Share

3O. MENENANGKAN PIKIRAN

Entahlah, aku merasa takut. Apa benar mereka setega itu. Tak ingatkah akan kebaikanku sedikit saja. Kalau saja aku tidak menolongnya menebus surat tanah yang digadaikan kepada lintah darat, keluarga Radit pasti sudah tinggal di jalanan. Kurang apa kebaikanku kepadanya coba. Bener-bener keterlaluan.

Awas saja kalau memang terbukti mereka yang menyebabkan aku keguguran. Akan kubuat perhitungan dengan mereka.

“Orangnya gak bisa datang sekarang. Dia sudah ada janji. Dua atau tiga hari lagi baru jadwalnya kosong.”

“Gak apa-apa. Yang penting wonge iso ngobati,” jawab ibu dengan logat jawanya yang masih kental hingga saat ini.

“Ya sudah, aku mau mandi dulu,” ucap paman sembari melirik ke arahku. “Jangan ngalamun Cah Ayu,” ucap Paman sembari menepuk-nepuk bahuku dan berlalu menuju kamarnya.

Mataku tak berkedip menatapnya hingga menghilang dari pandangan.

“Bu, aku ke kamar dulu, ya!”

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status