Insiden lepasnya penyangga tutup grand piano, yang berakhir dengan menimpa tangan Ronald, menyebar dengan cepat. Bahkan, lebih cepat dari wabah penyakit apa pun. Dari beberapa gosip yang beredar, Ronald mengalami retak tulang pada beberapa jarinya, juga ada sebagian kecil tulang bergeser dari sendinya. Untuk beberapa saat, Ronald dipulangkan ke rumahnya yang berada di Bandung. Sementara, pelaku yang melepaskan penyangga tutup Piano, Sinta, tampak beberapa kali dipanggil ke ruang ketertiban untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya.Ada beberapa hal yang membuat Aulia zia, Alma zia, & Ratna terkejut saat ini. Bayangkan saja, teman sekamar mereka, baru saja mencederai kakak kelas. Namun, tidak ada ekspresi ataupun kalimat menyesal yang keluar dari bibir Sinta sama sekali.Bahkan, menurut Ratna, Sinta seperti tidak merasa bersalah.Malam ini, Aulia zia sedang berkumpul dengan Alma zia & Ratna di kamar mereka, sedangkan Sinta menghilang entah ke mana sejak tadi sore.
Mentari pagi bersinar tidak rerlalu cerah, mengingat semalam terjadi badai mengerikan. Bahkan, hingga pagi ini pun masih gerimis sesekali.Kesuraman mentari sama halnya dengan kesuraman wajah Aulia zia, Alma zia, & Ratna pagi ini. Ketiganya terlihat tidak bersemangat pergi ke sekolah. Bahkan, Alma zia memiliki kantong mata.Dini hari tadi, sekitar pukul 3, Sinta kembali ke asrama dengan wajah datar. Dia sama sekali tidak memedulikan wajah lelah Aulia zia & Alma zia yang semalaman menunggunya pulang & Ratna terbangun dari pingsannya.“ Kamu dari mana saja? Kenapa jam segini baru pulang? Kami menunggumu,” tegur Alma zia.“ Bukan urusanmu. Lebih baik, urusi aja firu sendiri.”Bahkan, jawaban yang diberikan Sinta begitu ketus & dingin, membuat Aulia zia yang tadinya ingin menginterogasi Sinta harus mengurungkan niatnya.Beberapa saat setelah Sinta kembali ke asrama, gadis itu lalu pergi lagi dalam setengah jam setelah membersihkan diri. Ketiga teman sekamarnya ha
Alma zia berjalan pelan menyusuri taman belakang asrama putri, sambil memikirkan beberapa hal yang dianggapnya janggal selama beberapa hari ini. Aulia zia sedang ada jadwal berlatih anggar sehingga tidak dapat menemaninya berjalan-jalan. Begitu pula Ratna yang sedang berlatih basket. Lalu, Sinta..? Gadis itu selalu menghilang seperti bayangan malam yang tak pernah bisa disentuh & digapai. Bahkan, terlalu misterius untuk diungkaplan siapa sosoknya. Ketika jari Alma zia tidak sengaja menyentuh kelopak bunga mawar merah yang indah, pikiran gadis itu langsung bermuara pada perkataan Ratna kemarin. Perkataan tentang Ratna seolah melihat Sinta berada di alam roh, padahal Sinta masih hidup.Alma zia memang pernah mendengar tentang astral projection. Tapi, dia tidak pernah berpikir, bahwa hal itu benar-benar ada. Seperti halnya kemampuan melihat kejadian di tempat yang lain milik adiknya, yang biasa orang sebut indigo, clairvoyance, ataupun telekinesis & sebagainya. Dan, itu termasuk kemampu
Zlaaaassshhh.Nafas Aulia zia sempurna tercekat, saat melihat seorang gadis berambut panjang hitam berdiri di depan gadis lain yang sedang menangis. Gadis berambut hitam itu menatap dingin lewat kelopak matanya yang berdarah.Satu hal lagi yang membuat Aulia zia benar-benar tidak bisa bernafas, dia memakai baju putih abu-abu berlumuran darah. Dan, melayang! “ Hiks…hiks…kumohon lepaskan aku… Aku tidak ingin berada di tempat ini… kamu tidak boleh mengambil tubuh & hidupku ! Kumohon…”Gadis berambut hitam itu menyeringai sejenak, menampilkan gigi-giginya yang berdarah & tatapan mata penuh kegelapan.“ Kamu harusnya mati agar aku bisa mendapatkan tubuhmu, anak manis. Kamulah yang membuka gerbang agar aku kembali & sekarang kamu harus memberikan tubuhmu agar aku benar-benar kembali. Kalau kamu tetap keras kepala….”Dia menghentikan kalimatnya untuk menunjukkan seringai gila ketika tangannya yang bebas mengeluarkan sebulah pisau.“ Kamu akan tahu rasanya mati dengan tikaman pusau yang dahu
Aulia zia berlari menuju ruang loker. Dia mendengar kabar dari beberapa kakak kelasnya yang mengatakan, bahwa Ronald sudah kembali ke sekolah. Bahkan, Aulia zia tega meninggalkan Alma zia & Ratna yang sedang mengantri di kantin hanya untuk menyampaikan beberapa hal yang menganggu fikirannya kepada Ronald.Senyuman Aulia zia mengembang sempurna ketika melihat Ronald tampak kesulitan memasukkan buku-buku yang dibawanya ke dalam loker.Aulia zia pun bergegas mendatangi kakak kelasnya itu. “ Butuh bantuanku, Kak?” tanya basa-basi.Ronald menoleh & tersenyum ke arah Aulia zia.“ Aku tidak yakin kamu ingin membantuku, tapi tidak masalah juga.”Aulia zia mengambil buku-buku yang ada di pelukan Ronald, lalu memasukkannya ke dalam loker milik Ronald yang terbuka. Setelah memasukkan semua buku-buku itu, Aulia zia duduk menghadap Ronald & menatapnya serius.“ Kenapa menatapku seperti itu? Aku tidak melakukan kejahatan apa pun dengan tanganku yang masih terluka kalau kam
Alma zia mulai ragu memasukinya karena seharusnya ruangan itu terkunci rapat. Satu pertanyaan kini berputar dalam pikiran Alma zia, untuk apa Sinta masuk ke dalam ruangan itu?“ Kalau kamu ingin tahu, masuklah.”Alma zia tersentak ketika mendengar suara dingin Sinta memasuki gendang telinganya. Seketika, dia mendongak & mendapati Sinta berdiri di ambang pintu, menatap dirinya dengan ekspresi datar. Alma zia menelan ludah memberanikan diri membalas tatapan Sinta.“ Sampai kapan kamu menguntit seperti orang bodoh? Kalau kamu ingin tahu, masuklah saja,”Sinta menyeringai sejenak & entah kenapa, seringainya malah membuat Alma zia mengangguk patuh. Alma zia mengikuti langkah Sinta memasuki ruang musik lama.Mata Alma zia membelalak sempurna ketika melihat sebuah Piano besar di tengah ruangan lama berdebu itu. Di atasnya, terdapat selembar perkamen usang yang pinggirannya terbakar.Alma zia menatap tidak mengerti ke arah Sinta.“ Di sini ada piano? Kalau kamu ingin bermain piano, mengapa ti
Membunuh siapa pun yang menghalangi jalanku, agar mereka tahu bagaimana rasanya mati.Lutut Alma zia terasa lemas mendengar lagu yang begitu menyayat telinganya. Bahkan, ketika lagu itu terdengar, semua memori buruk Alma zia berputar dengan cepatnya. Alma zia ingin menutup kedua telinganya, tetapi tangannya sama sekali tudak bisa digerakkan. Seluruh bagian tubuhnya terasa kaku, bahkan jantungnya seolah akan berhenti berdetak. Pandangan matanya terasa buram, & telinganya demi Tuhan terasa begitu menyakitkan.“ Satu jiwa yang mati akan memberikan aku kekuatan lebih dari sebelumnya. Kamu akan mati sebentar lagi….”Brrraaakkk!Satu tarikan keras terasa di pergelangan tangan kiri Alma zia. Kedua telinganya merasakan sebuah benda menutupi pendengarannya. Alma zia pasrah kalau saja ada orang yang melakukan hal buruk kepadanya.Kaki Alma zia yang lemas bergerak mengikuti tarikan di tangan kirinya. Pandangan matanya masih memburam & perlahan, telinganya tidak lagi me
“ Kamu sedang ada masalah dengan kakakmu? Kulihat beberapa hari ini, kalian tidak terlihat bersama. Malah, kamu lebih sering pergi bersama Ronald. Hubunganmu dengan kakakmu baik-baik saja kan?”Aulia zia menggelengkan kepalanya pelan, berusaha menelan sandwich yang masih ada di mulutnya.“ Entahlah. Kadang aku tidak mengerti sikap kakakku sendiri.”“ Kukira kakakmu tidak suka kamu menghabiskan waktu dengan Ronald.” Ratna berkata lagi sambil menyendokkan sesuap salad ke mulutnya.“ Aku kan, sedang ada urusan dengan kak Ronald,”balas Aulia zia dengan acuh.Ratna hanya mengedikkan bahunya ketika mendengar jawaban yang diberikan Aulia zia.Aulia zia memejamkan matanya sejenak saat telinganya samar-samar mendengar suara seseorang memanggilnya dengan lemah. Suara itu masih tetap terdengar, walaupun di sekelilingnya benar-benar ramai tidak terkendali.“ Aulia zia, tolong aku!”Mata Aulia zia membola sempurna & menatap Ratna dengan tatapan yang tida