Semuanya melotot saat melihat Ningrum yang kesakitan dan kepanasan. Tubuhnya kelonjotan saat garam kasar mengenai kulitnya. Seolah ia sedang disiksa saat Sami terus melemparkan garam.
"Hentikan! Hentikan itu wanita sialan!" Racau Ningrum terus menerus dan berteriak. Hingga Ningrum pingsan tak sadarkan diri.
Sami kembali menyimpan kresek hitam itu. Lalu ia membantu Nayla dan Angel untuk membawa tubuh Ningrum yang pingsan ke dalam kamar.
Setelah dibaringkan. Nayla duduk di samping Bundanya dengan menangis.
"Kamu enggak apa-apa, Nay?" tanya Sami khawatir pada cucu pertamanya itu.
"Enggak apa-apa, Nek. Cuma masih agak sakit aja. Soalnya cekikannya kuat banget." Nayla terus mengusap lehernya yang terasa perih. Tampak bekas kuku Ningrum yang membuat luka-luka kecil di sekitar leher Nayla.
"Nanti Nenek obati ya, kita urus dulu Bunda kamu."
Terdengar suara langkah kaki yang mendekat dengan terburu-buru. Rupanya Angel sudah sigap m
Sosok sinden memakai kebaya merah dengan wajah yang pucat duduk di batang pohon mangga. Walaupun kabut yang berada di sekitar sinden merah itu menghalangi penglihatan Nayla. Tetapi Nayla masih dapat melihat jelas sinden merah yang sedang duduk dengan tangannya bergerak gemulai seperti menari.Dari mata dan bibirnya yang berwarna hitam terus mengeluarkan darah sampai menetes di kebayanya. Sanggulnya yang berantakan membuatnya semakin tampak seram. Sosok itu kini menatap Nayla tajam. Sorot matanya seolah marah pada Nayla.Walaupun bibirnya tertutup rapat dan terus menyeringai menyeramkan, namun Nayla seolah mendengar suara sinden itu mengucapkan kalimat, "Jika tidak ingin dia mati ... jangan macam-macam ... dia ada bersama ... ku ...."Sontak Nayla terkejut dan tercengang, sejenak ia hanya bisa terdiam dan mencoba memahami maksud perkataan sinden merah itu. Meskipun ia sudah sangat ketakutan."Nayla! Cepat lari, Nduk!" teriak Sami kencang.
"Nay, kok wanginya bikin bulu kuduk merinding ya?""Iya sama.""Di rumah kamu enggak ada bunga sedap malam 'kan? Tapi ini bau bunga sedap malam, Nay."Dalam hati Nayla membernarkan apa yang diucapkan Angel. Sejujurnya, ia pun juga merasa merinding saat memasuki kamar Ningrum. Hanya saja ia berusaha menepis perasaan takutnya itu.Beberapa saat aroma itu semakin menyengat. Perlahan aroma wangi bercampur dengan aroma anyir yang menyeruak seisi kamar."Baunya semakin tajam, Nay, wangi banget!" seru Angel sambil mengibaskan tangannya di depan wajah.Nayla yang masih celingukan mencari asal aroma tersebut tak menggubris perkataan Angel barusan.Sampai terdengar sebuah suara seperti menggedor-gedor lemari.Dug dug dug!Spontan Nayla dan Angel menoleh ke arah lemari kayu yang terdapat di dekat pintu kamar.Keduanya melotot dan tercengang saat melihat sinden merah duduk di atas lemari dengan senyum
"Aku juga enggak begitu ngerti, Nay. Tapi biasanya seperti itu. Kalau enggak----""Kalau enggak apa? Jangan setengah-setengah ahh ngomongnya. Bikin penasaran!" rengek Nayla."Iya iya. Kalau enggak ya memang kamu yang harus mengakhiri perjanjian yang mengikat di tusuk konde ini.""Ahh ... makin pusing aku sama penjelasan kamu!" Nayla menekuk wajahnya sambil menyilangkan kedua tangan di depan dada.Angel yang melihat Nayla ngambek, malah menertawakannya."Enggak lucu!!""Eh ... tapi bisa saja, Nay, tusuk konde itu enggak bisa dibuang karena ingin kamu yang mengakhirinya.""Kenapa harus aku?""Ya mungkin kamu salah satu orang spesial."Tak ada jawaban dari Nayla atas kalimat Angel barusan. Ia hanya menggela napasnya dengan tatap mata lurus ke depan."Atau mungkin karena kamu cucu dari Kakek kamu yang bikin perjanjian?""Tapi kan yang bikin perjanjian Kakek sama Kusumawardhani, kenapa harus aku yang menga
Di detik yang sama, Angel merasa merinding saat gadis itu duduk di ruang tamu sendirian. Padahal pintu rumah sengaja ia buka lebar."Kok merinding sih aku ya?"Angel yang duduk di dalam beranjak pindah dan duduk di teras menunggu kedatangan Nayla dan Nek Sami."Di dalam merinding, di luar dingin. Nayla kapan pulang sih ya?" ucapnya pada dirinya sendiri.Dari kejauhan dia melihat sosok Nayla dan Nek Sami yang berjalan santai menuju rumah. Seketika raut wajahnya berubah menjadi senang dan lega."Kok di depan, Ngel?""Hehehe, aku takut tadi di dalam. Tapi Bu Ningrum aman kok. Enggak terjadi apa-apa.""Syukurlah."Mereka bertiga duduk bersama di teras. Sambil menunggu kedatangan Pak Soleh. Suara adzan isya mulai terdengar. Suasana desa semakin sepi. Hanya terlihat satu dua orang yang lewat."Nenek sholat dulu ya.""Iya Nek."Sami berjalan masuk ke dalam. Tiba-tiba Sami berteriak ke
"Benar, Mbah. Pemilik tusuk konde ini sudah mengikat perjanjian dengan sintren. Dan memasukkan sintren ke dalam benda ini. Dan -----" Kalimat Soleh menggantung. Tampak raut wajah Soleh yang kebingungan untuk menjelaskan pada mereka bertiga."Kenapa, Pak?" tanya Nayla penasaran. Sorot matanya semakin tajam menatap Soleh.Terdengar Soleh menghela napasnya panjang sebelum menjawab."Yang memasukkan sintren ini adalah Pak Darto.""Kakek?" Suara Nayla sedikit meninggi karena terkejut.Begitu juga Sami yang semakin membulatkan matanya."Iya. Atas kemauan pemilik tusuk konde ini, Pak Darto memasukkan sintren ke dalamnya. Namun, pemilik tusuk konde ini ada dendam dengan Pak Darto.""Haaaaaahhh?" Serempak mereka bertiga terkejut saat mendengarnya."Dendam apa, Pak?"Soleh menarik napasnya dalam-dalam, lalu ia memejamkan kembali kedua matanya. Ia juga terkadang menggeleng pelan. Hingga Soleh terbatuk.
"Kok bisa berubah hitam gitu, Pak?""Iya, Mbah. Ini menandakan kalau di dalam tubuh Bu Ningrum ada aura hitam yang menguasai jasadnya. Kita harus segera mengembalikan jiwa Bu Ningrum. Sebelum hal lebih buruk terjadi.""Hal lebih buruk apa, Pak?"Soleh terdiam sejenak untuk menghembuskan napasnya. Kemudian ia melirik ke Bu Ningrum yang masih terpejam."Jiwanya bisa susah untuk kembali atau bahkan jiwa Bu Ningrum bisa tersesat di alam makhluk halus."Nayla kaget dengan menutup mulutnya. Sementara Mbah Sami mulai tak kuat menahan air matanya yang akan keluar. Wanita tua itu pun menangis di sebelah Ningrum.Nayla mendekati Nek Sami dan memeluknya. Melihat Nek Sami yang menangis, Nayla juga ikut menangis."Sering-seringlah untuk membacakan doa atau mengaji di samping Bu Ningrum. Agar aura hitam tak semakin mengendalikannya. Dan gelas minum ini sudah saya beri bunga yang sudah saya doakan. Minumkan airnya pada Bu Ningrum sedikit demi
Motor matic itu mulai berjalan meninggalkan rumah. Tampak Angel yang sedang duduk di jok belakang motor. Tak lama mereka telah tiba di gapura desa.Saat menengok ke arah kanan, sudah terlihat seorang laki-laki dengan gaya trendi dan memakai motor moge berwarna hijau mendekati mereka."Aldo, maaf kita kesiangan bangunnya.""Enggak apa-apa, Mbak Nayla." Aldo seraya melepas helmnya."Kamu tunggu di sini udah lama?" tanya Angel berbasa-basi.Aldo menggelengkan kepalanya sambil tersenyum. Memperlihatkan lesung pipinya yang menambah ketampanan lelaki itu."Mana alamatnya, Mbak?"Nayla mencari secarik kertas yang ia simpan di tas selempang."Ini. Aku tahunya cuma daerahnya. Tapi rumahnya enggak tahu."Sesaat Aldo membaca yang tertulis di kertas yang sedikit lusuh itu. Kemudian ia mendongakkan kepalanya menatap ke arah Nayla dan Angel bergantian."Aku tahu, Mbak. Kalau kita lewat jalan raya agak jauh dan pasti
"Ayo, Yuk, kita ngobrol di teras sambil duduk," ajak Sami pada Yuk Siti.Perempuan bertubuh gendut itu menganggukan kepala. Ia mengikuti langkah Sami yang menuju ke teras."Silahkan duduk, Yuk. Saya ambilkan minum dulu.""Jangan, Mbah. Enggak usah repot-repot. Saya cuma mau menceritakan apa yang saya lihat kemarin."Sami pun duduk dan mulai menatap tajam wajah Yuk Siti yang serius. Hingga manik mata mereka saling bertemu."Memangnya apa yang Yuk Siti lihat?""Malam itu, saya dan suami melihat seseorang yang berdiri di atas genteng rumah Mbah Sami. Kelihatannya seperti perempuan. Tapi dari penampilannya dia memakai kebaya dan jarik, seperti sinden.""Haahh? Masa, Yuk?""Beneran, Mbah."Sami terdiam sejenak. Begitu juga Yuk Siti. Ia menatap ke lantai rumah."Sepertinya dia itu dedemit, Mbah!" seru Siti kembali melihat ke Mbah Sami."Kok bisa sampean bilang begitu?" tanya Sami sedikit kaget."Soal