Omega keeper Of Crystalon

Omega keeper Of Crystalon

last updateHuling Na-update : 2025-08-09
By:  FIKRIIn-update ngayon lang
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel12goodnovel
Hindi Sapat ang Ratings
64Mga Kabanata
318views
Basahin
Idagdag sa library

Share:  

Iulat
Buod
katalogo
I-scan ang code para mabasa sa App

Luca dikenal sebagai anak jenius di Bumi—pencipta teknik bertarung legendaris, pemilik kekuatan penyembuhan, dan pewaris kejayaan. Tapi suatu hari, ia menghilang. Dan ketika membuka mata, ia terbangun di dunia asing bernama Nuan Omega... dalam tubuh yang bukan miliknya. Di dunia yang ditinggalkan peradaban dan dibangun di atas sistem kasta darah, Luca harus bertahan, beradaptasi, dan mencari siapa dirinya sebenarnya. Tubuh barunya kuat, tapi belum sempurna. Ingatan masa lalunya retak, tapi perlahan kembali. Dan di balik reruntuhan, ia menemukan sekutu aneh, musuh tak terlihat, serta gadis misterius yang memiliki ikatan tak terduga dengan masa depan dunia. Namun satu hal pasti—kehadirannya bukan kebetulan. Dan darahnya... bukan darah biasa.

view more

Kabanata 1

Bab 1 : Dunia Yang Berbeda

"Ugh... kepalaku... apa ini...?"

Suara itu lirih, nyaris ditelan heningnya udara yang beku. Luca membuka matanya perlahan, cahaya keperakan yang turun dari langit kelabu menabrak pupilnya yang kini berbentuk oval, seperti mata reptil.

Dia tak tahu di mana dirinya berada. Yang ia tahu hanyalah rasa dingin menusuk yang menjalar dari ujung kaki hingga ubun-ubunnya. Tanah di bawahnya keras dan dingin, bukan seperti aspal, tapi logam kaku dengan guratan cahaya samar mengalir di dalamnya.

Ia mencoba bangkit. Sekujur tubuhnya terasa aneh—tidak berat, tapi juga tidak ringan. Begitu ia menatap tangannya sendiri, sesuatu dalam dirinya langsung menjerit. Itu... bukan lengannya. Bukan tubuhnya.

Kulit perak pucat berkilau samar dalam cahaya. Otot-ototnya terbentuk sempurna, tetapi ada retakan halus seperti urat kristal yang bercahaya. Ia menyentuh wajahnya, meraba rahang tajam dan kulit keras seperti logam organik. 

"Di mana aku...?"

Luca melihat sekelilingnya dan Ia menarik napas dalam-dalam. Udara berbau logam dan debu. Tidak ada aroma kehidupan. Tidak ada suara kendaraan. Tidak ada manusia.

Luca mengedarkan pandangannya. Gedung-gedung tinggi yang tampak seperti dulunya megah, kini berdiri setengah hancur. Dinding-dinding penuh retakan, jalanan dipenuhi puing. Seolah kota ini... mati. Dan ia, satu-satunya yang tersisa.

Ia berdiri perlahan, mengabaikan rasa kaku di tubuhnya. Tak ada luka. Tidak juga rasa nyeri. Tapi ada yang ganjil. Berat badannya terasa beda. Langkahnya pun... entah mengapa lebih ringan.

Ia melangkah ke arah bangunan terdekat, dindingnya miring dan hampir runtuh. Di dalamnya, ada sesuatu yang memantulkan cahaya samar.

Sebuah cermin retak. Kotor, penuh debu, tapi cukup untuk memantulkan sosoknya.

Dan di situlah ia berhenti.

Menatap bayangan dirinya sendiri.

Diam. Sangat lama.

"...Putih?"

Rambut. Wajah. Mata. Semuanya berubah. Wajah itu bukan miliknya. Wajah yang lebih muda, lebih tajam... lebih asing.

Luca mengangkat tangannya, menyentuh pipinya perlahan.

Bukan ilusi. Bukan mimpi. Bukan hologram.

Ia menghela napas pelan. "...Oke. Jadi aku remaja anime sekarang."

Ia berkata datar, nyaris tanpa nada.

Ada sedikit jeda.

Lalu ia mengangkat alis kirinya.

"Tidak. Bahkan anime pun tidak separah ini."

Ia menjauh dari cermin, melangkah kembali ke luar bangunan. Debu di udara perlahan menetap, seolah kota ini sengaja menyambutnya dalam diam.

Ia mencoba mengingat.

Apa yang terjadi sebelumnya?

Ia di Bumi. Ia ingat itu. Ia ingat laboratorium. Suara orang-orang. Kemewahan yang selalu mengelilinginya. Orang-orang yang terus-menerus memujanya... lalu—

Gelap.

Seolah seseorang menekan tombol 'off'.

Dan sekarang, ia di sini. Dunia yang tidak pernah ia lihat, dalam tubuh yang bukan miliknya.

"Jika ini penculikan, pelakunya terlalu ambisius," gumamnya. "Kecuali mereka juga menculik planet lain sebagai latarnya."

Ia menatap langit kelabu itu lagi. Lalu ke kota yang sepi. Tidak ada tanda kehidupan. Bahkan suara serangga pun tidak terdengar.

"...Di mana aku?"

Pertanyaan itu bukan untuk siapa-siapa. Hanya sebaris kalimat yang dilempar ke udara, sekadar memastikan bahwa ia masih punya suara.

Ia mulai berjalan. Menyusuri jalanan berdebu yang dipenuhi puing. Tidak ada arah tujuan. Hanya kaki yang melangkah, dan mata yang mencari sesuatu... apa saja.

Lalu, di kejauhan, ia melihat sesuatu.

Sebuah papan kayu berdiri miring di antara reruntuhan. Tulisan di atasnya nyaris terhapus, tapi masih bisa dibaca:

"Welkom in die wêreld van Nuan Omega."

Luca memiringkan kepala. "...Bahasa Afrika?"

Ia menatap tulisan itu sejenak, lalu bergumam, "Tentu saja. Karena bahasa universal terlalu mainstream."

Dan ia tersenyum. Sedikit. Hanya sesaat.

Papan kayu itu tak memberinya petunjuk lebih. Hanya satu kalimat sambutan yang seolah-olah dibuat oleh panitia festival lalu ditinggal lupa.

"Welkom in die wêreld van Nuan Omega."

Ia mengulangnya pelan, lidahnya mencoba membiasakan diri. Dunia ini... bernama Nuan Omega?

Ia berjalan pelan menyusuri jalan utama kota. Setiap langkah menimbulkan suara lembut di antara debu. Bangunan-bangunan menjulang di sisi kanan dan kiri, sebagian besar runtuh sebagian, seperti dihantam gempa raksasa. Jendela-jendela pecah, pintu-pintu bergantung setengah, dan jalan yang dulunya mungkin rapi kini berubah menjadi lautan puing dan sampah.

Namun, ada satu hal yang membuatnya berhenti.

Sebuah tiang berdiri kokoh di tengah jalan. Terbuat dari logam hitam mengkilat, tampak terlalu utuh dibandingkan sekitarnya. Pada tiang itu, terdapat semacam panel melingkar—seperti jam, tapi tak ada jarum penunjuk.

Cahaya biru samar menyala di bagian tengahnya, seperti denyut jantung yang belum mati.

Luca mendekat.

Teknologi?

Ia menyentuh permukaan panel itu dengan ujung jarinya.

"—Sambungan tidak ditemukan. Otorisasi pengguna tidak dikenali. Harap daftarkan diri Anda pada terminal terdekat."

Suara perempuan, netral, keluar dari panel itu dalam bahasa yang ia mengerti. Tapi bukan suara manusia. Lebih seperti... AI.

Luca menyipitkan mata. "Teknologi, ya... Jadi dunia ini tidak sepenuhnya primitif."

Ia menatap sekeliling. Jika teknologi ini masih hidup, maka dunia ini tidak sepenuhnya mati. Hanya... tidur. Atau ditinggalkan.

Jika ini dunia lain—dan semua tanda sejauh ini mendukung teori itu—maka bisa dipastikan dia... telah direinkarnasi. Atau dipindahkan. Atau... mungkin, tubuh lamanya dihancurkan dan pikirannya di-upload ke wadah baru?

Palawakin
Susunod na Kabanata
I-download

Pinakabagong kabanata

Higit pang Kabanata

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Mga Comments

Walang Komento
64 Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status