Tidak seharusnya aku melakukan itu.Akhirnya aku berkata kepadanya dengan muka muram, "Maaf Alex, tadi aku menyirammu." Alex langsung memelukku dan menjawab, "Aku juga minta maaf sudah berteriak kepadamu Anna." Dia mengusap-usap rambutku lalu kami melepas pelukan masing-masing dan tertawa.Mama juga tertawa melihat kami lalu beliau memalingkan wajahnya untuk menatap Alex dan berkata, "Maafkan aku Alexander. Pasti berat bagimu mengetahui kenyataan dengan cara seperti ini." Alex mengangguk dan tersenyum serta berkata, "Setidaknya aku masih memiliki orang tua bukan?" Mendengar hal itu, mata mama berbinar-binar seperti ada secercah cahaya pengharapan.Mama berkata kepada kami, "Aku bersyukur masih bisa bertemu dengan
Pagi-pagi benar, Armando mengetuk pintu hotelku. Aku segera berlari membukanya. Dia terlihat pucat pasi. Rambutnya berantakan dan pakaiannya pun berantakan. Dia tiba-tiba mendorong tubuhku ke dinding, tangan kanannya disandarkan di pundakku. Aku terkejut melihat perlakuannya."Armando, ada apa?", tanyaku sambil memandangnya cemas. Dia terdiam melihat mataku. Kurasakan entah kemarahan, kekecewaaan, bahagia, bercampur aduk menjadi satu dalam tatapan matanya. Akhirnya kuputuskan melihat visualnya. Aku mencoba berkonsentrasi walaupun Armando menatapku seperti ingin memangsaku.Bubble keluar dari kepalanya, kulihat dia menciumku dengan sangat intens dan aku juga membalas ciumannya dengan bergairah. Aku terkejut melihatnya. Kuputuskan untuk menutup bubblenya. Armando menjawabku dengan suara sengau, "Apa kamu benar-benar anak kandung tante Cla
"Aku harus memperingatkanmu, Anna. Mungkin kamu akan membenciku setelah melihat ingatanku. Banyak hal buruk yang kuperbuat termasuk..."Aku menyela perkataannya, "Termasuk pembunuhan, pencurian, dan tidur dengan wanita lain bukan?"Lucas menarik nafas dan menghembuskannya dengan sangat cepat, "Aku tidak seburuk itu Anna. Ya mungkin ada beberapa bagian yang kamu tidak akan suka.""Diamlah. Aku akan coba konsentrasi,"sahutku padanya. Lucas mengangguk. Akupun memejamkan mata. Kumasuki pikirannya. Gelap. Aku harus meraba-raba.Ini hanya pikirannya Anna, kamu pasti bisa menemukan benda berguna disana. Berpikirlah!Aku membayangkan ada senter dan akhirnya kutemukan senter itu. Aku mulai menyusuri dalam pikirannya sampai
Pagi ini, kelompok tugas kami mengunjungi detektif Rian. Setelah sekian lama, akhirnya kami menemukan kecocokan jadwal dengan sang detektif. Namun sebagai jaga-jaga, sebelumnya kami juga telah bertemu dengan kepolisian setempat.Detektif Rian menginformasikan kepada kami kalau beliau bersedia ditemui di kantornya yang terletak di daerah Kuningan. Kami pun sudah mengatur janji untuk bertemu satu sama lain di kantornya. Beruntungnya, mama mengunjungi kami pagi ini dan beliau mau mengantarkanku ke kantor detektif.Armando, Ayden, dan Alyssa ternyata sudah duluan sampai disana. Mereka terlihat asyik berbicara di warung kopi yang terkenal dengan lambang wanita berambut panjangnya."Hi! Kalian sudah sampai duluan ternyata," sapaku kepada mereka.Alyssa langsung menjawab, "Aku yang pertama sampai, Ayden nomor dua, Armando nomor tiga, baru kamu yang terakhir Anna. Sayang padahal aku pengen berduaan dulu sama Armando."Ayden tertawa ngakak mende
Sepanjang jalan, kami memilih berkaraoke ria. Seperti biasa selera musiknya yang ringan dan lebih mirip cewek membuatku gampang untuk karaoke karena akupun juga hapal. Kalau sewaktu aku tidak hapal, cukup googling dan kutemukan full liriknya."Sebenarnya kamu mau membawaku kemana?" tanyaku kepadanya. Armando menjawab, "Ada deh. Lihat aja nanti."Mobil kami melaju menuju ke arah pusat kota. Aku melihat mobil banyak lalu lalang dan kuperhatikan Armando dalam menyetir. Mungkin kucing pun tak akan percaya dia anak mafia. Dia taat lalu lintas."Kamu benar-benar taat lalin ya Armando. Ngga akan ada yang percaya kamu adalah seorang Cassano." Armando tertawa dan menjawabku, "Ngga mau ada urusan ama polisi."Aku mencibir, "Uh alibi!" Armando tertawa lagi.Armando membawaku ke sebuah gedung tertinggi yang terletak di pusat kota. Aku segera turun dan memandang ketinggian gedung itu.Jadi ini gedung yang aku lihat di visual Armando.